#4. DESYA MARAH

275 25 4
                                    

"Gue bawain nasi goreng. Lo pasti belum makan kan?"

Kiara tercengang. Ia menatap sosok lelaki bertubuh jangkung itu dengan wajah polosnya.

Abadi terkekeh. Dengan pelan, ia mengusap wajah polos Kiara dengan tangan kanannya. "Lo jelek kalo kayak gitu."

Kiara tersenyum. Kedua pipi tirusnya merah merona.

"Lo makan dulu ya," ucap Abadi.

Kiara mengangguk. "Makasih, Bad."

"Santai aja," balas Abadi.

Masih dengan senyuman manisnya, Kiara meraih nasi goreng dengan wadah styrofoam itu. Baru saja Kiara hendak membukanya, ia dikejutkan karena nasi goreng itu dirampas oleh seseorang.

"Nasi goreng ini nggak baik buat lo!" tajam Desya. Gadis dengan rambut dikuncir kuda itu pun bergegas keluar kelas.

Abadi dan Kiara mengekor. Seluruh teman kelasnya Kiara pun turut mengikuti mereka dari belakang, ingin tau apa yang terjadi sebenarnya.

Brak.

Desya membuang nasi goreng itu sambil membantingnya ke tempat sampah.

"Nasi goreng ini pantasnya di tempat sampah!" cerca Desya.

Kiara maju beberapa langkah mendekati Desya. "Des! Lo nggak ada hak buat buang makanan itu!"

Desya menatap Kiara geram. "Kia! Seharusnya lo berterima kasih! Karena gue udah nyelamatin lo dari makanan sampah ini!"

Kiara menggeleng. Air matanya jatuh tanpa dikomando. Ia sangat tidak menyangka kalau sahabatnya akan melakukan hal ini.

"Lo itu nggak ngehargain Abadi yang udah baik sama gue Des! Hiks..." Kiara menangis.

"Cowok kayak dia nggak pantas buat dihargain!" cela Desya sambil menunjuk Abadi yang tak jauh dari tempatnya berdiri. "Dia itu cowok bren*sek! Bisa aja nasi goreng itu ditaruh racun sam-"

"CUKUP!"

Bentakan itu menghentikan ucapan Desya. Entah kenapa, nyali gadis itu sedikit menciut.

Abadi maju beberapa langkah. Jarak yang diciptakan dirinya dengan Desya hanya sekitar beberapa centimeter.

"Udah cukup lo ngehina gue, ban*sat!" desis Abadi.

Desya meneguk salivanya. Sungguh, ia sangat takut melihat ekspresi menyeramkan Abadi.

Tiba-tiba, Abadi menarik kerah seragam Desya. Sontak saja membuat Desya terkejut dan takut bukan main.

Kiara yang menyadari hal itu pun tidak tinggal diam. Ia menarik lengan Abadi agar lelaki itu melepaskan cengkeramannya. Tapi Abadi tetap Abadi. Lelaki yang kalau sedang marah, tidak ada yang bisa menghentikannya. Abadi sedikit mendorong tubuh Kiara, hanya sedikit, tetapi mampu membuat gadis mungil itu terpental ke belakang. Salah satu teman kelas Kiara pun menopang tubuh Kiara dengan sigap, agar gadis itu tidak mengenai lantai.

"Perlu lo ingat! Kalau gue marah, gue nggak peduli dia cewek maupun cowok. Kalau dia ngehina gue, gue bakalan lakuin hal apapun!" bisik Abadi, nada suaranya bergetar.

Deysa pun semakun menciut. Keringat dingin mulai mengucur di sekitar wajahnya.

"DASAR BAJ*NGAN!" Abadi menghempas tubuh Desya. Hingga gadis itu mengenai trali pembatas koridor. Hampir saja Desya jatuh ke bawah, karena kelas 11 IPA 5 terletak di lantai tiga.

Abadi maju beberapa langkah. Ia mencengkeram kembali kerah seragam Desya. Sejurus kemudian, bogeman mentah ia layangkan tepat mengenai wajah Desya. Desya tersungkur ke lantai, wajahnya terasa sakit, bukan, bukan wajahnya saja, seluruh tubuhnya terasa sangat sakit.

Abadi [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang