Guruku Ternyata G 71

710 73 15
                                    

Sabar harus lah se-luas samudera, se-dalam lautan, dan se-tinggi langit. Puing-puing pilu di atas ubin ia sapu dengan se-genap rasa tulus tanpa balasan. Suara bising mesin cuci seolah menjadi hiburan tersendiri. Berdiri dan berjalan sendiri menuju singgasana hati. Sungguh tiada lelah berarti. Djaka berusaha mengarungi lautan nan penuh ombak tinggi itu dengan perahu kecil. Disapu oleh ombak se-tinggi dua, tiga, hingga empat meter pun tiada tumbang, dan tetap berdiri. Djaka bilang, seluruh letih, peluh, dan usaha hingga membuat ia tertatih-tatih, pasti kan ber-buah manis di pulau seberang nanti. Di sana lah singgasana itu berada.angan

Cinta itu tiada tanpa berjuang. Tulus itu tiada tanpa ber-sabar di atas angan. Berusaha menjadi penghangat kala dingin menerpa, dan menjadi pendingin kala panas membakar. Itulah tugas Djaka. Demi Daru; ia rela ber-hujan-hujanan atau ber-panas-panasan. Dilempar duri nan tajam oleh Daru—pun Djaka tetap diam. Sungguh tiada niatan membalas perbuatan durjana itu sama sekali. Djaka percaya dan yakin jikalau semua hal di dunia ini termasuk jembatan cinta antar dua hati—juga sama-sama saling ber-proses. Biarlah proses itu menjadi bumbu dalam hubungan percintaan antara Daru dan Djaka. Sebab tanpa garam dan gula, maka hambar lah terasa.

Setelah usai mencuci seluruh baju; Djaka pun mulai bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Stelan jas itu begitu pas di badan hingga membuat aura pepemimpinan terpancar secara alami. “Da? Tolong jaga cucian di balkon, ya? Misal kamu mau keluar ato apa, cuciannya masukin ke dalem aja. Trus, telepon abang kalo ada apa-apa. Biar abang bisa langsung pulang,“ ucap Djaka ber-pesan. Daru cuma diam seribu bahasa di atas ranjang. Saat Djaka berada persis di depan pintu; Daru pun memanggil nama ia.

“Bang Djaka,“ seru Daru.

Daru beringsut dari ranjang, lalu menghampiri Djaka. Daru menatap Djaka lamat-lamat. “Boleh tau alesan lu nggak mau pisah ama gue, nggak? Gue pengen denger alesan lu. Sekarang,“ ucap Daru. Djaka termangu. Berjuta-juta pata tidak akan pernah mampu melukiskan betapa besar rasa cinta Djaka pada Daru. Djaka harus membuktikan dengan cara apa lagi? Djaka pun mendekat, lalu melingkarkan tangan ia di pinggul Daru. “Istri abang itu ganteng, suka ngambek, suka berontak, suka maki-maki suami, dan suka ngomong nyelekit. Itu alesan abang nggak mau pisah sama kamu, sayang,“ sahut Djaka.

Daru menelan ludah. Huh, alasan macam apa itu?, batin Daru. Sepasang mata hazel itu lagi-lagi membuat Daru terpana. Daru mengulurkan tangan perlahan. Djaka berpikir jikalau Daru akan mengusap pipi ia, tetapi Daru malah membuka mata Djaka dengan ibu jari dan jari telunjuk ia seolah-olah ingin mencongkel mata itu, sebab penasaran mengapa Djaka bisa memiliki mata hazel nan indah begini. “Daru, mata abang mau kamu apain? Hm?“ ucap Djaka. Daru benar-benar merasa iri. Daru saja harus memasang softlens jikalau ingin memperoleh mata se-indah berlian. Sedangkan Djaka?

“Pulang ngantor temenin gue nge-mall. Gue mo cari softlens motif hazel,“

“Siap~ Kalo gitu abang berangkat dulu, ya? Makan siang nanti kamu go food aja. Inget, jangan bukain pintu sembarangan,“

“Hm,“

Baru saja Djaka ingin ber-lenggang, tetapi ia malah memutar badan lagi tuk menghampiri sang istri. “Cium pipi dulu,“ ucap Djaka. Daru mengerutkan dahi. “Ntar lu telat bang—“ ucap Daru langsung dipotong oleh Djaka. “Cium dulu~“ ucap Djaka membuat Daru berang. Saat ini; Daru mencoba menerima hadir Djaka dalam hidup ia. Perlahan-lahan tidak mengapa, kan? Berharap Djaka bisa lebih sabar lagi. Berharap Djaka tidak akan seperti Didin dan Idah. Semoga aja, batin Daru. Cup. Daru pun mencium pipi Djaka. “Bang, jangan bosen ama gue. Gue nggak bisa janjiin apa-apa, tapi gue bakalan belajar buat nerima lu,“ ucap Daru. Djaka pun mengacak-acak rambut Daru gemas sambil tersenyum, lalu berpamitan.

Daffin terperangah di pagi hari. Sesaat setelah ia selesai membaca seluruh berita di internet—pun ia langsung menghubungi Daru. Daffin benar-benar sangat cemas. Bagaimana peadaan Daru sekarang? “Da, angkat dong,“ gumam Daffin. Daru urung jua mengangkat telepon ia. Bagaimana jikalau Daru pingsan seorang diri? Djaka juga pasti sudah berangkat bekerja. “Mas? Pinjem hp kamu bentar dong,“ ucap Daffin. Chris pun memberi hp ia pada sang mantan istri. Dilihat dari tampang ia membias perasaan cemas dan gelisah. Chris jadi ikutan cemas hingga ia pun duduk di sebelah Daffin di tepi ranjang.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang