Pelukan Rama yang semakin erat dan menyesakkan itu membuat Kevin sebal dan akhirnya memutar badannya tiba-tiba. Kevin pun terkejut bukan main ketika melihat wajah Rama yang babak belur. ”Muka lu kenapa bisa babak belur gini sih Ram? Siapa yang udah mukul lu, hah?” ucap Kevin dengan raut wajah yang amat sangat khawatir.
Ia pun mematikan kompor terlebih dahulu dan menuntun Rama untuk duduk di sofa. ”Lu tunggu disini. Gue mau ambil P3K dulu.“ ucap Kevin segera menuju kamar dan mengambil P3K di laci.
”Gelut sama siapa sih? Lu nggak ada tampang-tampang tukang berantem deh.” protes Kevin terlihat begitu cemas dan khawatir sambil kedua tangannya membersihkan bagian yang terluka dengan antiseptik.
”Sshhht.” Rama mendesis kesakitan. Ia tidak menyangka kalau lukanya bisa seperih ini.
”Sakit yah? Dikit lagi kok tahan yah?” ucap Kevin mengobati Rama dengan telaten.
Rama tertegun melihat Kevin yang terlihat begitu mengkhawatirkannya. Bahkan, Cindy saja tidak pernah secemas ini padanya ketika ia sedang sakit sekali pun. Respon Cindy? 'Makanya makannya dijaga sayang, jangan makan sembarangan, minum obatnya tepat waktu ya.' seperti itulah responnya.
”Udah.” ucap Kevin setelah selesai membersihkan luka di sudut bibir Rama dan mengoleskannya salep anti memar. Ia pun merapikan kotak P3K yang berantakan. Ketika ia hendak bangkit berdiri, Rama mencegat pergelangan tangannya.
”Hm?“ gumam Kevin dengan kedua alisnya yang terangkat. Rama menatapnya lamat-lamat tanpa berkedip sekali pun. Seakan terhipnotis dengan tatapannya, Kevin malah membeku saja di tempat.
Bibir keduanya pun saling bertemu. Rama tau sudut bibirnya masih terasa perih sekali. Tapi, rasanya rasa perih itu sirna ketika bibirnya mengecup bibir Kevin. Kevin terhanyut. Beberapa detik kemudian Rama seolah tersadar dan segera melepaskan kecupannya itu.
”Maaf.“ ucap Rama merasa bersalah. Ketika Rama hendak memalingkan wajahnya, Kevin pun meraih wajah Rama dan mengecup bibirnya pelan. Entah mengapa Kevin merasakan sensasi yanh berbeda ketika berciuman dengan Rama dan Melisa.
Berciuman dengan Melisa rasanya hambar sekali. Tapi, ketika Kevin berciuman dengan Rama, entah mengapa Kevin seperti merasakan sehuah kasih sayang yang teramat besar disana. Terasa manis sekali.
Rama pun mendorong Kevin perlahan hingga posisi Kevin menjadi rebahan dan Rama yang berada di atasnya. Nafas Kevin terengah-engah ketika ia mencoba menghirup oksigen sebanyak mungkin dengan pandangan mata yang sedikit memburam.
”Eummh nnhh.” lenguhan Kevin pun terdengar ketika lidah Rama menjilati daun telinganya hingga leher sampai-sampai meninggalkan beberapa bekas kemerahan disana.
Keesokan harinya, seperti biasa Rama susah sekali dibangunkan. ”Ram, bangun, air angetnya udah gue siapin. Cepetan mandi, gue mau nyuci.” ucap Kevin lemah lembut. Tidak ada angin tidak ada hujan Kevin tiba-tiba berbicara lemah lembut dan tidak ketus?
”Bentar lagi.” sahut Rama malas semakin menaikkan selimutnya. Kevin yang tadinya lemah lembut pun tiba-tiba berubah menjadi sangar. ”BANGUN WOY KEBO!!!” ucapnya berteriak dengan nada oktaf tertinggi sambil menendang-nendang Rama sampai-sampai Rama hampir saja tersungkur ke lantai.
”Bisa nggak sih kamu tuh jangan kasar? Dasar bar bar.” ucap Rama sambil meyipitkan matanya sebal.
”Gue cuman mau ngejalanin tugas sebagai babu lu yang baik hati dan nggak sombong.”
”Oh? Jadi, kamu ngaku kalau kamu babu saya gitu?“
”Tau, ah! Rese!”
***
”Kok baladonya nggak pedes? Kan saya requestnya yang pedes?” protes Rama di meja makan. Kevin mencebikkan bibirnya sebal lalu meletakkan sendoknya di piring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku Ternyata G
Romance[TAMAT] Cuman tulisan sederhana dan jelek. Beberapa nama tokoh juga ketuker, dan lupa. Jadi, jangan komen aneh-aneh. Se-umpama lu nggak suka tinggal skip aja. Ber-cerita tentang kisah cinta antara dosen dan seorang mahasiswa ber-nama Daffin.