Guruku Ternyata G 05

4.5K 285 8
                                    

Kevin pun segera turun dari mobil tanpa menoleh sedikit pun, jangankan menoleh, berterima kasih pun tidak. ”Kevin,” seru Rama. Langkah kakinya pun terhenti. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun, dan memilih menunggu Rama untuk berbicara.

”Maaf,” ucap Rama meminta maaf. Rama tidak ingin jika perasaan bersalah yang terus menerus mendera hatinya. Ia berharap dengan meminta maaf secara langsung akan meringankan semua perasaan tidak enaknya kepada Kevin.

Kevin pun tersenyum kecut tatkala mendengar kata maaf terucap dari bibi Rama. Ia pun membalikkan badannya. ”Gue nggak bakalan pernah maafin lo. Berlutut ato rasain penyesalan itu seumur hidup lo, fuck!” ujarnya ketus sambil mengacungkan jari tengahnya.

Kevin pun masuk ke dalam. Sedangkan Rama masih terpaku di tempatnya berdiri kini. Baru pertama kali sepanjang hidupnya, ia merasa tidak menjadi seorang dosen yang baik, dan malah menghancurkan mimpi muridnya sendiri.

Sinar matahari yang masuk melalui celah-celah ventelasi rupanya cukup membuat tidur Rama terusik. Di apartemen kecilnya, ia tinggal sendiri dan memenuhi semua kehidupannya sendiri.

Ibunya sendiri beberapa kali meminta dirinya untuk bergabung dengan perusahaan. Namun, Rama sama sekali tidak ada minat. Ia lebih memilih menjalani hidup seperti orang kebanyakan tanpa harus dibebani dengan urusan-urusan kantor yang menurutnya amat sangat membosankan.

Rama mengerjapkan-ngerjapkan matanya beberapa kali kemudian meraih jam digital di nakas samping kirinya. Ia bersyukur jika ia tidak telat bangun, yang dimana waktu masih menunjukkan pukul 7 pagi, dan itu artinya ia masih bisa sedikit bersantai atau sarapan pagi tepat waktu di rumah.

Ia pun bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai dengan aktivitas mandinya, ia pun segera manuju dapur untuk sekedar menyantap roti panggang dengan saus kacang, serta segelas jus tomat di pagi hari.

Kemeja berwarna coklat muda dengan perpaduan celana berwarna krim pun menjadi pilihan outfit Rama hari ini. Ia tersenyum tatkala tangannya mengancing satu per satu kemejanya seraya memandang keluar, melihat indahnya kota Jakarta di pagi hari.

Seseorang memeluknya dari belakang dengan erat. Rama pun mengelus tangannya dari depan yang kini melingkar di pinggangnya. Senyuman tak henti-hentinya terukir dari bibirnya, Rama begitu bahagia saat ini karena di sampingnya ada seorang wanita yang begitu ia cintai.

”Kok nggak bangunin aku sih sayang?” ujar wanita itu berlagak cemberut. Rama pun membalikkan badannya dan menatap wanitanya itu lamat-lamat. ”Soalnya kamu bobonya kayak kebo sayang hehehe,” godanya tepat di telinga wanitanya.

Namanya ialah Cindy Wijaya, atau biasa dipanggil dengan sebutan Cindy. Seorang wanita yang telah mengisi relung hatinya sejak 1 tahun lalu. Ada beberapa alasan mengapa Rama begitu mencintai Cindy dan menjadikannya satu-satunya ratu yang mengisi relung hatinya adalah karena Cindy adalah orang yang hangat, penyayang, dan mandiri.

Walaupun ada satu sifat Cindy yang tidak disukai oleh Rama yaitu ambisinya yang terlalu tinggi terhadap pekerjaan. Namun, Rama berusaha untuk memahaminya karena di usia seperti Cindy memang usia dimana semangat dalam bekerja tengah membara. Prinsip Rama dalam menjalin sebuah hubungan ialah memahami dan menerima kekurangan masing-masing. Maka dari itu ia tidak masalah dengan Cindy yang berambisi tinggi terhadap pekerjaan dan cita-citanya, meskipun hal itu menyebabkan dirinya tidak bisa sering bertemu.

Rama menelusupkan rambut Cindy ke belakang telinganya seraya tersenyum. Inilah yang membuat Cindy begitu tergila-gila dengan Rama. Siapa yang bisa tahan dengan senyuman mautnya itu? Ah, ingin rasanya Cindy melahapnya saat ini juga.

”Kenapa?” tanya Rama heran ketika melihat Cindy menatapnya dengan bola matanya yang bergerak ke kiri dan ke kanan, juga bibir bawahnya yang ia gigit.

”Um,” gumam Cindy membuat wajahnya bersemu merah tanpa sebab. Ia pun menundukkan wajahnya sedikit karena malu. ”Cute,” pikir Rama terkekeh melihat tingkah menggemaskan Cindy.

Rama pun mendekatkan wajahnya ke telinga Cindy, ”Maaf sayang, jatahnya next time aja yah? Soalnya aku mau berangkat kerja hehehe,” goda Rama seolah tau apa yang diinginkan oleh kekasihnya itu.

Sejurus kemudian Cindy pun mencubit pinggang Rama hingga membuatnya meringis sambil terkekeh melihat Cindy yang salah tingkah dengan wajah yang bersemu merah.
*
Kevin berjalan beriringan bersama teman barunya satu kelompok yaitu Malik. Kevin yang asyik bermain dengan gadgetnya itu pun tidak menyadari kalau keduanya berselisih dengan salah satu senior kampus yaitu Radi.

”Eh? Kak Radi? Pagi kak,” sapa Malik lemah lembut. Malik tidak ingin jika dirinya yang berstatus maba malah bersikap angkuh dan sombong. Malik ingin akrab dengan semua orang termasuk para senior kampus.

Mendengar nama Radi disebut, Kevin pun menoleh. Ternyata yang ada di hadapannya kini benar-benar Radi, si senior kampus yang belagu dan dengan wajah tanpa dosanya malah mencukur rambutnya cepak ala tentara.

Radi pun tersenyum. Ia sama sekali tidak marah atau dendam kepada Kevin yang sudah menyerangnya kemarin. Sebagai senior kampus yang baik, ia selalu berusaha menjadi senior yanh baik dan  memahami junior-juniornya sendiri terlepas bagaimana cara mereka memperlakukan senior-seniornya di kampus.

Rupanya Kevin masih menyimpan kekesalan di dalam hatinya. Hal itu terbukti dari matanya yang terus saja menatap Radi dengan tatapan tajam nan membunuh. Oh gosh! Ingin rasanya Kevin melayangkan tinju di wajah polos Radi yang begitu memuakkan hingga babak belur.

”Apa liat-liat?” tanya Kevin ketus dengan mata yang melotot tajam. Malik mulai was-was ketika melihat temannya itu nampak berani dengan Radi yang notabene senior kampus. Malik bingung harus berbuat apa.

Terbesit rasa kagum di hati Radi ketika melihat Kevin yang sama sekali tidak ada takut-takutnya dengan senior kampus, yang dimana hampir semua maba biasanya takut atau bahkan lari terbirit-birit.

Radi pun tersenyum. Ia tidak ingin berurusan dengan Kevin apalagi dikarenakan masalah spele seperti kemarin. ”Tapi lo tetep ganteng kok sama model rambut kek gitu,”

”Tunggu aja pembalesan gue,” ancam Kevin sambil tersenyum miring.

”So-sorry ya kak!” ujar Malik meminta maaf. Ia pun membimbing Kevin untuk segera pergi dari sana supaya keadaannya tidak bertambah runyam. ”Ayok ayok Kev kita musti ngerjain tugas kelompok ayok,” ujar Malik kemudian berpamitan dengan Radi.

Radi tertegun memandangi Kevin dari kejauhan. Ia geleng-geleng kepala melihat kelakuan tidak terpuji Kevin. Baru kali ini ada junior yang berani menyerang seniornya sendiri sampai tersungkur bahkan mengancam.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang