Si kupu-kupu.

1.5K 112 14
                                    

Nah, author dateng lagi nih. Oh iya, vote kalian sudah author liat kok. Kalem aja, sesuai janji yang vote nya paling banyak itu yang akan author buat.

Ini juga sama kok tentang Veomi. Diliat dulu, dikomen dulu barangkali pemikiran kalian berubah gak jadi milih cerita sebelum nya hehe.

Kuy baca~~

..........

Plak!!

Tamparan keras mendarat dipipi gadis cantik. Tamparan yang berasal dari pria paruh baya, tamparan yang menggunakan tenaga hingga pipi mulus itu menjadi merah. Namun yng ditampar hanya diam saja, menunduk enggan melihat wajah orang yang dihadapan nya.

"Apa kamu sudah gila! Otak kamu dimanah, hah?!!"

Bentakan keras pun keluar. Tidak ada jawaban dari wanita cantik ini. Dia hanya bungkam dan menunduk. Jika saja diri nya berbicara, bisa saja hal yang lebih kasar lagi akan ia terima. Menampar saja sudah masuk hal yang pertama kali diterima nya.

"Kamu menentang ajaran dikeluarga kamu! Kamu mengabaikan budaya nenek moyang kamu!!"

"Pi" akhirnya wanita itu mendongak dan memberanikan diri untuk menatap nya. "Aku tidak pernah meminta hal apa pun pada papi, aku tidak pernah meminta barang apa pun pada papi. Dan ini, kali pertama nya aku merengek pada papi. Tolong, restui aku pi"

"Papi akan mersetui mu jika saja kau menikah dengan seorang lelaki. Tapi, sampai kapan pun Papi tidak akan merestui hubungan mu dengan wanitan jalang itu!!" Setelah mengatakan itu, pria itu pergi dari hadapan wanita sebagai anak nya. Sang anak menatap nanar kepergian Papi nya. Pria itu sudah meninggalkan bekas luka yang sedari kecil tidak pernah ada.

..

Didalam kamar apartemen kedua wanita cantik sedang duduk beriringan. Mereka sangat betah dengan keheningan dalam jangka waktu cukup lama. Hanya terdengar bising nya AC kamar tidak ada ucapan apa pun dari kedua nya. Mereka bertarung dalam pikiran nya masing-masing. Tidak ada yang berani mengucapkan kata yang akan membuat akar dalam bicara nya.

Huff.

Helaan nafas keluar dari salah satu nya. Mungkin sudah jengah dengan keadaan ini. Sudah lelah dengan diam yang tak ada alsan nya, entah kenapa mereka menjadi diam. "Gak ada jalan keluar selain berakhir" Sala satu nya menoleh menatap tidak percaya dengan kata yang pertama di ucap orang disebelah nya.

"Aku sudah cukup merasakan yang nama nya bahagia. Dan aku akui, aku sangat bahagia" ia menjeda omongan nya. "Dan kini saat nya, bahagia yang ku rasakan akan berakhir" wanita disebelah nya menggeleng.

"Apa ini keputusan yang masuk akal. Naomi? Ini tidak akan menyelesaikan masalah" wanita yang dipanggil Naomi tersenyum lalu menyentuh tangan wanita didepan nya.

"Semua masalah akan terselesaikan Ve. Jika saja kita menyerah pada ego kita masing-masing. Masalah tidak akan selesai jika sala satu kita tidak ada yang mundur" Naomi masih mengatakan nya dengan tenang.

"Benar yang Papi kamu katakan. Orang sebaik kamu tidak pantas mendapatkan aku yang sudah sangat kotor. Apa lagi hina seperti diri ku" Naomi masih tenang.

"Apa aku masih bisa kamu bilang baik, kalo aku saja sama seperti pria bajingan yang sudah menidur kamu. Apa aku juga baik kalo aku tidak bertanggung jawab atas perbuatan aku?!" Naomi membuang wajah nya. Dia juga sejujurnya tidak ingin kata itu keluar, namun bagaimana pun ini tidak akan selesai.

"Bahkan ini bukan anak kamu Ve" lirih Naomi sambil memegang perut nya. Ve memandang Naomi marah, nafas nya memburu wajah nya merah.

"Denger! Sampai kapan pun anak yang kamu kandung adalah anak ku. Dia anak ku Naomi!!" Ve berteriak tepat didepan wajah Naomi. Naomi memejamkan mata nya, setetes cairan bening pada pipi nya. Ve mendekap tubuh Naomi. "Katakan pada ku, dia anak aku, Mi" lirih Ve. Mereka saling mendekap.

VeomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang