Guruku Ternyata G 30

1.7K 130 0
                                    

Setelah membersihkan diri, ia pun membuka almari, tiada sudah pakaian sang kekasih, yang biasanya bergantungan dengan indah. Sudahlah. Ini adalah keputusan terbaik. Berada dalam sebuah hubungan yang dianggap tabu oleh orang lain memang memiliki resiko tinggi.

Kesedihan ini pasti akan berlalu. Daffin hanya membutuhkan waktu saja. Ya, semoga cepat berlalu, batin Daffin. Ia pun bersiap-siap kuliah sampai harus melewatkan sarapan pagi. Sang ibu menegur namun Daffin seolah terburu-buru. Entahlah, batin Daffin.

Di pinggir jalan sorot mata Daffin tidak sengaja melihat Melisa berdiri. Mungkin dia sedang menunggu bis atau angkutan umum lain, batin Daffin. Daffin pun meminggirkan mobilnya lalu ia bunyikan klaksonnya. Daffin membuka kaca mobil, “Mel?“ seru Daffin. Melisa terkejut. Untuk apa Daffin menghampiri dirinya? “Lu mau ngampus?“ tanya Daffin. Melisa diam sesaat. Sudah lama sekali ia tidak berbicara dengan Daffin seperti ini. “Hm,“ sahut Melisa menganggukkan kepala pelan.

“Bareng gue aja,“ ucap Daffin. “I-itu..“ gumam Melisa. “Sorry Daff, gu-gue udah dijemput,“ sahut Melisa. Jangan sampai Daffin bertanya lebih lanjut, batin Melisa. Melisa tidak ingin Daffin tau lebih banyak lagi tentang dirinya. “Oh? Gitu? Gue duluan yah,“ ucap Daffin.

Daffin melihat raut muka Melisa terlihat gelisah. Mungkin Melisa menyembunyikan sesuatu dari Daffin. Entahlah Daffin juga tidak ingin mencampuri urusan orang lain. Urusan diri sendiri saja sudah cukup banyak. Sangat tidak mungkin jika Daffin menambah-nambah masalah lagi. Huh, Daffin menggeleng-gelengkan kepala.

Melisa menghembuskan nafas lega. Beruntung Daffin sudah pergi, karna tidak lama setelah itu sebuah mobil hitam metalik pun datang menjemput dirinya. Seorang pria dewasa menampakkan wajahnya di balik kaca mobil yang terbuka. Dia tersenyum. Pun Melisa ikut tersenyum.

Dalam perjalanan menuju kampus, pria itu meraba-raba paha Melisa. Melisa diam saja. Melisa sudah biasa seperti ini, melayani seorang pria hidung belang, dengan bayaran tinggi tentunya. Pria itu menyingkap rok yang Melisa kenakan. Tangannya semakin ke dalam dan membuka sedikit celana d4l4m Melisa. Satu jarinya ia masukkan ke dalam lubang Melisa. Sambil menyetir pria itu sambil memainkan jarinya di dalam sana. Nafas Melisa mulai tidak teratur. Ia pun melenguh sambil menggigit bibir bagian bawah.

Protes? Itu tidak akan mungkin, karna Melisa sudah dibayar. Setelah membuat Melisa mencapai puncak kenikmatannya yang pertama, tangan pria itu pun memasukkan tangannya di balik kemeja yang Melisa kenakan. Pria itu meremas dua melon Melisa.

“Masukin jari kamu kesana, Mel.“ ucap pria itu. Sambil tangan pria itu meremas melon Melisa. Satu hari Melisa sendiri ia masukan ke lubang miliknya sendiri. “Eumh,“ Melisa kembali mengeluarkan cairan bening itu di bawah sana.

“Juan!“ seru Daffin selepas ia turun dari mobil. Disana ada juga ada Juan yang baru datang sambil menenteng tas di pundak. “Gue denger lu disiram kopi. Gimana critanya sih?? Baru bahas sekarang gue yaela telat,“ ucap Daffin. “Biasa Daff, lu jangan kepo-kepo banget dah takut gue jadinya wkwk,“ sahut Juan.

“Eh, lu tau nggak? Si Nai suka sama lu,“ ucap Daffin. “Hah?“ seru Juan mengernyitkan alis. Naila menyukai Juan? “Lu tau darimana?“ Juan tidak percaya. Pasalnya Naila sama sekali tidak menunjukkan gerak-gerik menyukai dirinya. Lalu, bagaimana bisa Naila begitu? Hm, Juan heran.

“Nai sering curhat ama gue,“

“Oh gitu~“

“Kok oh gitu? Naila cantik loh? Lu nggak mau ama dia?“

“Cantik sih~ Tapi..“

“Tapi?“

“Gue udah punya pacar,“

“Masa? Lu nggak ada tampang-tampang punya pacar deh. Kan kerjaan lu kuliah trus kerja udah gitu doang. Kapan emang lu bisa pacaran?“

“Dih ngeremehin gue. Sriusan~ Malah gue tinggal bareng ama dia.“

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang