Bukan salah Takdir.

399 72 39
                                    

Heyo. Pa kabar sadayana. Semoga Allah senantiasa memberi kesehatan buat kalian semua yah. Hehe kaya nya Author bakalan aktif lagi deh di lapak ini wkwk, gimana setuju kaga??

Ini kelanjutan cerita kemarin, kek nya bakal ada part Selanjut nya deh karena ini menggantung sayang.

....

9 Bulan kemudian.

"Kak Gre, kak Shinta di rumah sakit, aku bingung harus gimana. Kak Gre bisa kesini kah?"

"Apa?" Suara itu sama-sama terdengar panik.

Gre yang ditelpon entah itu siapa, langsung menyambar tas yang berada di atas meja kantin. Makanan yang baru saja di pesan nya baru satu suap dia makan. Bahkan dia sama sekali belum meneguk jus yang dipesan nya.

Keadaan jalanan bener-bener sangat macet. Beberpa kalo Gre menekan klakson pada kendaraan di depan nya. Tapi tetap saja dia tidak diberi jalan, karena memang jalanan depan pun sedang macet.

"Sialan! Macet apaan sih ini!" Gre terus mengumpat karena mobil di depan nya belum juga jalan. Hampir setengah jam Gre berada di posisi yang masih sama. Dia memikirkan keadaan Shinta yang ada di rumah sakit seperti yang dikabarkan tadi.

"Mir, gimana keadaan Shinta"

Akhir nya Gre sudah bebas dengan kemacetan yang sangat fatal itu, dia sudah berada di rumah sakit dimana ruangan Shinta berada. Disitu hanya ada Mira dan teman nya, Ara. Wajah Mira bener-bener terlihat khawatir.

"Apa yang terjadi, Mir"

"Aku gak tau pasti kak, pas aku dateng ke tempat kak Shinta, dia lagi kesakitan" Gre menatap pintu yang masih menutup itu.

Selang beberapa bulan yang lalu, Naomi keluar dari kediaman Gre. Dengan beralasan ingin hidup mandiri, namun disitu Gre memberi usul. Bahwa, tempat yang akan ditempati Naomi agar tidak jauh dari tempat dimana Gre tinggal. Dan Naomi pun meng iyakan, Naomi tinggal hanya seorang diri, karena Naomi melarang Mira untuk tinggal bersama nya, Naomi tidak mau adik kecil nya ini menjadi korban amarah sang Ayah.

"Keluarga Ibu Shinta?" Mereka semua mendekat ke arah dokter yang baru saja membuka pintu. "Mana suami nya?" Mira dan Gre saling memandang. Harus jawab apa mereka pada dokter. "Suami pasien harus mendampingi untuk persalinan nya"

"Suami Kak Shinta masih di perjalanan dok, dia lagi ada di luar kota" helaan nafas keluar dari dokter. "Biar saya saja mendampingi kakak saya dok" beberapa detik kemudian, dokter mengangguk dan kembali masuk.

"Kabarin terus kakak" Mira mengangguk pada Gre.

"Jangan lupa berdoa, Mir" Mira langsung masuk dan kembali menutup pintu.

Di luar Gre terus mondar mandir di depan pintu, Ara yang menatap pun ikut khawatir. Dia terus menatap jam yang ada di pergelangan tangan nya. Mengapa di dalam sangat lama, Ara menawarkan Gre untuk duduk, namun Gre menolak dengan alasan diri nya sedang khawatir.

Cklek.

Mereka berdua langsung saja mendekat ke arah pintu terbuka. Terlihat wajah Mira yang sangat lusuh, seperti nya ada sesuatu yang terjadi. Mira berjalan keluar dengan tubuh yang lemes bahkan tatapan kosong Mira terlihat jelas dimata Gre.

"Gimana Mira, apa yang terjadi?"

"Mir, Lo baik-baik aja kan?" Beberapa menit Mira belum juga membuka suara. Dia menatap Gre dan Ara bergantian dengan senyum tipis nya, dan itu semakin membuat nya penasaran.

VeomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang