Guruku Ternyata G 08

3.4K 227 6
                                    

”Kumpulin tanda tangan dari semua maba dan senior kampus plus foto selfie, bareng,” ujar Radi memberitahukan hukuman yang harus dijalani oleh Kevin.

”Salah gue apa emang?” tanya Kevin benar-benar tidak tau dimana letak salahnya.

”Kamu udah noleh kiri kanan, kan peraturannya nggak boleh noleh kiri kanan?” ujar Radi kembali mengingatkan.

”Ah, kunci mobil gue ilang makanya dari tadi gue celingak celinguk nyariin,” ujar Kevin menjelaskan. Ia berusaha untuk tidak terbawa emosi selama Radi tidak mencari gara-gara dengannya.

Radi pun menyipitkan matanya, kalau benar kunci mobil Kevin hilang mengapa wajahnya biasa-biasa saja? Seolah tidak terjadi apa-apa. ”Nggak percaya?” cetus Kevin.

”Percaya kok,” seru Rama tiba-tiba datang kemudian melemparkan kunci mobil kepada Kevin yang ternyata itu memang milik Kevin yang tidak sengaja ia temukan di jalan menuju kantin. Sejurus kemudian Kevin pun menangkapnya dan ia bersyukur kalau kunci mobilnya baik-baik saja.

Radi cengo. Ia mengira kalau Kevin berbohong perihal kunci mobilnya yang hilang. Tapi, ternyata itu benar adanya. ”See?” ujar Kevin menatap Radi dengan tatapan yang datar.

Radi mempersilahkan Kevin untuk kembali duduk di tempatnya semula. Namun, iblis yang bernama Rama rupanya tak tinggal diam, ia pun segera menghentikannya. ”Ngelanggar tetep ngelanggar apapun alesannya,” ujar Rama.

Ia pun mendapat pelototan tajam dari Kevin. Kali ini Kevin tidak memberikan perlawanan apapun. Prinsipnya ia lebih suka membuat lawannya berlutut karena diselimuti rasa bersalah.

Kevin pun menjalankan hukumannya sesuai perintah Radi tanpa melakukan perlawanan apapun. Diluar dugaan, ternyata Kevin tidak perlu capek-capek keliling untuk sekedar mendapatkan tanda tangan dan foto selfie.

Karena duduk diam saja sudah banyak membuat para gadis mengantri untuk memberikannya tanda tangan dan berselfie ria bersama dengan dirinya. Kevin sama sekali tidak risih dengan para gadis yang mengerumuninya, baginya ini lebih seperti rezeki nomplok. Apalagi dua gunung kembar yang bersenggol ria di lengan dan pipinya. Argh!

Dengan gayanya yang cool dan penuh percaya diri itu pun, Kevin menyerahkan hasil karyanya yang mendapatkan ratusan tanda tangan dan foto selfie dari para maba dan senior.

”Tumben nggak ngomel?” tanya Radi basa-basi sekaligus penasaran.

Kevin tersenyum miring. Ia menghentakkan tangannya di meja kemudian menatap Radi dengan tatapannya yang tajam. Jarak keduanya pun begitu dekat. ”Lo tunggu aja pembalasan dari gue. Gue jamin lo bakalan lebih sakit dari apa yang gue rasain!” ujar Kevin kemudian menjauhkan dirinya dari sana.

”Ngurusin curut kek lo itu kecil bagi gue, ah.. Gue denger lo punya adek cewek yah? Cantik bohay seksi pula, dada gede, trus..,” ujar Kevin terdengar seperti sebuah ancaman. Sebenarnya itu hanyalah sebuah gertakan dari Kevin untuk menggertak lawannya. Sebenci apapun ia kepada seseorang, ia tidak akan pernah melibatkan orang lain yang tidak bersalah ke dalam masalahnya sendiri.

Radi geram, ia pun bangkit dari duduknya. Dari mana Kevin tau kalau ia memiliki adik perempuan yang cantik jelita? Hubungannya dengan Kevin sebagai senior dan maba pun tidak terlalu baik untuk sekedar bercerita mengenai hal pribadi apalagi keluarga.

Dalam posisi badan yang telah berbalik, Kevin menoleh ke samping. ”Kenali dulu lawan lo siapa, baru lo lawan dia balik,” ujarnya lagi seraya tersenyum sinis.
*
Asal usul bagaimana cara Kevin bisa mengetahui kalau Radi mempunyai adik perempuan ialah, sewaktu ia mengadakan fansign ia ingat bahwa ada salah satu gadis berseragam SMA dengan antusias menunjukkan foto seorang laki-laki yang ia sebut sebagai kakaknya sendiri.

Gadis itu berkata kalau Kevin begitu mirip dengan kakaknya, maka dari itu dia pun ngefans berat dengan Kevin. Kevin hanya terkekeh geli ketika gadis polos itu menceritakan bagaimana keseharian sang kakak yang pemalas dan tidak pernah mengurus dirinya sendiri supaya bisa jadi keren dan jadi idola para wanita.

Sekilas Kevin melihat Rama hingga mata keduanya saling bertemu beberapa detik sebelum Kevin masuk ke dalam mobil. Ia pun menyalakan mobilnya dan menjalankannya dengan kecepatan sedang.

Mata Kevin tak sengaja menangkap sosok Melisa yang duduk di halte bis. Ia pun menepikan mobilnya dan membuka kaca jendelanya. ”Melisa?” panggil Kevin.

”Eh? Kevin?” sahut Melisa kaget ketika melihat Kevin tiba-tiba ada disana.

”Ngapain disitu?” tanya Kevin.

”Biasalah nungguin angkutan hehe,” jawab Melisa terkekeh.

Kevin berniat ingin mengantar Melisa pulang, ia pun meminta Melisa untuk segera masuk ke dalam mobilnya. Awalnya Melisa menolak karena ia merasa tidak enak jikalau Kevin harus mengantarkannya pulang ke rumahnya yang lumayan jauh.

Kevin berkata bahwa itu bukanlah masalah. Namun, tidak bagi Melisa. Ia merasa tidak enak karena sudah merepotkan Kevin. ”Ya udah deh kalo lo maksa?”

Keheningan pun terjadi beberapa saat. Kevin yang fokus menyetir dan Melisa yang hanya memandang keluar jendela. ”Mel/Kev,” ucap keduanya berbarengan membuat keduanya sama-sama terkekeh.

”Lo duluan aja,” ujar Melisa mempersilahkan.

”Nggak, lo aja yang duluan hehe,” ujar Kevin mempersilahkan. ”Lady is first,” ujar Kevin lagi menoleh ke samping kemudian tersenyum.

Mata Melisa meneliti seluruh isi mobil yang Kevin kendarai. Mewah, itulah kesan pertama yang ia dapat tatkala melihat seisinya. ”Tadi mau ngomong apa Mel?” tanya Kevin membuyarkan lamunan Melisa.

Melisa pun menjadi salah tingkah dibuatnya, ia pun berusaha untuk tetap rileks walaupun kini irama jantungnya mulai tidak teratur. ”Nggak jadi,” ujar Melisa memalingkan wajahnya supaya sebisa mungkin tidaj bertatapan langsung dengan Kevin.

Kevin pun tersenyum. ”Kalo lo nanya gue udah taken ato belum jawabannya belum Mel,” cetus Kevin tiba-tiba dan hal itu pun benar-benar tepat sasaran.

Wajah Melisa pun bersemu merah ketika Kevin mengatakan terlebih dahulu apa yang ingin ia tanyakan sebelumnya. Rasanya ia ingin bercebut ke laut saja untuk menghilangkan semua rasa malunya.

”Santai dong Mel, nanya begituan mah biasa kali.” ujar Kevin berusaha membuat Melisa untuk tidak berpikiran bahwa apa yang ingin ia tanyakan bukanlah hal tabu atau memalukan. Refleks Kevin pun mengelus pucuk rambut Melisa beberapa detik hingga membuat sang empu menegang karena deg-degan.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang