Rama heran mengapa Cindy begitu lama sekali menerima telepon dari seseorang. Sampai-sampai minuman yang ia minum pun sudah gelas yang keempat. ”Maaf, lama yah sayang?” ujar Cindy kemudian duduk di tempatnya semula.
”Siapa sayang?“ tanya Rama.
”Biasa kerjaan hehe,” jawab Cindy bohong.
Malik berkali-kali menggoyang-goyangkan tubuh Kevin supaya sadar kembali. Namun, sama sekali tidak berhasil. Kevin mabuk berat sampai-sampai ia meracau tidak karuan.
”Dasar idung belang!” ucapnya sambil menunjuk-nunjuk ke arah Rama dengan kepala yang sempoyongan.
”Trus kamu apa dong?” tanya Rama.
Kevin pun tertawa. ”Idung buaya daaaarat,” jawabnya sambil tertawa sendiri dengan mata terpejam.
”Maaf ya pak, kakak-kakak semua hehe,” ujar Malik meminta maaf menggantikan Kevin yang sudah tidak sadarkan diri.
Rama melirik jam tangannya, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Melihat kondisi Kevin yang sudah ko total, Rama berinisiatif ingin mengantarkannya pulang.
”Biar saya nanti yang anter dia pulang,” ujar Rama yang melihat Malik nampak kesusahan untuk membangunkan Kevin.
”Sayang? Kamu bisa pulang sendiri, kan? Ato nanti aku suruh orang anter kamu,” tanya Rama pada Cindy. Cindy pun tersenyum, ”Nggak papa sayang, lagian belum malem-malem banget kok,”
”Ya udah kalo gitu aku pulang dulu yah sekalian nganterin dia,” ujar Rama kemudian mengecup pucuk kepala Cindy.
Rama pun membopong Kevin sampai ke mobil dibantu oleh Malik. ”Thanks ya,” ucap Rama kemudian dijawab anggukan oleh Malik.
Rama menyetir dengan kecepatan sedang. Seraya menyetir ia pun sesekali melirik Kevin kalau-kalau posisi tidurnya salah. Ia tidak ingin kalau anak muridnya yang satu ini kenapa-napa, maka dari itu sesekali tangannya menahan kepala Kevin yang kadang-kadang oleng ke kanan.
Rama memarkirkan mobil Kevin tepat di depan pintu gerbang rumahnya yang tertutup. Ia melirik Kevin sebentar, kemudian mencoba untuk melepas seatbelt yang mengunci tubuhnya.
Tiba-tiba tangan Kevin meraih tengkuk Rama dengan posisi seperti memeluk, hingga kini wajah Rama begitu dekat dengan Kevin. Bahkan, bibirnya menyentuh dagu Kevin sedikit.
Mata Rama membola tatkala dadanya berhimpitan dengan dada Kevin. Ingin ia segera bangkit namun ternyata Kevin cukup kuat untuk mengunci tubuhnya dan berada di dekapannya.
Rama meneliti wajah Kevin dan hanya satu kata yang bisa mewakilinya yaitu tampan. Sesekali ia menelan ludah tanpa alasan yang jelas tatkala matanya menangkap pemandangan bibir tipis Kevin yang mungil namun terlihat seksi.
Kevin pun membuka matanya perlahan. Ia pun tersenyum ketika melihat Rama berada tepat di hadapannya. Perlahan tapi pasti, Kevin memajukan wajahnya dan mengecup bibir Rama denga sedikit lumatan disana.
Rama membelalakkan matanya. Ingin ia berontak namun dekapan Kevin begitu kuat hingga membuatnya susah untuk terlepas dari dekapannya.
Kevin pun semakin gencar memasukkan lidahnya ke dalam mulut Rama dan menyecap seluruh area rongga mulutnya tanpa sisa sedikit pun. Kevin begitu nampak menikmati pagutannya, berbeda dengan Rama yang masih membelalakkan matanya tida percaya kalau kini ia tengah dicium oleh seorang lelaki.
”Begini ya rasanya ciuman sama cowok?” ucapnya dalam hati kemudian tanpa sadar ia pun memejamkan matanya mengikuti permainan Kevin.
*
Betapa bahagianya Kevin bahwa hari ini adalah weekend yang dinanti-nantikannya. Bagaimana tidak? Ia harus melewati ospek yang sangat membosankan itu selama satu minggu penuh dan sekarang waktunya beristirahat ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku Ternyata G
Romance[TAMAT] Cuman tulisan sederhana dan jelek. Beberapa nama tokoh juga ketuker, dan lupa. Jadi, jangan komen aneh-aneh. Se-umpama lu nggak suka tinggal skip aja. Ber-cerita tentang kisah cinta antara dosen dan seorang mahasiswa ber-nama Daffin.