Kevin mengajak Melisa makan di sebuah restoran bintang lima yang berlokasi di Setiabudi, Jakarta Selatan. Restoran tersebut bernama Akira Back dan menjadi salah satu restoran mewah termahal di Jakarta.
”Kev, kita makan di tempat lain aja yuk?” ujar Melisa ketika keduanya sampai di parkiran pribadi di restoran ini. Ia merasa tidak enak kalau ia harus makan bersama Kevin di restoran mewah seperti ini. ”Gue tau kok stand makanan yang enak tuh dimana aja,” ujar Melisa lagi berharap kalau Kevin mau makan di tempat lain.
”Nggak lah Mel, sekali-sekali makan disini nggak papa kali? Ayok,” ujar Kevin kemudian turun dari mobil. Melisa mengekor seperti anak ayam yang mengikuti kemana arah sang induk berjalan.
Ketika ia memasuki restoran tersebut, ia pun melihat seseorang yang sama sekali tidak ingin ia temui dari kejauhan. Ia pun berusaha untuk menyembunyikan wajahnya dengan berjalan sejajar dengan Kevin supaya wajahnya terlindungi walaupun hanya sedikit.
”Please jangan liat kesini,” rapalnya dalam hati seolah-olah itu adalah kalimat yang sangat mujarab.
Kevin mengerutkan alisnya ketika melihat raut wajah Melisa yang nampak sedikit memucat. Keduanya kini duduk di salah satu meja yang sudah Kevin reservasi sebelumnya. ”Mel? Lo sakit?” tanya Kevin khawatir.
Melisa tersenyum, ia berusaha untuk bisa serileks mungkin di depan Kevin. Ia tidak ingin merusak makan malamnya bersama Kevin hanya karena kekhawatirannya yang amat sangat.
”Gue nggak papa kok,” jawab Melisa kemudian tersenyum manis seolah tidak terjadi apapun.
”Lo mau pesen apa?” tanya Kevin.
”Terserah lo aja Kev,” jawab Melisa.
Salah seorang pelayan pria pun menghampiri meja keduanya, kemudian memberikan tabel menu restoran tersebut. Melisa tercengang ketika melihat deretan menu yang ada di tabel menu tersebut berharga cukup fantastis.
”Toro caviar 1, seared wagyu 1, crispy rice 1, shrimp tempura 1, kimchi fried rice 1, air mineral 2, sama jus jeruk 1,” ujar Kevin kepada si pelayan.
”Baik, pak,” ujar si pelayan kemudian berlalu pergi.
”Banyak banget?” cetus Melisa yang hanya mendapat cengiran oleh Kevin.
Melisa takjub ketika melihat berbagai macam menu dihidangkan di atas mejanya. Ia yakin kalau menu-menu ini harganya cukup fantastis, mungkin akan menghabiskan separuh dari gajinya bekerja.
”Dimakan Mel jangan diliatin doang hehe,” ujar Kevin kemudian keduanya pun menyantap hidangan tersebut dengan nikmat.
Seorang pelayan pria pun menghampiri kemudian memberikan bone total semua menu yang telah dipesan Kevin hari ini. Lagi-lagi Melisa tercengang melihat jumlah bone yang tertera lebih dari 1 juta itu.
”Um,” gumam Melisa. ”Ntar gue bayar yah?” ujar Melisa. Ia benar-benar merasa tidak enak ketika Kevin menyodorkan kartu kreditnya untuk membayar semua makanan yang ia dan Kevin makan bersama.
Kevin tersenyum. Entah mengapa ekspresi wajah Melisa kini terlihat amat sangat menggemaskan di matanya. Apalagi ketika kedua alisnya saling bertautan saat melihat nominal bone yang baru saja diberikan oleh seorang pelayan.
”Nggak usah, tugas nraktir itu cowok bukan cewek hehehe,” ujar Kevin tertawa jenaka.
*
Akhirnya mobil yang dikendarai oleh Kevin sampai di depan rumah Melisa. Ia menoleh ke samping dan mendapati Melisa yang tengah tertidur pulas. Kevin terdiam sesaat, ia bingung harus melakukan apa. Apakah ia harus membangunkan Melisa? Ah, Melisa kelihatan begitu nyenyak. Kevin tidak tega membangunkannya.Pertama-tama Kevin melepaskan seatbelt yang mengunci tubuh Melisa. Oh shit! Satu kancing kemejanya terlepas dan menampakkan sedikit bagian dadanya.
Kevin mulai berkeringat dingin, perasaannya tak karuan. Melisa menggeliat disela tidurnya. Entah mengapa menggeliatnya Melisa nampak erotis di mata Kevin.
Kevin menatap Melisa sebentar kemudian kembali duduk dengan benar. Ia mencoba mengalihkan pikiran liarnya dengan menyalakan musik dengan volume kecil. Sungguh, Kevin tidak ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ia tidak sebrengsek itu apalagi kepada gadis yang ia sukai.
”Kol dia diem doang sih?” ucap Melisa dalam hati ketika ia memejamkan matanya pura-pura tertidur. Ia sengaja melepas satu kancing kemeja bagian atasnya guna menggoda Kevin.
”Musti pake cara lain.” ucapnya dalam hati kemudian berlagak gatal di bagian pahanya hingga membuatnya menaikkan sedikit roknya dan menampakkan pahanya yang putih bersih.
Kevin menelan ludah tatkala melihat pemandangan yang seharusnya tidak ia linat. ”Tahan tahan,” gumam Kevin kemudian mengambil sesuatu di kursi belakang.
Ia pun menggelar selimut ke tubuh Melisa terutama di bagian pahanya supaya tidak terekspos. Kevin menghela nafasnya sambil memandang ke depan menahan sebuah hasrat yang seolah berontak ingin keluar.
Segala macam umpatan pun diucapkan Melisa dalam hatinya. Mengapa usahanya untuk menggoda Kevin sia-sia? Apakah Kevin mempunyai masalah dalam kehidupan seksnya atau apa? Mengapa dari tadi Kevin hanya diam saja bahkan tidak menyentuhnya sama sekali? Tapi, malah menyelimuti dirinya dengan selimut?
”Shit!” umpatnya dalam hati. Melisa pun memutuskan untuk berpura-pura bangun dari tidurnya dengan mengerjap-ngerjapkan matanya ketika ia melihat sorot lampu mobil yang cukup menyilaukan matanya.
”Udah bangun?” tanya Kevin menoleh ke samping. Syukurlah kalau kondisi Melisa saat ini tidaklah seperti sebelumnya. Ia pun tersenyum kemudian bertanya, ”Mau gue anter ke dalem?” tanya Kevin menawarkan.
Melisa menggelengkan kepalanya. Ia pun menata kembali rambutnya yang sedikit berantakan serta mengancing satu kancing kemejanya yang sengaja ia lepas tadi.
Ia pun berpamitan dengan Kevin. ”Makasih ya Kev udah nganterin gue plus nraktir gue makan,” ujar Melisa. Kevin pun tersenyum, ”Sama-sama,” jawabnya kemudian saling berdadah ria lewat jendela mobil ketika Melisa telah turun dari mobil.
Melisa menggerutu kesal di tempatnya berdiri ketika mobil Kevin telah melaju jauh. Sesusah itu kah mendapatkan Kevin? Pikirnya. Trus gue musti apa dong? Pikirnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku Ternyata G
Romance[TAMAT] Cuman tulisan sederhana dan jelek. Beberapa nama tokoh juga ketuker, dan lupa. Jadi, jangan komen aneh-aneh. Se-umpama lu nggak suka tinggal skip aja. Ber-cerita tentang kisah cinta antara dosen dan seorang mahasiswa ber-nama Daffin.