Kekasih Bayangan.

959 97 27
                                    

Awan mendung hitam menutupi sang surya yang bekerja hari ini. Menutup semua cahaya yang terlihat dari langit. Bahkan awan tidak sedikit pun mengeluarkan titik yang berupa cairan. Mungkin hanya meneduhkan bumi saja agar tidak banyak mahluk bumi yang mengeluh karena panas

Ada seseorang yang duduk sambil memegang satu helm ditangan nya serta sesekali decakan kecil terdengar. Tatapan yang sering menuju ke atas pun menjadikan wajah nya kesel. Jam tangan nya pun selalu ditatap. Itu lah tiga obyek yang sering dilakukan untuk seseorang.

"Hai hehe. Maaf telat"

Suara yang baru saja dateng menambah kadar kekesalan orang itu. Wajah nya begitu sangat menyeramkan untuk saat ini, sedangkan seseorang yang baru saja dateng memanyun kan bibir nya lucu. Karena diperlakukan seperti itu.

"Udah ayo naik! Nih pake" nada suara nya masih tidak bersahabat. Dengan hentakan kaki orang itu naik dan mengambil helm nya. Namun, bukan nya dipake helm itu malah dipangku pada paha nya. Motor matic yang keluaran jaman now tidak jadi meluncur. "Dipake, bukan dianggurin kaya gitu!" Ucap si pengemudi.

Karena tidak ada gerakan pada jok belakang. Orang itu berdecak dan kembali menyetandar motor nya, lalu berdiri dan tubuh nya menghadap ke arah belakang. Dia mengambil helm dan memakaikan nya dengan paksa.

"Awww. Sakit tau!" tidak mau menanggapi nya orang itu kembali menyalakan motor nya. Sedangkan yang dibelakang masih dengan cemberut nya.

Kini motor sudah melaju di jalanan besar, semakin jauh jarak yang ditempuh semakin gelap awan yang melapisi langit itu. Angin pun sedikit kenceng.

"Ve jangan ngebut !" Tidak sama sekali dilaksanakan oleh Ve. Bahkan Ve semakin menancap gas nya, tangan sang pembonceng langsung mendekap perut Ve dan sedikit merasakan takut karena kebodohan Ve.

Akhir nya penempuhan perjalanan yang penuh pengaruh setan itu sampai. Ve menyetandar motor nya dan membuka helm. Heran tidak ada kehidupan dibelakang nya, Ve langsung menoleh.

"Naomi?" Ve melambaikan tangan nya didepan Naomi. "Hey" namun pukulan pada lengen yang Ve terima. "Awshh"

"Maka nya kalo mau mati jangan ajak-ajak aku!" Naomi turun dari motor nya. "Nyesel gue balik bareng kamu!" Setelah menyerahkan helm, Naomi langsung masuk pagar depan rumah nya. Ve menghela nafas kasar, Sifat Naomi masih terlalu anak kecil.

Setelah mengusap wajah nya kasar. Ve kembali menyalakan motor nya membelah jalanan, namun sayang pada saat keluar komplek. Hujan turun dengan deras nya, terpaksa Ve meneduh ditempat yang sedikit menolong nya dari air hujan tangan nya mengibas lengen yang terkena air serta baju nya. Seketika dering telepon berbunyi, Ve langsung saja mengangkat nya.

"Mel, sory ya kaya nya hari ini gue telat deh. Gue masih diperjalanan, tiba-tiba hujan. Gue lupa bawa mantel, Mel" Ve mendengarkan balasan dari sang penelpon. "Oke, makasih Mel"

Duarrr.

Ve kaget bukan main, suara petir begitu kencang terdengar. Lalu Ve cepat mematikan Hp nya, Ve duduk pada kursi yang ada. Ve berteduh pada sebuah warung kosong dan sesekali mengusap lengen nya yang terasa dingin. Hujan hari ini sangat awet, sudah setengah jam Ve berdiam diri sendiri. Menyaksikan kilat serta suara yang saling beradu, angin yang membuat semua pohon menari akan musik petir itu sendiri.

Dirasa hujan nya tidak terlalu selebat tadi. Ve memaksakan cabut dari situ menuju tempat tujuan nya, walaupun. Tidak terlalu deras, tetep saja baju Ve terlihat basah. Kini Ve memasuki resto yang sedikit jauh tempat nya dari tempat teduhan tadi. Ve menjadi pusat perhatian kala baju dan semua nya basar, Ve langsung masuk ke dalam.

"Ya ampun Ve, kok kamu basah gini sih. Kamu pasti terobos yah hujan nya? Atuh ai kamu, mending kamu telat Ve dari pada kamu sakit nanti"

"Gak papa Mel"

VeomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang