Dua anak. (melenceng)

2K 118 15
                                    

Hei. Maaf ya, seperti yg author bilang. Author pengen bikin cerita melenceng nih. Dan akhir nya banyak yg setuju, jadi author langsung bikin. Kalo yg gak suka. Jangan dibaca deh, gak papa kok hehe.

......

Bughhh.

"Cabuut!!" Teriakan satu orang mampu membubarkan pasukan nya. Siang ini terjadi tawuran dijalan kosong deket persimpangan arah jalan perumahan. Kejadian ini dilakukan oleh segrombolan anak sekolah, tapi aneh nya. Yang melakukan adalah segerombolan anak perempuan. Entah, wanita itu akan menjadi apa gede nya.

Kenapa mereka pada lari? Karena ada yang melihat polisi sedang lari kearah nya. Tidak ada satu pun yang tertangkap, karena mereka semua berpencar. Termasuk orang ini.

"Arhh, sialan tuh bangsat. Ternyata ada yang bawa pisao" gumam nya sambil lari serta menyeka darah nya yang mengalir pada tangan nya. Orang ini memilih lari kedalam perumahan yang memang sangat sepi. Mungkin pikir nya, polisi tidak akan menangkap nya. Ia duduk didepan pagar sala satu perumahan, guna untuk meredakan nyeri pada kaki nya yang terkena tendangan.

Dia masih memikirkan bagaimana cara nya menghentikan darah nya yang keluar. "Arhh, perih" rintih nya. Tiba-tiba ia mendengar sirine polisi yang mendekat, orang ini makin panik. Saat berdiri, ia tidak sengaja tangan nya mendorong pagar rumah dibelakang nya, dan ternyata pagar itu terbuka sedikit. Orang itu berfikir sejenak, jika dirinya masuk. Diri nya akan disangka maling, tapi jika tidak masuk, ia kan tertangkap. "Ah, bodo amat" dia lebih memilih masuk.

Duduk menyender dibalik pagar. Benar saja, polisi akan lewat sini. Untung diri nya sudah terlebih dulu masuk. Nafas nya masih tersenggal, ia menutup mata nya guna merilekan diri nya. "Kakak kenapa?" Orang itu langsung membuka mata nya, dan terlihat anak perempuan kecil dihadapan nya sedang jongkok menghadap diri nya.

"Kakak. Beldalah!" Ucap nya ulang sambil memandang ngeri ke arah tangan orang itu. "Abang, panggil Unda. Ada olang beldalah!" Triak nya seperti yang sedang menyuruh.

"Eh, aduh. Kakak gak papa kok, beneran" orang itu menjadi panik. Pasal nya ia takut, jika ibu dari anak ini keluar. Orang itu akan ditanya kenapa diri nya bisa ada didalam halaman rumah ini. Apa lagi, ada anak kecil disini. Bisa-bisa ia dianggap culik. Ah, gak mungkin pakaian nya saja baju sekolah.

"Kakak beldalah. Ayo masuk, bial nanti Unda yang obatin" anak kecil ini menggandeng yang dipanggil kaka. Tapi, sebelum kaki nya melangkah seseorang lebih dulu dateng.

"Ya ampun, adek dia kenapa?!" Tanya ibu dari anak kecil ini.

"Tadi kakak ini duduk dipagal dan sudah beldalah, Bun"

"Ayo dek, biar saya obatin dulu" orang itu malah diam tidak bergiming. Ia memandang wajah Ibu dari gadis kecil ini dengan wajah kagum nya. "Dek?"

"Ah, iya kak"

"Ayo masuk, biar saya obatin dulu"

"Eh, gak usah kak. Biar saya diobatin dirumah aja. Dan maaf saya sudah lancang masuk rumah kaka" ucap nya tidak enak.

"Gak ada, udah ayo kamu masuk dulu. Luka kamu harus cepet diobatin!" Dengan terpaksa orang itu mengikuti nya masuk. Sedari tadi, orang itu berjalan hanya melihat tangan nya yang sedang digandeng oleh ibu dua anak ini.

Kini, tangan yang terluka itu sudah dalam balutan perban. Jadi, darah nya sudah tidak terlihat lagi. "Kamu kenapa bisa sampe berdarah kaya gini?" Tanya nya sambil melilitkan perban.

"Eumm" seketika orang itu gugup. "Tadi, saya kena ranting pohon yang patah" bohong nya. "Veranda!" Orang itu menyodorkan tangan nya pada seseorang yang sedang membalut luka nya. Ibu dua anak ini heran. Lalu tersenyum.

VeomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang