❄️
"Lo..udah tau?"
Arga mengangguk pelan, menatap manik mata Abadi dengan sungguh. "Gue tau tentang penyakit Lo."
"Lo.. tau dari mana?"
"Maafin gue, Bad. Waktu itu gue gak sengaja liat kertas di laci Lo waktu gue ke kamar Lo. Pas gue baca, ternyata-" Arga menggantung kalimatnya.
"Lo jangan bilang siapa-siapa ya, Ga. Ini rahasia kita," ucap Abadi.
Arga mengangguk untuk yang kesekian kalinya. "Iya, Bad. Gue janji nggak bakalan kasih tau siapa-siapa. Tapi Lo juga janji sama gue Bad, Lo harus minum obat itu dengan rutin."
Abadi mengangguk sambil tersenyum simpul, menatap obat itu sekilas kemudian beralih menatap wajah Arga yang juga tengah tersenyum. Tanpa sungkan, Abadi memberikan sebuah pelukannya pada Kakaknya itu.
"Terima kasih." Abadi berucap pelan sambil mempererat pelukannya.
Arga mengangguk pelan. Kedua tangannya terangkat menyentuh punggung Abadi, membalas pelukan adiknya.
Bisa dikatakan ini adalah pelukan pertama mereka. Sebuah pelukan yang menyatukan dua jiwa yang terpisah sejak lama. Pelukan yang menghangatkan bagi siapa pun yang melihatnya.
Jangan pernah takut jika kau bertemu malam. Sebab, malam yang kelam pun bisa mendatangkan kehangatan.
-Abadi.
❄️
Kiara tengah bersenandung kecil sambil menuruni tangga. Menghampiri keluarga kecilnya yang sudah menunggu di meja makan.
"Selamat pagi, Ma, Pa," sapa Kiara sambil mencium Tiara dan Adnan secara bergantian.
"Kaila juga mau cium!" sebal Kaira.
"Utututu sini kakak cium. Muaah." Kiara mendaratkan ciumannya pada gadis kecil itu, setelah itu ia langsung duduk di sampingnya.
"Ma, Pa, hehe."
"Sekarang juz ke berapa?" tanya Tiara yang sudah paham akan maksud putri sulungnya.
"Alhamdulillah ke-16. Sesuai dengan umur Kiara..!" ucap gadis itu antusias.
"Lah, iya. Besok 'kan tanggal 9 Oktober, hari ulang tahun kamu yang ke-16!" Adnan tak kalah antusias.
"PAPA!!" Tiara menatap tajam ke arah Adnan.
"Aa..ada apa, Ma?" tanya Adnan bingung dengan sorot mata takutnya.
"Katanya kita harus pura-pura gak tahu kalau besok ulang tahunnya Kiara! Apaan sih Pa, gak seruu!!" Tiara merajuk.
"Hahaha sudahlah, Tia. Itu sudah tidak zaman sekarang. Kita harus kasih tahu Kiara juga tentang rencana kita." Adnan beralih menatap Kiara. "Sayang, rencananya kita mau sewa cafe buat adakan syukuran ulang tahunmu sama syukuran 16 Juzz-mu. Gimana?"
"Waaah serius Paa? Aaa Kiara boleh nentuin tempatnya nggak?"
Adnan mengangguk. "Boleh dong sayang. Pokoknya kamu bebas mau nentuinnya di mana dan kamu bebas mau mengundang siapa saja."
"Aaaaa makasii Paaa!" Kiara bangkit dari duduknya, menghampiri Adnan dan memeluk pria berkepala tiga itu erat.
"Barakallah fii umrikh sayang. Selamat bertambah umur ya sayang, sekarang kamu sudah beranjak dewasa. Jagain mama dan adik kamu ya. Selamat juga atas hafalan kamu yang sudah mencapai 16 Juzz! Papa sama Mama bangga punya anak kaya kamu," ucap Adnan sambil memeluk tubuh anaknya erat.
"Makasih Pa!" Kiara mempererat pelukannya, rasanya ia tak ingin terlepas dari pelukan ayahnya.
"Jaga diri kamu baik-baik ya nak, kamu itu perempuan. Jaga diri kamu, jaga tubuh kamu. Ingat nak, perempuan itu adalah manusia yang istimewa. Perempuan itu adalah manusia yang tidak boleh disentuh oleh sembarang orang!" Adnan berucap pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abadi [LENGKAP]
Novela JuvenilLembaran kisah Abadi, laki-laki rapuh yang berlagak paling kuat. WARNING!!! If you have entered into an ABADI story, then it is difficult for you to get out of this extraordinary story. (Jadi, sebelum membaca, siapin emosi aja dulu. Hehehe-,-) *Imag...