❄
"Assalammu'alaikum, Bad. ABADI!" Kiara berteriak histeris.
Ia terkejut bukan main ketika melihat tidak ada orang di atas ranjang rumah sakit itu. Ke mana lelaki itu sekarang? Kiara melihat ke arah toilet yang pintunya terbuka, tidak ada Abadi di sana.
Dengan cemas, ia segera ke tempat suster yang tengah berjaga di lobi rumah sakit.
"Permisi, Sus. Maaf Suster, saya mau nanya. Untuk pasien yang bernama Abadi ada di mana ya? Dia tidak ada di ruang rawatnya," ucap Kiara to the point.
"Sebentar ya, Mbak." Suster itu pun segera mengecek data pasien yang ada di komputer di depannya. Setelah beberapa saat, "Dengan nama saudara Abadi Gumilar Andrajaya?"
"I-iya, Sus. Namanya Abadi Gumilar Andrajaya."
"Ooh... pasien sudah pulang sekitar beberapa jam yang lalu," jelas Suster itu.
"Gitu ya Sus. Kalau gitu terima kasih ya. Permisi."
"Iya, Mbak sama-sama."
Kiara berjalan gontai menyusuri lorong rumah sakit. Tiba-tiba terlintas di pikirannya untuk menelpon Abadi. Ia ingin tahu akan keadaan laki-laki itu sekarang. Kiara mengambil handphone-nya di saku celananya dan segera mencari nama Abadi di daftar kontaknya. Setelah itu ia segera menekan tombol panggilan.
Kiara menggigit jarinya gusar, kenapa lelaki itu lama sekali mengangkat telponnya?
"Hallo?"
Dug.
Jedag.
Jedug.
Note: anggap aja suara musik ajep-ajep:^
Akhirnya terdengar suara di seberang sana.
"Wa'alaikumsallam. Bad, lo ada di mana? Kenapa lo nggak kasih tau gue kalau lo udah pulang? Kok di sana rame banget? Ada suara musik lagi? Atau jangan-jangan lo ada di---"
"Gue lagi kerja."
Tuttt.
Abadi menutup telponnya sepihak.
"Hallo? Bad? Abadi? Yahhh... dimatiin." Kiara menghembuskan nafas kasar.
Suara riuh dengan alunan musik jedag jedug? Apa jangan-jangan, Abadi sedang berada di... klub malam? Diskotik? Pikirnya.
Dengan segera, Kiara mencari diskotik terdekat di google maps, ia kemudian memesan gojek. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya ojol yang dipesan datang juga.
"Dengan Mbak Kiara?" tanya ojol itu untuk memastikan.
"Iya, Pak. Saya sendiri. Anterin ke Klub Malam di jalan jahiliyah ya Pak."
"Mbak yakin mau ke sana?" ojol itu menatap Kiara dari atas sampai bawah, tampaknya ojol itu tak yakin kalau Kiara seorang gadis muslimah akan ke tempat terlarang itu.
"Ayo, Pak."
"Oh...i--iya Mbak. Ini helm-nya."
❄
Kiara meneguk salivanya gugup. Apakah ia akan benar-benar masuk ke tempat ini? Kiara berusaha meyakinkan dirinya seyakin-yakinnya. Ia harus masuk ke dalam untuk mencari Abadi dan menyuruh lelaki itu pulang ke rumahnya. Ok, hanya itu.
Perlahan namun pasti, kakinya ia langkahkan memasuki area terlarang itu. Bau alkohol dan asap rokok pun menyeruak ketika Kiara baru saja memasuki klub malam itu, musik yang terdengar keras menghentak dan lampu kelap-kelip membuat gadis itu terasa sedikit pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abadi [LENGKAP]
Teen FictionLembaran kisah Abadi, laki-laki rapuh yang berlagak paling kuat. WARNING!!! If you have entered into an ABADI story, then it is difficult for you to get out of this extraordinary story. (Jadi, sebelum membaca, siapin emosi aja dulu. Hehehe-,-) *Imag...