Guruku Ternyata G 70

729 77 10
                                    

NOTE: Seumpama lu nanya part terakhir kenapa kek gitu? Karna gue emang sengaja bikin si Daru bingung sama perasaan dia sendiri.

----- ⭐ ----- 🌟 ----- ⭐ -----

Satu tangan ia meraba otot-otot Julian: lengan dan perut. Dua netra ia ber-binar. Lalu, tangan ia mengusap perut ia sendiri. Saat diraba memang terasa, tetapi tidak se-bagus pahatan di perut Julian. Ia penasaran. Berapa lama Julian membentuk otot lengan dan perut sampai menjadi begini bagus? Demi apapun; ia ingin memiliki tubuh se-sempurna tubuh Julian. Julian gugup. Tolong jangan disalahartikan, sebab rasa gugup Julian cuma rasa gugup biasa saja. Tiada perasaan dalam bentuk apapun.

Daffin mulai mengajak Julian mengobrol seputar dunia olahraga. Daffin juga penasaran tentang asal muasal Julian, tetapi ia urungkan, sebab semua itu pasti ber-sifat pribadi. Daffin cuma tau jikalau Julian itu lulusan strata satu jurusan farmasi, dan ia juga orang asli Semarang. Satu hal yang mampu ia tangkap dari sosok Julian ialah jikalau Julian begitu pemalu. Daffin merasa jikalau ia saat ini sedang berbicara dengan seorang abang. Gue emang pengen banget, sih, punya abang—apalagi modelan Julian, batin Daffin.

“Trus, bang? Buat ngebentuk otot perut ampe kek gini tuh berapa lama, sih?“

“Sekitar delapan minggu-an tergantung jenis olahrga-nya. Selain itu juga musti jaga makanan. Diet, ini, dan itu,“

“Seriusan delapan minggu doang??“

“Serius, tapi kan tergantung jenis olahraganya apa, durasinya berapa, sama asupan makanannya gimana? Bisa cepet bisa juga lama. Nggak nentu juga, sih,“

Chris berdiri di ujung sana tanpa Daffin sadari. Sorot mata Chris menajam bagai pisau se-habis diasah. Saat tangan sang mantan istri meraba perut Julian; Chris juga melihat semua itu tanpa tertinggal satu pun. “Daffin.“ seru Chris. Suara ber-nada dingin itu terdengar oleh telinga Daffin jua, lalu ia pun menoleh. Daffin terkejut melihat Chris ada di sini—pun otomatis langsung berdiri, lalu menghampiri sang mantan suami. “Itu tadi kamu lagi ngapain? Ngeraba-raba perut orang? Jadi, gini? Kamu di belakang mas, Daffin?“ cerca Chris.

Sebelum meladeni si posesif. Daffin pun berkata, “Bang Daniel? Bang Julian? Aku mau ngobrol sama Mas Chris dulu. Kalian tunggu aku di sini—“ ucap Daffin langsung dipotong oleh Chris. Chris terlihat sangat marah. Sungguh sangat marah. “Suruh mereka pulang.“ ucap Chris dingin. Daffin menghela nafas. “Bang Daniel? Bang Julian? Pulang aja nggak papa. Nanti aku pulang bareng Mas Chris. Tolong sekalian bilangin sama papa, ya?“ ucap Daffin.

Daffin juga ingin langsung pulang saja. Dalam artian sekaligus berbicara empat mata di mobil nanti daripada berbicara di tempat orang lain begini. Bagaimana jikalau ada yang menguping? Huft, bocor jua rahasia antara Daffin dan Chris. Daffin merasa jauh lebih baik setelah buah peach ia menduduki kursi di samping kemudi. Daffin tidak lantas langsung bicara, dan memilih membersihkan make-up terlebih dahulu dengan micelar-water. “Jelasin ke mas sekarang, Daffin,“ ucap Chris menuntut penjelasan itu segera.

“Penjelasan apa?“

“Soal tadi.“

“Julian? Biasa aja kali, mas. Tadi itu, aku satu frame bareng dia pas pemotretan. Cuman iri aja liat otot lengan ama perut dia. Jadi, coba raba dikit sekalian nanya-nanya tips ngebentuk otot,“

“Tips? Kan bisa googling, Daff? Coba, deh. Kamu pikirin lagi. Buat apa coba nanya-nanya begituan ampe ngeraba segala? Hah?“

“Jangan ngajakin gelut. Cepetan anterin aku ke rumah ato aku turun di sini sekarang juga. Pilih aja,“

Daffin memang paling pandai dalam membantu meredam emosi Chris. Daffin bagai air hujan; mampu mengikis ber-batuan sehingga menjadi butiran halus berupa pasir—juga membuat debu-debu di jalanan tersapu bersih. Lihat lah bagaimana Chris mencoba ber-sikap biasa-biasa saja di depan Nugraha dan Olivia. Padahal ia masih lah sangat marah, tetapi melihat ia mampu mengendalikan emosi dengan begitu sangat baik. Sungguh membuat Daffin tertegun.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang