Bukan Salah Takdir IV

441 45 27
                                    

Hello eperibadi, ho ar u. Gimana kabar kalian. Siapa nih yang reques part ini heheh. Di saran kan kalian harus baca part sebelum nya ya sebelum baca ini.

Jgn lupa komen di bawah ini ga hehe

Terik siang ini begitu panas, entah kenapa Tuhan tak memberi nya satu awan saja untuk menutup sedikit surya yang berdiri kokoh itu. Seluruh umat bernyawa mengeluh pada terik, karena keringat terus saja mengalir dalam tubuh nya.

"Ra, balapan kuy?" Mira yang baru saja pulang sekolah, mengajak temen rumah juga sekolah nya untuk siapa yang lebih dulu sampai. Dengan senang hati Ara menerima ajakan Mira. Panas seperti ini tidak baik untuk bersantai ria di jalanan.

"Dok, gimana keadaan anak saya?"

"Pasien sudah tenang, seperti nya ada efek obat yang diminum nya hingga membuat sodari Veranda muntah-muntah"

Keadaan Ve tidak semakin membaik, bahkan Ve masih stay dengan keadaan diri nya di rumah sakit, sudah hampir dua minggu Ve berbaring di atas ranjang rumah sakit, dikit demi sedikit tubuh Ve semakin kurus, bahkan Ve terus saja melamun dalam bangun nya.

Ngikkk

"Yess! Akhir nya gua menang!" Ara mengangkat kedua tangan, dia merasa bangga karena sudah mengalahkan Mira, tidak sia-sia kayuhan kaki nya begitu cepat. Mira masih tertinggal jauh di belakang. "Hahah lambat sekali lo Mir" Ara menoleh ke belakang, namun Ara langsung menatap ke arah samping, dimana diri nya mendengar kegaduhan di dalam. Bahkan tidak biasa nya si satpam membuka lebar gerbang rumah. Ara menyetandar sepeda nya dan sedikit berjalan ke arah pintu gerbang.

Ara membulatkan mata nya setelah tahu apa yang terjadi di sana, lalu Ara kembali keluar dan menunggu Mira sampai. "Mir cepetan, ini gawat" Ara menarik tangan Mira untuk segera turun.

"Apaan sih, Ra?" Mira merasa kesal, karena diri nya sedang lelah mengayuh sepeda, eh ditambah Ara memaksa sepeti ini.

"Udah Mir ikut gue" Ara menarik tangan Mira untuk ke dalam. Ara menunjukan kejadian yang tak terduga itu. Mira membulatkan mata nya dan berlari  ke arah kerumunan itu.

Disitu terlihat satu satpam juga supir pribadi Mira sedang berkelahi dengan satu pria yang sudah terkulai lemas, bahkan satpam juga supir itu ada beberapa luka pada wajah nya.

"Gue cuman pengen ketemu Naomi" ucap pria itu dengan menahan sakit, bibir yang sudah sobek juga kening yang mengeluarkan darah.

"Ngapain Lo ke sini?!" Suara marah Mira terdengar setelah melihat siapa pria itu, Ara hanya diam saja karena diri nya tidak tahu apa-apa. "Lo gak punya malu nunjukin muka lo disini?!" Mungkin terkesan tidak sopan, namun ini bener-bener pure amarah Mira yang meluap melihat pria itu.

"Gue bakal jelasin semua nya, uhuk. Gue butuh ketemu Naomi, pliss" wajah orang itu terlihat sangat memohon, Ara menatap Mira yang terdiam mungkin akan ada pertimbangan untuk Orang itu dari Mira.

Cklek.

"Eh, Mir. Kamu dah pulang?" Tanya Naomi seakan semua nya tak terjadi apa pun.

"Aku tidak butuh ekspresi kaka yang seperti ini, keluar lah kak dengar kan semua apa yang ingin di sampaikan" Naomi langsung membuang wajah nya, wajah Mira sedang terlihat datar jika seperti ini Mira sedang serius.

"Kamu menyuruh kakak untu ketemu sama orang yang sudah merusak hidup kakak? Apa kamu berkata dengan keadaan waras?" Seperti nya mereka sama-sama keras kepala.

"Bang?" Yang di panggil pun menoleh. "Itu sakit banget ya?" Sedangkan di luar, Ara sedang duduk berdampingan dengan pria itu, karena Mira memberikan tugas untuk menjaga pria itu agar tidak berulah memaksa untuk pergi ke kamar Naomi. Orang itu langsung membuang pandangan nya dengan wajah datar. "Nanya doang padahal" gerutu nya karena tidak ada jawaban.

VeomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang