Guruku Ternyata G 59

845 75 0
                                    

Hardinata seolah hanyut dalam tatapan mendalam itu. Entah bagaimana ia seolah tidak mampu membuat tubuhnya sendiri beranjak dari sana. “Har, aku udah bilang, palingin wajah kamu, karna aku nggak bisa jamin kalo aku bisa nahan diri aku sendiri,“ ucap Tristan memberikan peringatan sekali lagi. Di luar dugaan; Hardinata diam membeku sambil menatap Tristan. Tristan pun mengelus pipi Hardinata dengan lembut. Lalu, ia miringkan kepalanya ke kiri sedikit. Ia pun menempelkan bibirnya pada bibir Hardinata dengan mata terpejam. Ia kecup bibir itu dengan lembut atas dan bawah secara bergantian.

Hardinata menggenggam gelas yang ia pegang sembari memejamkan mata perlahan. Ia mencoba merasakan bagaimana lembutnya bibir Tristan mengecup bibirnya. Ini adalah pertama kalinya mereka berciuman tanpa ada paksaan sedikit pun. Berbeda dengan sebelum-sebelumnya—yang di mana Tristan selalu saja mencuri kesempatan untuk bisa mencium hingga merenggut tahta Hardinata. “Mmph,“ gumam Hardinata saat lidah Tristan mulai menyapu rongga mulutnya perlahan.

Keluarga Nugraha sedang berkumpul di meja makan; sarapan bersama. Hari ini hari sabtu, dan Daffin berencana ingin di rumah saja seharian ini. Tunggu ada rencana dulu, baru ia keluar jalan-jalan. “Daff? Kenapa? Nggak enak, ya?“ tanya Olivia; saat melihat Daffin terlihat tidak bersemangat. Dia makan dengan sangat lambat; tidak seperti biasanya—yang di mana dia selalu makan dengan cepat. Padahal cuma setengah centong nasi saja. Tapi, untuk menghabiskannya seolah membutuhkan waktu yang sangat lama. “Uhm? Enak kok ma. Enak banget malah,“ sahut Daffin.

Daffin sedang tidak baik-baik saja, batin Nugraha. Tiga minggu sudah Chris dan Daffin berpisah. Berpikir Daffin akan baik-baik saja setelah bercerai, ternyata dia semakin terpuruk. Nugraha menghela nafas. “Daffin? Kalo kamu ada masalah, kamu bisa cerita sama papa,“ ucap Nugraha. “Pa, menurut papa, apa salah kalo aku kangen sama Mas Chris?“ ucap Daffin. Nugraha terdiam. “Jangan kamu sebut nama dia lagi, Daffin,“ ucap Nugraha terlihat geram. Sebagai orang tua—yang membesarkan Daffin saja; Nugraha tidak pernah menyakiti Daffin sama sekali. Sedangkan Chris? Siapa dia berani menyakiti Daffin, hingga membuat  tubuh Daffin biru-biru?

“Daff, orang kek Chris, nggak pantes buat kamu kangenin,“ timpal Olivia. Daffin menelan ludah susah payah. “Tapi, aku kangen sama Mas Chris, pa, ma,“ ucap Daffin. Terlihat sangat jelas dari air muka Daffin, bahwa ia begitu merindukan sosok Chris. “Daffin, kamu abisin makanan kamu, trus langsung ke kamar. Kalo kamu mau keluar, suruh Dimas nganterin kamu,“ ucap Nugraha final. Setelah memutuskan untuk berpisah; nama Chris di rumah ini menjadi tabu untuk disebut. Nugraha pasti akan dengan cepat emosi.

Di dalam kamar pun; Daffin tidak tau harus melakukan apa. Ia sudah menghabiskan dua batang rokok. Dan ini adalah batang yang ketiga. Jendela rumah terbuka dengan lebar. Daffin bisa saja kabur, dan pergi ke mana pun yang ia mau. Tapi, kaki ini terasa sangat berat untuk melangkah. Hah, Daffin menghela nafas untuk ke sekian kalinya. Daffin pun iseng membuka sosial media instagram, lalu menyalakan siaran langsung. Ia tidak berbicara sepatah kata pun, dan memilih diam seribu bahasa sambil membaca komentar dari para fans setia. Lalu, ia pun mengambil gitar, dan duduk di kursi.

Daffin mulai memetik gitar. Ia berniat menyanyikan sebuah lagu berjudul Lonely dari SISTAR. “Baby lonely lonely lonely ireohge kkeuching goni, wae ireoni neo jakku naman honjaseo tto oeroun geoni—Apakah kita telah berakhir? Kenapa? Lagi-lagi kamu membuatku kesepian,“ Daffin sedang menyanyikan bagian reff. Hal itu pun menjadi pro kontra di antara penggemar. Sebagian menganggap Daffin telah putus dengan kekasih laki-lakinya. Sebagian lagi menganggap Daffin sedang panjat sosial, karna ada proyek baru iklan atau film. Dan sebagian lagi mendukung Daffin, supaya dia bisa lebih bersabar, apapun yang terjadi.

Di seberang sana; di apartemen sendiri; Chris sedang menonton live Daffin di ruang kerja. Daffin terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Dia juga merokok. Lihatlah tumpukan abu rokok di asbak—yang ada di atas meja itu. Kalau dilihat dari puntung rokok yang ada di sana, sepertinya sekitar dua sampai tiga batang sudah Daffin habiskan. Setelah rokok yang ia pegang sudah habis, ia pun kembali menyalakan rokok baru, dan itu adalah batang keempat. Chris memejamkan mata sembari mengepalkan tangan. Bisa-bisanya Daffin merokok sebanyak itu, batin Chris. Karna setau Chris; Daffin itu perokok pasif, bukan perokok aktif.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang