❄️
Diambilnya satu buah pil berwarna putih itu, lelaki itu mulai menelannya tanpa bantuan air. Ia mendudukkan dirinya di atas kasur kerasnya, memejamkan matanya dan tubuhnya sangatlah terasa relax. Ia mulai merasakan rasa yang sudah tak asing baginya, seperti berhalusinasi. Lelaki itu berpikir bahwa halusinasi itu adalah efek samping dari obatnya.
Baru saja ia akan terlelap dalam halusinasinya, sebuah panggilan dari ponselnya membuat dia tersadar. Ia merogoh sakunya dan mengambil ponselnya.
Ia mengangkat sudut bibirnya ketika melihat nama yang tertera dalam layar ponselnya.
"Assalamu'alaikum."
"Gimana, Bad?"
"Gimana apanya?" Lelaki itu bertanya balik.
"Pak Dimas pasti bangga kan sama pencapaian Lo."
Abadi terdiam sejenak, membaringkan tubuhnya dengan pelan dan menatap langit-langit kamarnya. "Iya, Ayah bangga banget sama gue."
Satu kalimat yang berhasil keluar dari mulutnya, tentunya itu bukan kejujuran. Itu hanya alibi yang dapat menutupi goresan luka di hatinya.
❄️
Setelah selesai sarapan, Tiara dan kedua putrinya tengah bersantai di ruang tengah sambil menonton siaran berita di televisi.
"Ma, Kai mau main dulu ya." Kaira berangkat dari duduknya, menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
"Iya sayang, tapi mainnya jangan jauh-jauh yaaa, cukup di rumah Sulis aja." Tiara menyambut uluran tangan putrinya dan Kaira langsung mencium tangan ibunya.
"Iya, Ma." Kaira beralih ke Kiara dan melakukan hal yang sama, yaitu bersalaman.
"Assalamu'alaikum Ma, Kak Kia!" seru Kaira sambil berlari kecil keluar dari ruang tengah.
"Wa'alaikumussalam hati-hati!" jawab mereka kompak.
"Kak," ucap Tiara sesaat setelah Kaira pergi.
Kiara yang tengah menonton televisi pun menoleh. "Iya, Ma?"
"Sini." Tiara memberi isyarat supaya gadis itu lebih mendekat.
"Mama mau tanya sesuatu ke kakak."
"Apa itu, Ma?" tanya Kiara.
"Kakak pasti sudah merasakan yang namanya jatuh cinta 'kan?"
Pipi Kiara tiba-tiba memerah. "Aah mamaa!"
"Bukannya apa ya sayang, mama enggak larang kamu buat jatuh cinta. Tapi mama hanya berpesan agar kamu hati-hati yaa. Harus pintar-pintar jaga diri."
Kiara mengangguk. "Iyaa Ma."
"Pemirsa kembali ke berita selanjutnya, tadi malam sekitar pukul 02.00 dini hari terjadi penangkapan seorang pecandu narkoba. Diduga tersangka pecandu narkoba tersebut masih remaja. Tersangka berinisial A tersebut sempat memberontak dan memberikan perlawanan ketika hendak ditangkap-"
"Ma, Kiara izin keluar bentar. Assalamu'alaikum." Kiara menyambar ponselnya yang ia letakkan di atas meja, dengan cepat ibu jarinya mencari-cari nomor seseorang.
"Kak, mau ke mana sayang?"
"Ke sana ma, bentar kok!" sahut Kiara.
"Angkat Bad!!!!!!!!"
❄️
Kondisi rumah Abadi terbilang ramai dikerumuni oleh warga komplek. Kiara pun semakin yakin kalau yang ditangkap tadi malam adalah Abadi. Tapi di dalam hatinya selalu berdo'a kalau yang ditangkap tadi malam adalah lelaki itu. Entah kenapa ketika penyiar berita itu menyebutkan inisialnya, Kiara semakin yakin kalau itu adalah Abadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abadi [LENGKAP]
Teen FictionLembaran kisah Abadi, laki-laki rapuh yang berlagak paling kuat. WARNING!!! If you have entered into an ABADI story, then it is difficult for you to get out of this extraordinary story. (Jadi, sebelum membaca, siapin emosi aja dulu. Hehehe-,-) *Imag...