Sahabt Perasa. II.

1K 80 19
                                        

Warning!!:
 
Kalo kalian yang puasa gak mau batal. Mending baca nya habis buka atau nunggu sahur. Karena cerita ini mengandung unsur yang sangat tidak pantas untuk di baca.

Kenapa gue up sekarang? Karena pas buka puasa gue gak megang hp, kalo nunggu sahur. Pasti kalian nunggu nya lama, ye kan?

Udah, pokok nya lo semua baca nya habis buka aja, author gak tanggung jawab kalo puasa kalian bata. Oh iya, banyak typo awas. Membaca ulang itu lebih susah dari menulis. Dah cekidot.

.....

Cklek.

Pintu utama terbuka. Wanita cantik menyumbulkan kepala nya,sedangkan wanita paruh baya menatap nya dengan kaget. Gadis itu tersenyum senang, lalu lebih melebarkan pintu nya dan masuk.

"Mama..."

Wanita yang dipanggil Mama pun langsung keluar dari area dapur dan mendekati gadis itu. Mereka saling pelukan, padahal malam tadi mereka sudah ketemu. Ternyata mereka lebay. "Kamu baru main lagi ke sini" mungkin untuk bersandiwara bisa kali ya agar suasana menjadi cair, dan bahkan agar tidak terlalu menonjol soal urusan anak nya ini.

Suara pintu kembali terbuka. Ck, ternyata Ve. Dia masuk dengan wajah datar nya, ternyata suka sekali manusia ini mengekspresikan wajah nya tanpa ekspresi? Bodo amat. Ve ini seperti manusia Es yang tak pernah cair jika terkena panas. Dalam suasana apa pun Wajah nya akan seperti ini.

Ve berjalan melewati kedua wanita yang sedang mengucapkan rindu satu sama lain. Ibu nya dan Naomi, bukan lagi. Ve menaiki tangga untuk menuju kamar nya. "Dah pulang kak?" Pertanyaan dari sepupu nya pun enggan untuk dijawab nya. "Kak Naomi" gumam nya kala sudah menginjak lantai bawah. Gre sesekali mendongak ke atas dengan melihat ke arah Naomi.

"Kamu jangan pulang dulu ya. Kamu makan disini" pinta mama Ve pada Naomi.

"Ah, gimana kalo makan bareng nya nanti malam aja. Nanti aku kesini lagi" senyum mengembang pada wajah wanita paruh baya itu. Dia tidah ada henti nya mengusap kulit lembur milik Naomi. "Aku pulang dulu, Ma" pamit nya. Ya karena memang rumah nya tetanggaan, jadi tidak usah ada yang mengantar nya.

Gre duduk ditempat tv. Ia memasang PS disitu, dan mulai memainkan nya. Shania Selaku mama Ve, menatap kasihan pada gadis itu, tidak seharus nya hidup dia seperti ini diusia muda nya. Tanpa suami nya pun, diri nya pun sangat kerepotan menghidupi Ve seorang diri bahkan sudah bertahun-tahun. Bukan masalah tidak mau mengurus Gre, bahkan Shania sangat menyayangkan nya.

"Ma, sidang om Dev kapan" terlalu lama melamun, diri nya tidak menyadari jika Ve sudah ada di bawa. Dia terlalu asik memandang Gre yang sedang bermain, dia tidak kebayang jika itu ada di posisi Ve. Shania sudah mengira Ve akan menjadi anak berandalan.

"Ah, besok Ve. Tadi Mama dikabarin, kata nya Mama suruh dateng suruh bawa Gre juga"

"Nanti Ve bolos sehari, Ve akan hadir disitu Ma" Sang Mama hanya tersenyum menatap Ve yang sedang minum.

"Gimana bisa dia bareng kamu?"

Trek. Ve menaroh gelas nya diatas meja, lalu Ve menghela nafas. Pertanyaan ibu nya ini mengingatkan kejadian tak terduga nya di mobil tadi, bukan perihal Naomi yang ikut dengan nya. Tapi tentang ciuman itu.

"Lah, kata nya Mama yang ngajak dia" sang Mama hanya mengerutkan kening. Lalu tersenyum dan mengusap bahu Ve, setelah nya ia melanjutkan pekerjaan nya didapur.

Sore semakin meredup. Kini menjadi malam, Gadis cantik tetangga depan nya Ve kini sudah berada di kediaman Ve. Gadis itu terus membantu mama Ve untuk menyiapkan menu makan malam nya. Sedangkan Ve sedang asik mengotak-atik Tamia nya. Gre? Dia masih anteng maen PS.

VeomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang