Guruku Ternyata G 73

665 67 30
                                    

Sungguh berat dirasa. Hati sudah bagai ditimpa berton-ton beban. Ibarat air pasang sudah membuat banjir satu desa, sebab hujan deras turun tanpa henti jua. Nugraha menatap nanar gelas paca di atas meja. Gelas itu cuma ia pandangi tanpa ada niat ingin meminumnya sama sekali palau cuma satu tegukan saja. Teh itu mulai dingin. Olivia pun menghela nafas sesaat setelah menaruh pudapan di atas meja. Nugraha pasti merasa berat hati soal Daffin dan Chris. Olivia paham betul akan hal itu, tetapi apa mau dikata? Bahagia putera sendiri lebih utama.

“Daffin,“ gumam Nugraha. Pusaran benak ia terus mengeluarkan api hingga jadi terasa sangat panas. Daffin terlalu berharga jikalau ia harus disakiti lagi oleh Chris. Seluruh ingatan ia berputar kembali pada saat di mana dua netra ia secara langsung melihat leher sang putera membiru. Sungguh, hati ia sangat teriris. Nugraha menangis di hadapan Daffin kala itu. “Papa masih belum bisa restuin Daffin sama Chris, ma,“ ucap Nugraha.

Tangan hangat sang istri terulur tuk menggenggam tangan sang suami. Olivia pun mencoba memberi sedikit rasa tenang pada ia gusar melanda. “Coba papa pikirin lagi dari perspektif lain. Liat dari sudut pandang Daffin dan Chris. Daffin masih sayang banget sama Chris, mas. Liat Daffin tanpa Chris, nggak? Dia malah rapuh banget. Tiap hari mama nangis di depan papa, kan?“ ucap Olivia. Benar. Olivia hampir menangis setiap hari; mengeluh soal Daffin mulai dari: murung, hilang semangat, nafsu makan turun, dan jadi perokok aktif.

“Iya, mama tau apa yang udah Chris lakuin ke Daffin itu fatal banget, tapi liat usaha Chris sekarang—atau papa liat Daffin dulu aja, deh. Dia paling nggak bisa kalo nggak ada Chris, pa. Tadi aja Chris cerita, kan? Di telepon? Daffin ngambek seharian cuman gegara Chris nggak ngijinin Daffin nginep di rumah dia?“

“Tau, deh, ma. Papa pusing,“

“Huh! Dasar, deh. Coba pelan-pelan buka hati papa demi Daffin,“

Nugraha dan Olivia pun saling melempar candaan satu sama lain demi mencairkan suasana. Nugraha sampai mengutarakan rencana ingin memiliki anak lagi, tetapi Olivia malah menolak mentah-mentah. Semenjak Daffin lahir; Olivia selalu bilang jikalau ia jera melahirkan anak lagi, sebab rasa sakitnya begitu luar biasa. “Satu lagi, ya, ma? Sepi nih rumah kita,“ ucap Nugraha. Olivia memutar bola mata malas. “Mama bilang nggak ya nggak. Titik nggak pake koma.“ sahut Olivia sebal. Nugraha terkekeh geli, lalu iseng mencolek pinggul sang istri.

Daffin rebahan di atas lantai ber-alaskan karpet tebal. Daffin juga guling-guling seolah telah mendapat harta karun saja. Sungguh, rumah se-luas ini membuat nafas dan gerak jauh lebih leluasa. “Mas? Ini rumah atas nama aku, nggak?“ tanya Daffin membuat Chris langsung menoleh hingga tersedak. Tiada niat di hati tuk menjadi materialistis, tetapi tiba-tiba rasa penasaran itu tiba tanpa diundang. Uh, moga aja Mas Chris nggak gimana-gimana, batin Daffin. “Idih matre,“ sahut Chris ber-canda diiringi tawa.

Chris memang telah berencana membeli rumah ini dengan atas nama Daffin, tetapi itu cuma bisa ia lakukan jikalau Daffin telah menjadi seorang istri. Cinta buta? Siapa bilang? Cinta bukan cuma soal memberi perhatian lebih—atau selalu ada di samping sang dicinta setiap saat, tetapi sesekali juga memberi hadiah nan penuh arti seperti rumah. Sebab rumah adalah lambang dari sebuah keharmonisan rumah tangga—jua tempat berteduh bagi para pecinta. Chris ingin memberi tempat berteduh terbaik bagi Daffin. Dua belas miliar? Itu bukan lah apa-apa jikalau semua ia beri demi Daffin tercinta.

Sebuah romantisme melalui bait-bait indah dan puitisme—atau se-tangkai bunga rose di malam hari. Orang bilang romantis—juga sebagian orang berharap diperlakukan demikian, tetapi Chris bukan pria se-romantis itu. Tulus dan romantis adalah dua hal—yang saling terhubung. Dua hal yang tidak akan pernah terpisahkan. Cuma bisa selalu mendampingi Daffin—atau membercandai dia seperti biasa. Itulah definisi romantis menurut Chris. “Siapa juga yang matre? Orang cuman nanya doang, kok,“ ucap Daffin. Padahal tidak bisa dipungkiri jikalau ia juga sedikit berharap. Lagian duit Mas Chris tujuh turunan juga nggak bakalan abis hihihi, batin Daffin.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang