Beribu bunga seolah ber-semi di hati. Bibir ia ber-senandung gembira seolah tiada lara pada diri ia bahagia. Suratan rindu ber-balas temu. Insan mana tiada bahagia? Genggaman hangat itu mampu dirasa lagi setelah sekian lama. Duhai penguasa hati, biarlah bunga-bunga itu ber-semi tanpa engkau beri se-titik luka hingga membuat perih di hati. Dia, Daffin. Jangan. Sekali lagi jangan. Seluruh ruang di hati Daffin telah dipenuhi gulma, tetapi perlahan mulai runtuh hingga bunga-bunga itu bebas dari tumbuhan parasit pada tiap jengkal bentala.Suara indah Daffin menggema. Daffin baru saja selesai mandi hingga suara dering telepon pun terdengar. Siapa menelepon? Padahal hari sudah malam? Siapa lagi jikalau bukan Chris. Chris cuma ingin menagih janji soal ditemani video call hingga ia terlelap nanti. Lilitan handuk masing terlilit indah di pinggul Daffin, serta tetesan air dari rambut juga menetes-netes. “Baru selese mandi juga, mas,“ ucap Daffin protes, lalu mengukir raut cemberut, sebab ia begitu sebal pada sang mantan suami, Chris.
“Trus? Bagus lah, mas bisa liat kamu nggak pake apa-apa,“ sahut Chris.
Benar saja. Dua netra ia begitu lahap memandang tubuh indah Daffin. Begitu putih bersih se-putih susu. Begitu manis se-manis madu. Begitu lembut se-lembut sutra. Itulah definisi betapa indah tubuh sang dicinta. Pantas saja mampu membuat pikiran Chris ber-kelana ke mana-mana dan tergila-gila. Daffin, sang mantan istri sendiri lebih menggoda dari bunga-bunga di luar sana. “Ih, dasar, mesum banget, deh,“ sahut Daffin. Daffin menaruh hp ia di atas meja, dan disenderkan pada sebuah vas bunga. Daffin ingin mengenakan baju terlebih dahulu.
Chris menghela nafas. Darah ia ber-desir tatkala melihat Daffin melepas lilitan handuk itu sehingga membuat si jagoan ber-gelantungan indah dan buah peach nan empuk diremas itu terlihat. Buat apa malu? Toh, dulu juga sering begini di hadapan Chris. Setelah selesai ber-pakaian; Daffin pun mulai mengobrol dengan Chris. Obrolan ringan saja, tetapi mampu membuat Daffin sebal dan tersipu. “Daff, mas boleh ke sana, nggak? Jujur kepala mas lagi pusing banget abis liat kamu nggak pake apa-apa tadi,“ ucap Chris jujur. Chris mulai menunjukkan taring ia. Daffin mendengus.
“Gimana caranya emang? Lewat pintu depan gitu?“
“Siapa bilang lewat pintu depan? Langsung masuk lewat jendela kamar kamu lah, Daff. Tunggu mas,“
Sambungan telepon langsung terputus saat itu jua. Daffin sampai geleng-geleng kepala. Daripada bingung; Daffin memilih untuk mulai mengerjakan tugas kuliah. Sebelum itu; ia mengenakan kacamata minus terlebih dahulu. Belasan menit telah ber-lalu. Daffin seperti telah mendengar suara-suara aneh pada jendela kamar ia. Daffin merinding. Lalu, ia pun mencoba memberanikan diri menggeser jendela itu, dan tiba-tiba Chris pun langsung masuk ke dalam hingga membuat Daffin terperanjat. “Mas?“ gumam Daffin.
Chris merasa sangat malu jua dalam hati. Sebab cuma gara-gara perkara sedang ber-gairah saja; ia rela jauh-jauh datang pemari. “Daff, mas..,“ gumam Chris. Teringin ia jujur dan ber-bicara secara gamblang begitu saja pada Daffin. Chris diam menunggu Daffin bicara. Entah mengapa; Daffin sedang sangat ingin tertawa terbahak-bahak saat ini, sebab Chris begitu menggemaskan. Baru pertama kali ini; ia melihat Chris malu-malu begitu. Pasti Mas Chris malu buat jujur kalo dia lagi pengen hahahaha, batin Daffin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku Ternyata G
Romance[TAMAT] Cuman tulisan sederhana dan jelek. Beberapa nama tokoh juga ketuker, dan lupa. Jadi, jangan komen aneh-aneh. Se-umpama lu nggak suka tinggal skip aja. Ber-cerita tentang kisah cinta antara dosen dan seorang mahasiswa ber-nama Daffin.