#16. GENG MOTOR

231 15 2
                                    

Abadi mengepulkan asap rokoknya. Ia memilih untuk membolos sekolah karena ada yang menelponnya untuk segera ke markas. Ya, Abadi memang ikut sebagai anggota geng motor.

Sesekali ia tersenyum smirk mendengar obrolan dari teman-temannya itu. Eh ralat! Bukan teman-temannya. Abadi tidak mempunyai teman.

Abadi tidak pernah sama sekali menganggap orang-orang yang tengah berkumpul dengannya ini sebagi teman, karena mereka hanya datang ketika butuh saja. Atau mereka hanya datang ketika Abadi ada di ambang kemenangan, seperti menang judi. Bagaimana kalau Abadi kalah? Yaaa... Abadi akan dikucilkan.

"Ayo Bad. Lo harus terima tantangan Steven," bujuk Zio.

"Kenapa nggak Marcell aja? Dia kan Ketua," balas Abadi masih dengan menghisap rokoknya yang hampir habis.

"Marcell udah ketauan ikut geng motor sama nyokap bokapnya. Sekarang, dia udah di London. Jadi, dia berhenti di Axelent. Dan jabatan ketua-nya, dia serahin ke lo," jelas Dilon.

Abadi memang tidak mengetahui keadaan Axelent- nama geng motornya karena ia memang jarang bergabung. Ia lebih sering menghabiskan waktu di diskotik tempatnya bekerja.

"Gue jadi ketua Axelent?" ulang Abadi sambil menunjuk dirinya.

Anak-anak geng motor kompak mengangguk.

"Lo mau ya Bad..." desak Verro.

"Kalau gue menang? Gue dapat apa?" tanya Abadi.

"Geng Erzox bakalan tunduk sama lo. Dan... lo bakalan dapat duit sebanyak satu milyar," jawab Dilon.

Abadi hanya manggut-manggut.

"Jangan lupa juga Bad, kalau lo menang nanti, duit lo itu harus lo bagi-bagi ke kita," ujar Zio.

"Kalau gue kalah?" tanya Abadi.

"Steven dan Geng Erzox bakalan bertindak semaunya ke Axelent. Dan, lo harus kasih duit ke Geng Erzox," jelas Verro.

"Berapa?" tanya Abadi lagi.

"Satu milyar," jawab Richard.

"Itu bakalan ditanggung sama Axelent kan?" tanya Abadi.

"Nggak bro. Kalau lo kalah, lo bakalan nanggung kekalahan lo sendiri."

Apakah itu pantas disebut teman? Tidak! Sangat tidak pantas!

"Bangs*t!" umpat Abadi.

"Lo mau ya Bad..."

Abadi bangkit dari duduknya. Ia naik ke atas motor kesayangannya dan memakai helmnya. Sebelum ia melajukan motornya, Abadi berujar.

"Atur waktunya. Nanti kalian kabarin gue."

"Pulang sama gue yuk!" ajak Rifal.

"Abadi udah pulang duluan ya, Fal?" tanya Kiara.

Rifal mengangguk. "Iya. Pulang sama gue yuk!"

"Hmmm... nggak usah Fal. Makasih. Nanti gue ngerepotin lo."

"Ayo! Gue yang ngajak kok." Rifal segera menarik tangan Kiara untuk segera ke parkiran. Kiara tak memberontak, ia hanya mebgikuti ke mana Rifal akan membawanya. Toh Rifal juga anak baik-baik 'kan?

"Lepasin atau gue tonjok!"

Rifal memberhentikan langkahnya, tapi, ia tidak melepas genggaman tangannya pada Kiara. Rifal menatap Arga dengan raut tenang.

"Kenapa Kak?" tanya Rifal santai. Sementara Kiara hanya menunduk dalam.

"Lepasin Kiara!" cetus Arga.

Abadi [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang