”Pertanyaan pertama paus apa yang bisa masuk masjid?” tanya Melisa.
Tiap kelompok pun kompak saling berdiskusi. Setelah berdiskusi beberapa waktu akhirnya masing-masing kelompok pun menemukan jawabannya dan menuliskannya di secarik kertas.
Rama yang juga menguasai dunia fotografer pun sibuk memotret jalannya ospek atau apapun yang berkaitan dengan jalannya sebuah acara di kampus.
Masing-masing kelompok pun sudah mengumpulkan jawabannya dan dibaca satu-satu oleh Melisa. Ada beberapa jawaban yang benar, ada juga jawaban yang salah. Termasuk jawaban dari kelompok Kevin, ia tersenyum ketika melihat isi jawaban dari kelompok Kevin yang berisi 'paus-pausan'.
”Jawaban yang betul adalah paus tad,” ujar Melisa kemudian meminta masing-masing ketua kelompok yang merasa jawabannya kurang tepat untuk maju ke depan.
Rama pun menurunkan kameranya ketika melihat Kevin maju ke depan. Ia tersenyum tipis ketika melihat sosok Kevin yang penurut dan tidak berontak seperti kemarin-kemarin.
Ia pun kembali mengangkat kameranya dan tanpa ia sadari, kamera yang ia pegang ia fokuskan pada Kevin sehingga begitu banyak foto Kevin yang terjepret oleh kameranya.
Ia pun menyunggingkan bibirnya ketika melihat beberapa pose Kevin yang tengah tersenyum seperti anak kecil yang polos namun dalam bentuk dewasa dan tampan tentunya.
”Nah, yang bagi yang kalah bisa pilih truth or dare,” ujar Melisa. Satu per satu kelompok pun mulai menjalankan hukumannya hingga sampailah pada giliran Kevin.
”Dek Kevin, kamu pilih apa? Truth or dare?” tanya Melisa tersenyum. Melisa berusaha sebisa mungkin untuk lebih profesional dan tidak menunjukkan ketertarikannya kepada Kevin supaya kelompok lain pun tidak merasa berat sebelah.
”Truth,” ujar Kevin memilih truth sebagai hukumannya. Salah satu senior bernama Rafael pun mengajukan pertanyaan yang cukup pribadi kepada Kevin, ”Hal yang paling lo benci dan hal yang paling lo suka?”
Kevin pun nampak berpikir dan dengan sorot mata yang agak sedih meskipun tidak terlalu ketara, ia pun menjawab, ”Gue paling benci orang yang cuma mikir dengan ngeliat satu sisi aja tanpa ngeliat sisi yang lain apalagi ampe nggak percaya ama kata-kata orang tersebut,” ujar Kevin memandangi Rama dan Radi secara bergantian dengan sebelah alis terangkat.
”Hal yang paling gue suka adalah..” ujarnya menggantungkan kalimatnya. ”Kalo orang mau percaya sama gue tanpa syarat dan banyak nanya karena gue pantang buat bohong dalam hal apapun.”
Rama dan Radi sama-sama tersentak ketika mendengar perkataan Kevin yang entah mengapa seperti memojokkan keduanya. Ah, lagi-lagi perasaan bersalah hinggap di hati Rama. Ia tidak tau lagi harus bagaimana supaya mendapat maaf dari Kevin. Rasanya cukup tersiksa jika ia bersalah namun tidak mendapatkan maaf dari orang tersebut.
Para maba pun kembali duduk di tempatnya masing-masing. ”Pertanyaan kedua,“ ujar Melisa lagi seraya menatap satu per satu mabanya kemudian tersenyum tipis ketika matanya menangkap sosok Kevin.
”Ayam matematika, apakah itu???” tanya Melisa kepada seluruh maba berharap para maba kali ini bisa menjawabnya dengan benar. Seperti yang tadi tiap kelompok pun menuliskan jawabannya di secarik kertas.
”Ok, jawabannya adalah nugget bentuk angka!” ujar Melisa membuat banyak kelompok maba menyayangkan jawabannya mereka yang lebih banyak salahnya.
Kevin yang selaku ketua kelompok pun segera maju. Ketika sampai pada giliran dirinya yang ditanyai, ia pun memilih dare sebagai hukumannya kali ini. ”Buka baju lo trus push up 10 kali,” ujar Rafael memerintahkan.
Kevin pun perlahan-lahan membuka satu per satu kancing kemejanya. Semua perhatian pun tertuju kepadanya, tidak terkecuali Rama dan Radi. Oh shit! Semua orang histeris ketika melihat Kevin melepaskan kemejanya dan memamerkan otot tubuhnya yang terbentuk sempurna.
Rama pun kembali mengangkat kameranya dan mengambil fokus Kevin sebagai objek fotonya. Ketika lensa kameranya diarahkan ke Kevin, tanpa Rama sadari wajahnya sedikit bersemu merah ketika melihat pahatan sempurna di perut Kevin.
Setelah menjalani tantangan yang diperintahkan oleh Rafael, Kevin kembali mengenakan kemejanya. Ia pun kembali ke dalam barisan kelompoknya. ”WOW! KEV! LO KEREN BANGET! KYAAAAAA,” puji pria yang bernama Radhika yang sebelumnya menghabiskan makanan milik Kevin tanpa sisa sambil mengacungkan kedua jempolnya.
”Tumben banget tuh sen ngasih tantangan ringan banget? Kek anak TK gitu wkwkwk,” ujar Malik tertawa. Ia pun langsung diam ketika ada salah satu senior menegurnya untuk diam.
Kevin pun merasa sedikit bangga ketika memamerkan bentuk tubuhnya yang terpahat dengan sempurna. Ia yakin kalau senior-senior cowok yang ada disini pun kalah olehnya.
*
Waktu istirahat makan siang pun tiba. Namun, senior-senior aneh itu memberikan peraturan yang aneh pula hanya untuk sekedar makan siang. Salah satu senior kampus memberi aturan bahwa, makannya harus lesehan di daun, tidak boleh bersuara dan tidak boleh menengok kiri dan kanan.Makanan yang disajikan pun harus habis tanpa tersisa satu butir nasi pun. ”Shit!” umpat Kevin dalam hati. ”Dasar senior-senior brengsek!” umpatnya lagi merasa tidak suka dengan peraturan yang diberikan oleh senior pembimbing.
Melisa meletakkan sekotak susu coklat di samping Kevin hingga membuat seluruh maba bersorak sorai. ”Cieeeeee,” ujar maba-maba yang melihat aksi Melisa memberikan sekotak susu.
”OY!“ ujar Melisa memperingatkan dengan suaranya yang keras dan nyaring. Sangar juga ya Melisa kalau sudah begini? Pikir Kevin memandangi sekotak susu yang diberikan oleh Melisa tadi sambil tersenyum.
Dari kejauhan Rama menyipitkan matanya tidak suka ketika melihat Melisa memberikan perhatian lebih kepada Kevin. Bukan kenapa-napa, hanya saja Rama tau siapa Melisa sebenarnya. Andai itu bukan Melisa maka Rama pun akan tinggal diam saja.
Kevin menyentuh saku celananya. Ia mengernyitkan alis tatkala tidak merasakan keberadaan kunci mobilnya disana. Duh, kemana nih kunci mobil gue? Ucapnya dalam hati.
Ia pun menoleh ke kiri dan ke kanan memandangi seluruh sudut ruangan yang ada disana, kalau-kalau ada penampakan kunci mobilnya di lantai di antara para maba yang tengah duduk menyantap makanannya.
”Kamu,” seru Radi. Kevin pun menoleh seraya mengangkat sebelah alisnya. ”Iya kamu,” ujar Radi memperjelas kalau orang yang dimaksud ialah Kevin. ”Ke depan,” perintahnya.
Mau tidak mau Kevin pun maju ke depan mengikuti perintah senior sinting si Radi. ”Males banget gue berurusan ama nih orang,” ucapnya dalam hati. Radi menatap Kevin dengan tatapan yang sok sangar dan garang. Oh, bagi Kevin tatapan seperti itu tidak akan mengintimidasinya sekalipun. Ia malah menatap tajam balik Radi.
”Karena kamu udah langgar peraturan, kamu musti dihukum.” ujar Radi. Kevin tersenyum miring, ”Bahkan gue gak tau salah gue gimana,” ujar Kevin benar-benar tidak tau telah melakukan kesalahan apa.
Kini keduanya pun saling tatap-menatap dengan tatapan yang tajam seolah ada aliran listrik ribuan volt disana. Kevin dengan wajah coolnya seolah ingin menantang Radi yang katanya akan memberikannya hukuman. Kevin pun tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku Ternyata G
Romance[TAMAT] Cuman tulisan sederhana dan jelek. Beberapa nama tokoh juga ketuker, dan lupa. Jadi, jangan komen aneh-aneh. Se-umpama lu nggak suka tinggal skip aja. Ber-cerita tentang kisah cinta antara dosen dan seorang mahasiswa ber-nama Daffin.