Guruku Ternyata G 10

3.4K 234 8
                                    

Tidak terasa hari ini adalah hari terakhir ospek di kampus yang akan menjadi tempat Kevin kuliah. Ia merasa lega tatkala ospek yang menyebalkan dan sangat membosankan ini akhirnya berakhir juga.

Namun, pagi ini seluruh penggemar Kevin rupanya dikejutkan dengan berita yang dimana Kevin tidak jadi menjadi model dari majalah Q magazine, dikarenakan alasan spele yaitu model rambutnya yanh tidak sesuai dengan konsep majalah tersebut.

Alhasil posisi yang semestinya dipegang oleh Kevin pun digantikan oleh Bagas yang notabenenya adalah rival Kevin. Ada banyak penggemar yang menyayangkan hal itu, ada yang tidak setuju hingga menuai banyak komentar negatif untuk pihak Q magazine sendiri, pun kepada Bagas sebagai model pengganti.

Sebagai bentuk kepedulian para penggemar kepada Kevin, banyak para gadis menghampirinya yang tengah bersantai duduk di kantin dengan memberikan berbagai macam jenis makanan dan cemilan.

”Sabar ya kak,” ucap salah seoranh gadis menyemangati.

”Aku sumpahin si Bagas gak laku-laku,” ucap yang lain lagi.

”Huh tampang plastik kek Bagas mah gak cocok, yang cocok itu Kevin tau!” timpal yang lain lagi.

Kevin pun mengucapkan terima kasih kepada para gadis yang telah memberikannya banyak makanan dan bingkisan. Bukan maksud ingin merasa diri paling populer atau apa, hanya saja ia tidak ingin mengecewakan pemberian orang lain.

”Woooaaaaa banyak banget!” ujar Radhika dengan mata yang berbinar tatkala melihat tumpukan snack yang seabrek di depan matanya.

”Abisin aja Dhik hehe kalo perlu bawa pulang sekalian wkwkwk,” ujar Kevin sambil tertawa jenaka. Kevin bukanlah tipe orang yang menyukai snack kemasan, jadi tidak masalah kalau snack-snack yang ia dapatkan, dihabiskan oleh teman-temannya.

”Rakus banget lo Dhik! Gue juga mau kali!” ujar Malik protes dan memeluk sebagian snack yang ada supaya tidak diambil semuanya oleh Radhika.

Kevin memainkan hpnya dan membuka sosial media instagram. Ia melihat postingan sesi foto rivalnya di majalah Q magazine. Ia pun tersenyum kecut menyayangkan dirinya yang tidak bisa ikit andil dalam pemotretan di majalah tersebut.

Di lain tempat. Radi termenung ketika membaca sebuah postingan berita terkini mengenai Kevin. Di berita tersebut tertulis bahwa pihak Q magazine menggantikan posisi Kevin dengan Bagas dikarena hair style yang tidak cocok dengan konsep pemotretan mereka.

Dikatakan bahwa Q magazine merupakan perusahaan majalah yang cukup besar dan mampu menjadikan model-modelnya sebagai artis ternama. ”Jadi, dia nggak boong?” gumam Radi.

”Hai Rad,” seru Rafael menyentuh pundah Radi hingga membuatnya tersentak kaget. ”Lo kenapa?” tanya Rafael ketika melihat ekspresi kaget Radi yang tidak biasa.

”Gue nggak papa kok,” jawab Radi dengan senyuman yang dipaksakan. Ketara kekhawatiran di wajahnya.

”Nggak papa gimana? Muka lo pucet gitu juga?” ujar Rafael.

”Hah? Ng-nggak kok.. Beneran nggak papa hehe,” ujar Radi sambil tertawa garing. Radi pun bangkit berniat ingin segera pergi ke suatu tempat.

”Mau kemana?” tanya Rafael yang melihat sahabatnya itu nampak terburu-buru.

”Ada deh wkwkwk,” jawab Radi sok misterius membuat Rafael mendengus kesal.

Radi menjelajahi seluruh area kampus, mencari sosok Kevin yang ingin ia temui saat ini. Syukurlah, kalau Kevin ternyata tengah asyik bercanda ria bersama teman-temannya di kantin.

Radi pun menghampiri meja dimana Kevin dan teman-temannya duduk. Malik dan Radhika menyapa Radi layaknya junior pada umumnya. Berbeda dengan Kevin yang hanya menatap Radi datar tanpa minat sedikitpun.

”Gue.. Ada yang mo gue omongin sama lo,“ ujar Radi to the poin.

”Ngomong aja,” sahut Kevin.

”Tapi nggak disini,”

Kevin menghela nafas. ”Trus lo mau ngomong dimana?”

”Dimana aja asal cuman ada kita berdua,”

Kevin bersedekap di dada seraya menyenderkan punggungnya di tembok salah satu bangunan di kampus. Ia menatap Radi dengan tatapan yang datar, menunggu hal apa yang ingin Radi bicarakan padanya.

”Cepetan kaki gue pegel,” ujar Kevin sama sekali tidak dalam mood untuk bertatap muka dengan iblis yang bernama Radi.

”Gue mau minta maaf sama lo,” cetus Radi membuat Kevin mendelik dengan kedua alis saling bertautan. ”Gue minta maaf gara-gara gue—”

”Udah?” potong Kevin. Kevin benar-benar kesal kalau harus mengingat-ingat kembali peristiwa dimana rambutnya dicukur paksa hingga membuatnya kehilangan job besar.

Apa? Minta maaf? Heh! Apakah dengan kata maaf saja sudah cukup? Atau setidaknya bisa mengembalikan dirinya untuk bisa bergabung kembali dengan Q magazine? Shit! Kevin tidak butuh maaf dari Radi atau dari siapapun.

Radi diam. Ia tidak mampu berkata apa-apa lagi selain kata maaf. Ia paham kalau perbuatannya beberapa waktu lalu tidaklah mudah untuk dimaafkan oleh seorang Kevin.

Radi hanya berharap, kalau Kevin bisa memaafkannya walaupun itu terdengar mustahil. Kevin tersenyum sinis ketika melihat raut wajah Radi yang seolah seperti sedang meminta belas kasihannya.

”Berlutut,” ujar Kevin.

”Hah?” gumam Radi membuat kedua alisnya terangkat.

”Kalo lo mo gue maafin, berlutut di kaki gue.” ujar Kevin lagi dengan nada yang tegas. Ekspresi yang Kevin suka dari lawannya ialah ekspresi yang begitu memelas. Sampai-sampai serasa ingin mati di tempat.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang