Guruku Ternyata G 44

1K 91 4
                                    

Daru pun turun dari motor. Ia lepas helm di kepala, lalu mengembalikannya dengan kasar kepada Djaka. Daru masuk ke dalam rumah sambil misuh-misuh diikuti oleh Djaka di belakang. “Lain kali jangan jemput gue lagi! Gue bukan anak kecil lagi tau nggak, sih!? Dari kemaren gue udah bilang jangan deketin gue lagi. Tapi, apa? Lu tuli!“ ucap Daru ketus berteriak-teriak di dalam rumah. Ia pun membanting pintu kamar. Suara decitan pintu itu pun bahkan terdengar sangat nyaring.

Idah mengeluskan dada melihat kelakuan Daru yang sudah kelewat batas itu. “Djaka, maafin Daru, ya?“ ucap Idah tidak enak hati kepada Djaka sambil menyentuh pundak Djaka. “Nggak papa tante,“ ucap Djaka tersenyum tipis. Ia pandangi pintu kamar Daru lamat-lamat. Daru udah berubah, batin Djaka. Dia bukan lagi Daru yang bisa Djaka usili seperti dulu. Hah, Djaka menghela nafas.

“Disini dulu ya, Ka? Makan dulu bareng Daru,“ ucap Idah. Djaka pun menganggukkan kepala pelan. Beberapa saat kemudian Idah pun mengetuk pintu kamar Daru beberapa kali. “Daru? Kamu tidur, nak? Makan dulu,“ seru Idah dari luar. Daru tidak bergeming. Di dalam kamar Daru malah tertidur pulas dengan kaos yang terangkat sedikit hingga membuat pahatan perutnya yang sempurna itu terlihat.

“Biar Djaka aja yang bangunin Daru tante,“ seru Djaka. “Beneran nggak papa ini, Ka? Tante khawatir aja dia bakalan neriakin kamu kek tadi,“ ucap Idah sedikit cemas. Djaka pun tertawa. “Tenang aja tante, Djaka tahan banting kok,“ ucap Djaka. Hm, kira-kira aku harus bagaimana ya ke Daru? Dia keras kepala banget, batin Djaka. Djaka pun memutar knop pintu kamar Daru, lallu masuk ke dalam. Kamar Daru ini bernuansa putih dan biru. Djaka baru ingat kalau Daru memang menyukai apapun yang berbau langit dan lautan. Kata Daru dulu, dengan melihat luasnya langit dan lautan, ia bisa lebih semangat lagi menggapai cita-cita.

Djaka tersenyum tipis saat ia duduk di pinggiran ranjang sambil memandangi wajah Daru. Bagi Djaka, Daru itu masihlah si kecil Daru yang dulu. Dia cuma menjadi lebih dewasa saja, dan tentunya bertambah tinggi pula. Cup. Djaka kecup kening Daru sekilas. Hal itu pun membuat tidur Daru terusik. Kedua alis Daru berkerut. Ia pun membuka mata perlahan, dan hal yang ia lihat pertama kali setelah membuka mata ialah Djaka yang saat ini tengah tersenyum manis kepada dirinya.

“Lu?!“ seru Daru marah. Ia pun langsung duduk dan menatap Djaka dengan tatapan membunuh. “Ngapain lu disini hah?! Keluar!“ ucap Daru ketus. Djaka malah tersenyum lebar sambil mengedipkan mata beberapa kali. “Om nggak ada temen disini, Daru. Kan om baru pindah tugas? Hehe jadi om mau temenan sama kamu lah,“ ucap Djaka. “Bukan urusan gue. Sana lu sana. Nggak penting banget.“ ucap Daru berdiri sambil menarik-narik pergelangan tangan Djaka. Djaka mengulum senyum, karna sedari tadi Daru tidak berhasil menarik tangan Djaka sampai membuat Djaka keluar dari kamar ini. “Otot perutnya sih sobek sobek. Tapi, narik om nya aja nggak kuat? Ckckck,“ ucap Djaka mencibir.

Daru mencebikkan bibir kesal. Liat aja bangsat gue pasti bisa, batin Daru bertekad. Ia pun berusaha menarik pergelangan tangan Djaka sekuat tenaga dan argh! Daru malah terjungkal ke belakang, tepatnya langsung menempel di belakang pintu, dan hal itu pun membuat Djaka ikut tertarik. Kini tubuh keduanya saling berhimpitan. “Mi-minggir,“ seru Daru. Sial! Kali ini malah Daru yang tubuhnya dikunci oleh Djaka si sialan ini.

“Ehem, kamu nggak kangen sama om?“ ucap Djaka basa-basi sambil mengedipkan mata dan tersenyum lebar. Daru memutar bola mata malas diiringi helaan nafas berat. “Ngapain gue kangen sama lu? Nggak penting banget. Minggir!“ ucap Daru berontak. Nih orang kok bisa kuat gini sih, batin Daru sebal. “Daru~ Om kangen banget tau~“ ucap Djaka lemah lembut dan menatap Daru lamat-lamat. Uh, Daru geli.

Djaka semakin menghimpit tubuh Daru. Daru benar-benar tidak ada kesempatan lagi untuk berontak sedikit pun. “Minggir bangsat!“ seru Daru marah. Namun, Djaka sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapan marah Daru itu. Entah mengapa di mata Djaka hal itu malah membuat Daru terlihat semakin imut. Djaka mendekatkan bibirnya ke telinga Daru. Lalu, ia pun berbisik, “Om.. Kangen banget sama kamu, Daru..“ ucap Djaka. Kata-kata Djaka barusan yang diiringi seru nafas yang amat terasa di permukaan kulit wajah itu pun membuat Daru merinding. Tubuh Daru mendadak membeku.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang