Guruku Ternyata G 26

2.3K 173 1
                                    

“MERDEKAAAAAAAA,“ seru Daffin menghembuskan nafas lega seolah-olah ia baru keluar dari penjara sekian tahun. Daffin menghirup dalam-dalam udara di sekitar halaman rumahnya sendiri. Uh, Daffin sungguh merindukan kasur spiderman miliknya.

“Merdeka apaan?“ seru Chris.

“Ya karna gue— ehm aku udah nggak tinggal sama mas lagi.“ ucap Daffin tersenyum lebar.

“Siapa bilang?“ ucap Chris.

“Hah?“ gumam Daffin.

Tiba-tiba datang lah seorang supir taksi membawakan beberapa koper kemari. Daffin heran dengan keberadaan koper-koper ini. “Terima kasih banyak ya pak,“ ucap Chris berterima kasih kepada supir tersebut. Bahkan, Chris memberikan uang lebih, sampai-sampai sang supir mengucapkan terima kasih berkali-kali.

“Ini apaan?“ tanya Daffin ketus dengan kedua alis hampir saling bertautan. Chris menghela nafas. Ia mengacuhkan Daffin dan lebih memilih mengetuk pintu. Belum sempat Chris mengetuk pintu, Olivia sudah membukakannya. “Chriiiisssss,“ seru Olivia langsung memeluk Chris dengan erat. “Daffin gimana? Dia nakal nggak?“ tanya Olivia.

Chris melirik Daffin sebentar. Daffin memutar bola mata malas. Daffin itu adalah putera tunggal dari pasangan Nugraha dan Olivia. Tapi, mengapa sang ibu malah memeluk Chris terlebih dahulu? Uh, dasar pilih kasih, batin Daffin.

“Dikit bu,“ ucap Chris tersenyum sambil menyipitkan mata sedikit. “Masuk yuk,“ ucap Olivia mempersilahkan. “Kamu nggak masuk Daff? Mau di luar aja?“ ucap Olivia ketika ia melihat Daffin masih berdiri mematung. Daffin mencebikkan bibir kesal. Dasar Chris, batinnya menggerutu dalam hati.

“Lu kenapa pake acara bawa-bawa koper segala??" protes Daffin sembari duduk di sofa ruang tamu. Olivia langsung memukul pundak sang anak. “Kalo ngomong itu yang sopan dong Daff. Malu-maluin aja.“ tegur sang ibu.

Daffin sebal. “Hmm,“ gumam Daffin. “Maaf mama maaf,“ ucap Daffin. Olivia pun ke belakang untung menyiapkan makan siang di meja. Daffin menatap Chris dengan tatapan yang tajam. “Mas, mas ngapain koper banyak-banyak kek gini? Maksudnya apa?“ tanya Daffin meminta penjelasan.

“Karna mas mau tinggal disinilah. Trus apa lagi? Liburan? Mas nggak punya waktu liburan sayang~ Kamu tau sendiri mas sesibuk apa di kampus.“ sahut Chris. Oh tuhan, kapan penderitaan Daffin akan berakhir? Tinggal dalam satu atap bersama Chris sama saja menghalang-halangi Daffin untuk bergerak lebih lincah lagi. Mengerti maksud Daffin, kan?

“Hah? Mas mau tinggal disini?“ seru Daffin dengan mulut setengah menganga. Daffin terkejut. Bagaimana ceritanya Chris bisa tinggal disini? Bukankah Chris juga sudah mempunyai tempat tinggal mewah? Cih, apa-apaan Chris ini?, batin Daffin.

“Terserah mas lah mau tinggal dimana. Suka-suka mas, bapak sama ibu kamu aja nggak sewot kok,“ ucap Chris. “Ma~“ protes Daffin. “Udah diem. Mama sama papa yang izinin. Lagian mama sama papa nggak perlu izin kamu juga, kan?“ ucap Olivia.

“Iya.. Tapi kan—“

“Nggak ada tapi-tapian,“

Daffin mendengus. Percuma saja ia bersuara disini. Sesiapa pun tidak ada yang ingin mendengar. Biar Daffin nanti berbicara dengan Chris di kamar saja. Daffin harus membicarakan hal ini pada Chris tuntas sampai akar.

Selesai makan siang, Daffin pun ke kamar diikuti oleh Chris di belakang. Daffin membelakangi pintu. Ia berdiri sambil berkacak pinggang. Lagi-lagi Chris berbuat sesuka hati. Egois dan selalu mementingkan kehendak diri sendiri, tanpa mau mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Daffin.

“Mas,“ seru Daffin. Ia pun memutar badan sambil kedua tangan bersedekap di dada. Chris duduk di pinggiran ranjang sambil menatap lurus ke arah Daffin. Jujur saja saat ini Chris sedikit mengantuk. Ah, dasar perut biadab, batin Chris. Setelah menyantap banyak makanan, rasa kantuk itu pun datang. Bahkan, suara Daffin terdengar agak samar.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang