Guruku Ternyata G 53

864 68 1
                                    

Hampir dua mingguan ini Hardinata menghilang bak ditelan bumi. Pandangan mata keduanya pun bertemu; saat Hardinata menduduki kursi yang ada di depan Tristan. “Tristan,“ seru Hardinata pertama kali. Tristan diam saja. Ia seolah meminta penjelasan dari Hardinata; mengapa Hardinata menghilang selama itu—lewat tatapan mata. Hardinata juga tidak ingin bertele-tele. Ia pun mulai berbicara panjang lebar. “Tristan, untuk ke depannya, lebih baik kita nggak saling ketemu lagi,“ ucap Hardinata. Kedua mata Tristan menyipit. “Anggap aja kita nggak pernah saling kenal. Dan untuk malam itu, saya nggak akan mempermasalahnya. Tapi, kalo kamu berbuat seenaknya sama saya lagi, saya nggak akan segan-segan nuntut kamu, Tristan.“ ucap Hardinata beserta ancaman.

Hardinata tidak mamain-main soal tuntutan pengadilan. Orang-orang seperti Tristan ini; diberi maaf pun tidak pantas; kalau saja bukan karna nasihat dari Tasmirah—Hardinata pasti akan membawa kasus ini ke jalur hukum. Bagi Hardinata; memenjarakan seorang Tristan itu adalah urusan kecil. “Apa nggak ada kesempatan buat saya sedikit aja? Pak CEO?“ ucap Tristan kemudian. Hardinata diam. “Tolong jangan paksa saya, Tristan,“ sahut Hardinata.

“Maaf,“ seru Tristan meminta maaf. “Maaf, kalo saya udah keterlaluan malam itu, Pak CEO,“ ucap Tristan lagi. Hardinata pun berdiri. “Saya udah maafin kamu. Jadi, pertemuan kita cukup ampe di sini aja, jangan ganggu saya lagi, Tristan.“ ucap Hardinata meninggalkan Tristan sendiri di sini. “KASIH SAYA SATU KESEMPATAN LAGI PAK CEO HARDINATA!!!“ ucap Tristan berteriak—hingga mengundang perhatian beberapa pengunjung cafe. Langkah Hardinata pun terhenti.

Tristan pun menghampiri Hardinata ke depan sana. Lalu, berdiri di depan Hardinata dan menatap kedua matanya lurus. “Saya serius, Pak CEO. Saya nggak main-main sama perasaan saya sendiri—“ ucap Tristan—yang langsung dipotong oleh Hardinata. “Saya juga nggak main-main, Tristan. Tolong jangan ganggu saya lagi. Saya mau hidup tenang, Tristan. Cukup. Cukup ampe di sini, Tristan. Nggak ada lain kali lagi.“ ucap Hardinata menegaskan.

Tristan terdiam setelah Hardinata berkata seperti itu, lalu pergi begitu saja. Tristan pun mengepalkan tangan kuat-kuat. Sesulit inikah mendapatkan hati seorang Hardinata? Tristan harus bagaimana lagi—demi bisa menjadi seseorang yang Hardinata cintai? Tristan menghela nafas berat. Lebih baik Tristan membiarkan suasana sedikit lebih tenang dulu. Baru memikirkan bagaimana cara—untuk bisa berkomunikasi lagi dengan Hardinata nanti. Tristan sudah berjalan terlalu jauh; melepas Hardinata begitu saja; argh, Tristan mengacak rambutnya gusar.

Djaka berdiri di depan cermin. Ia tatap pantulan dirinya di sana dari ujung kaki sampai ujung rambut. “Pantesan Daru nggak suka bin kesel sama aku hmmm jadi ini toh gara-garanya~“ gumam Djaka saat ia mengomentari diri sendiri—yang terlihat biasa-biasa saja, dan jauh dari kata stylish. Dalam hati Djaka bertekad ingin merubah penampilan. Tapi, sebelum itu, Djaka harus bertemu dengan atasan lebih dulu.

Tiba di kantor; Djaka langsung menuju ruangan CEO. “Masuk,“ ucap Chris dari dalam. Djaka pun duduk di depan Chris setelah dipersilahkan duduk. “Kenapa? Ada masalah?“ tanya Chris. “Ada banget, pak. Banyak!“ sahut Djaka—membuat Chris terkekeh. “Uhm, gini, pak.. Bo-boleh nggak kalo saya nyemir rambut?“ tanya Djaka. Kedua alis Chris berkerut. Hm? Semir rambut? Tumben sekali si Djaka ini bertanya perihal semir rambut?, batin Chris.

Chris pun menghela nafas sembari menaruh pulpen di atas meja. Ia pun menatap Djaka. “Djaka,“ seru Chris. “Iya, Pak,“ sahut Djaka mantap. “Kamu kalo mau nyemir rambut ya nyemir aja. Mau warna apa kek merah kuning ijo biru terserah—yang penting kerjaan kantor kamu selese, nggak males-malesan, sama bisa naikin provinsi perusahaan. Satu lagi jangan lupa, kamu Handel baik-baik manajer-manajer yang ada di bawah tangan kamu.“ ucap Chris.

“Kalo ntar saya jadi lebih ganteng dari bapak, gimana?“

“Lah? Emang kamu lebih ganteng dari saya kan, Djaka? Haha, tinggal kamu permak dikit aja beres wkwkwk,“

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang