Guruku Ternyata G 33

1.6K 123 5
                                    

Daffin berpakaian serba hitam. Sedangkan Aisyah mengenakan dress putih selutut sambil memegang sebuket bunga. Keduanya memutuskan untuk mengucap janji suci pernikahan tanpa dihadiri oleh tamu undangan, meskipun terhalang restu kedua orang tua. Kedua mata hitam Daffin tiba-tiba berubah menjadi keemasan. Sorot mata tajam itu persis seperti mata seekor srigala.

Daffin pun berjongkok di depan Aisyah. Ia renggang tangan itu lalu ia kecium dengan penuh perasaan. Ia pun mendongakkan kepala menatap lamat-lamat seorang perempuan yang kini telah menjadi istrinya. “Maaf,“ gumam Daffin. Perlahan tapi pasti tubuh Daffin menghilang seperti debu ditiup angin.

“Da-daffin Daffin Daffin!“ Aisyah berteriak saat seluruh tubuh Daffin memudar dari pandangan. Dia menghilang tanpa jejak. Baru saja ia dan Daffin menikah dan bertukar cincin. Tapi, kenapa semua ini harus terjadi pada dirinya? Kaki Aisyah terasa lemas. Ia terduduk di atas rerumputan hijau. Kini semuanya tinggal kenangan saja. Semuanya telah berakhir. Bulir-bulir air mata itu pun berjatuhan dengan deras sambil menggumamkan nama Daffin berkali-kali.

“Cut!“ ucap sutradara. Daffin langsung duduk di kursi setelah menyelesaikan scene terakhir syuting film yang berjudul Lion Heart untuk siang hari ini. Ia mengedipkan mata berkali-kali karna matanya terasa perih, karna ia harus mengenakan softlens. Mata Daffin bahkan sampai berair seperti itu. Ya, Daffin tidak terbiasa mengenakan softlens dalam waktu yang lama.

“Mata lu merah banget, Daff,“ seru Dimas. “Huft,“ Daffin menghela nafas sambil mengusap air mata yang terus saja membasahi matanya. “Musti ke dokter keknya ini Dim. Perih banget.“ ucap Daffin. Setelah adegan tangis-menangis, Aisyah berkumpul bersama kru. Ia berdiri sambil mengusap pipinya yang basah karna air mata. Aisyah sempat mengerling ke arah Daffin beberapa kali.

Pria berbadan tinggi sekaligus tampan seperti Daffin. Sungguh perpaduan yang sempurna. Siapa yang tidak mau dengan pria seperti itu? Kalau itu Aisyah, sudah pasti ia akan menerima Daffin tanpa syarat. Sutradara juga memuji acting perdana Daffin. Meskipun sebagai pemula ia memiliki banyak pengulangan, tetap saja hasil yang sangat bagus itu mengundang kepuasan untuk seluruh kru dan pemeran film ini.

Daffin menguap. Jujur saja Daffin agak sedikit mengantuk. “Gue take lagi jam berapa?“ tanya Daffin ke Dimas. “20 menitan lagi.“ sahut Dimas. “Gue mo tidur dulu. Jangan ganggu gue. Kalo ada yang nyari bilangin gue mo istirahat bentar.“ ucap Daffin berpesan. Hah, lelah singgung diri ini lelah, syuting full selama satu bulan benar-benar menguras tenaga.

“Daffin?“ seru Aisyah. Oh tuhan sungguh iblis macam apa yang mengganggu istirahat Daffin saat ini?, batin Daffin. Ingin sekali diri ini memaki perempuan bernama Aisyah itu. Tapi, Daffin sadar ia maupun Aisyah sama-sama pemeran di film ini. Berbuat rusuh sama saja dengan menjatuhkan nama baik diri sendiri di dunia hiburan ini. “Auto nggak jadi aktor deh gue,“ batin Daffin.

“Eh? Aisyah? Ada apa?“ tanya Daffin tersenyum. Dimas meringis melihat tingkah manis Daffin. Dimas tau Daffin itu, dia cuma berpura-pura bersikap manis saja, alias dalam hati sudah teramat sangat gondok sekali. “Ehm, kamu sakit mata ya, Daff?“ tanya Aisyah terdengar garing dan basa-basi. “Iya, soalnya gue kagak bisa pake lensa mata lama-lama.“ sahut Daffin. Aisyah pun menganggukkan kepala pelan. Secercah rasa khawatir pun hinggap di hati Aisyah dan itu tergambar jelas di wajahnya. “Gue nggak papa kok, Ai. Nggak usah khawatir.“ ucap Daffin.

Tiba-tiba Aisyah jadi deg-degan mendengar Daffin memanggil dirinya dengan sebutan Ai. Semua orang disini selalu memanggil Aisyah dengan sebutan Syah atau nama lengkap sekaligus. Cuma Daffin seorang yang memanggil dirinya dengan sebutan seperti itu. “Nih cewek keknya salting deh,“ batin Dimas.

Saat Aisyah ingin berpamitan duduk di tempat lain. Tiba-tiba suara Daffin menghentikan langkah kaki Aisyah seketika. “Duduk sini aja barengan sama gue. Lagian kita satu tim juga, kan?“ ucap Daffin membuat Aisyah semakin salah tingkah. Gila nih anak, ngomong apaan coba dia?, batin Dimas. Bisa-bisanya Daffin berbicara seperti itu kepada Aisyah.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang