Drama sang Dewi

536 50 20
                                    

Halo semua nya, apa kabar niiiiiiiiihh. Berapa abad kita tak jumpa? Hahaha.

Oh iya mau ngucapin dewi kita yang kemarin ultah. Selamat ulang tahun Bunda yang sudah jadi bunda, mari doakan yg baik² untuk Bunda kita ya hehe.

Di hari spesial ultah Naomi, cerita ini ane panjangkan. Mabok gak tuh hadeh. Kalian kuatin mata nya ya wkwk. DH ah lanjut aja yuk.

....

Terik itu hilang, hadir dengan kehangatan, senja datang menyapa setiap insan yang kembali pulang. Sore telah tiba, macet kendaraan selalu menjadi topik utama di ibu kota. Para pekerja juga pelajar sudah memenuhi jalanan aspal untuk pengendara.

Hap!

"Hahaha"

"Ck, Git. Sini balikin" rasa kesal kala penat singgah semakin tinggi, rasa kesal itu menjadi kenjengkelan yang ingin di salurkan.

"Apaan sih Lo jam segini dah mau pulang, basket dulu lah, kuy"

"Capek, mau balik. Siniin sepatu gue" namun sayang sepatu itu malah ia taroh di belakang tubuh nya. "Gita, ini udah sore mending kamu balik. Nyokap lo dah nyariin" wajah kesel nya sangat terlihat.

"Ayo lah Ve, sekali aja. Mumpung lo masih pake baju olahraga" Ve menatap diri nya sendiri tenyata benar ia masih memakai seragam olahraga, Ve merasakan lelah seharian dengan mata pelajaran di kelas nya yang tak ada kata ampun di tambah dengan olahraga fisik siang tadi, dan teman nya mengajak untuk adu main basket, remuk sudah seluruh tulang dan sendi milik Ve.

"Sebentar aja tapi" Gita mengangguk senang, lalu gadis itu menyerahkan sebelah sepatu nya pada Ve.

Bermain dengan lingkungan yang sepi membuat mereka terlihat sangat bebas, tidak perlu malu ada yang melihat nya tidak perlu takut ada guru yang menegur nya karena sudah merusak lapangan. Mereka seperti seorang adik kakak yang sedang merebutkan satu mainan di rumah.

"Ayo, Mi" suara itu terdengar dari depan ruang seni, ah ternyata bukan mereka berdua saja yang masih nyaman di tempat ini. Ada manusia lain juga ternyata. "Naomi? Lo lagi liatin apa?" Orang itu mengikuti apa yang sedang si tatap nya.

"Dia siapa?"

"Yang mana? Yang tinggi?" Naomi mengangguk. "Dia Ve, anak baru yang kata nya pindahan dari Medan, dia paling pinter di kelas, kata nya sih" Mereka melihat asik nya mereka berdua yang sedang saling merebut bola. "Dia gak ada temen, eh untung ada si Gita, sama-sama gak punya temen kan, cocok"

Duk.

"Lo main licik, Veh hoshos" Gita duduk di tengah lapangan setelah Ve dengan lincah memasukan bola di dalam ring. Dengan nafas yang tersengal Gita menyangga tubuh nya dengan kedua tangan, dia begitu terlihat sangat kelelahan bahkan rambut nya saja sudah terlihat sangat lepek. Ve menghampiri dengan santai nya, dan duduk di arah Gita menatap Ring.

"Huh, nantangin sih. Maka nya kalo main basket nafas harus bisa di kontrol"

"Dah ah ayo balik, dah sore banget ini" mereka meninggalkan lapangan, bahkan mereka segera meninggalkan rumah kedua mereka. Yang pasti nya esok akan datang kembali ke sini. Ve menggunakan sepeda motor, tentu saja Ve sengaja agar dia bisa mengangkut Gita yang selalu menggunakan kendaraan umum, untung saja rumah mereka se arah.

...

Esok hari telah tiba, rupa nya kelas masih begitu ramai para pelajar yang berkeliaran, padahal bell masuk sudah berbunyi. Entah apa yang mereka lakukan di jam KBM yang sudah di mulai, seperti contoh kelas yang di singgahi Ve. Begitu ramai dengan tawa canda yang di lakukan para siswi, bahkan Ve pun sedang bersenda gurau dengan gita, saling memukul dengan buku tulis. Sekolahan khusus cewe tidak menjamin ketertiban sekolah berjalan mulus, tentu saja bahkan lebih melanggar dari sekolah biasa nya.

VeomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang