Guruku Ternyata G 54

786 69 4
                                    

Pesona dia bagaikan seorang pangeran Inggris—yang menjelma menjadi seorang GM di sebuah perusahaan. Terlebih setelan jas single breasted itu; terlihat sangat proporsional dengan badannya yang tinggi. Saat duduk, dan saat pias sinar matahari menerpa pun, dia terlihat sangat tampan. Oh tuhan, ganteng banget jodoh orang?, batin salah satu perempuan—yang tidak sengaja lewat. Saat ini Djaka sedang makan siang di kantin kantor; dengan menu salad ayam, brokoli, dan telur rebus. Djaka teringat akan nasihat dari dokter kulit di klinik waktu itu, bahwa jikalau ingin memiliki kulit yang cerah dan sehat, maka harus mengonsumsi makanan yang sehat pula.

Seseorang pun menjepret Djaka secara diam-diam. Lalu, ia posting foto tersebut di sosial media, mulai dari: instagram, whatsapp, hingga twitter. Pesona seorang Djaka begitu terasa. Hal ini terbukti dari banyaknya like dan komentar yang membanjiri postingan tersebut. Djaka tersenyum sembari menundukkan kepala sedikit, ketika ada orang yang lewat, dan menyapa dirinya. “Cie dah glow up aja haha,“ seru Safitri, lalu ikut duduk satu meja bersama Djaka. “Duh, telat glow up mba wkwkwk,“ sahut Djaka tertawa jenaka.

Di apartemen ini terdapat empat kamar tidur dan empat kamar mandi. Entah itu CHRIS ataupun Daffin; tidak mampu menolak permintaan Lili—yang ingin tinggal di sini selama beberapa minggu ke depan. DAFFIN mencium aroma harum sesaat setelah ia memasuki apartemen. Siapa yang lagi masak, ya?, batin Daffin. Hm? Lili? Kedua alis Daffin berkerut. Lili begitu cantik dengan dress rumahan berbahan rajut berwarna putih tulang. Dia benar-benar terlihat seperti seorang ibu rumah tangga—yang sedang memasak untuk suami tercinta. Suami tercinta?, batin Daffin. Seketika rasa cemburu pun hinggap di hati. Lili tidak pantas berada di dapur seperti itu, batin Daffin.

Lili pun menoleh. Sebenarnya dia kecewa, karna yang datang bukanlah Chris, melainkan Daffin. Huh, tidak apa-apa, minimal aku pura-pura hormat dan ramah ke dia, batin Lili. “Hm, lagi masak apa, mba? Wangi banget?“ seru Daffin—pun duduk di dapur. Dia mengambil segelas air, lalu meminumnya. Lili pun memutar badan, dan memberikan senyuman terbaik, meski agak sedikit dipaksakan. Mba? Mba ndasmu, batin Lili tidak terima dipanggil dengan sebutan itu. “Bikin nasi uduk. Ini lagi goreng ayamnya,“ sahut Lili. Senyuman itu pun memudar, tatkala ia memalingkan wajar sembari membolak-balikan ayam di penggorengan.

Daffin pun berdiri, lalu membuka kulkas mencari cemilan. Tapi, Lili malah bersuara, dan hal itu pun membuat Daffin geram. “Ngapain kamu di situ, Daff? Kamu mau ngambil apa?“ tanya Lili. “Gue mau ngemil,“ sahut Daffin singkat sembari mengeluarkan setoples salad buah. Lili terlihat tidak suka. “Tunggu dulu, emang kamu udah tanya ke Kak Chris? Siapa tau dia mau makan itu nanti? Kamu tanya dulu gih. Nggak baik lho ngambil makanan punya orang?“ ucap Lili sarkasme. Heh, dari mana makhluk astral ini berasal? Serasa pengen gue benyek deh nih anak, batin Daffin. “Chris bebasin gue mo makan aja di sini,“ sahut Daffin setengah ketus, lalu membawa makanannya ke ruang depan.

Sejurus kemudian; Lili mencegat pergelangan tangan Daffin. Dia mencoba memperebutkan salad buah tersebut dari tangan Daffin. Gila nih cewek! Salad buah aja mau diembat?!, batin Daffin tidak habis pikir. “Lepasin, gue mo makan,“ ucap Daffin mulai hilang kesabaran. Lili menarik toples tersebut dengan kedua tangan—pun Daffin tidak mau kalah. Saat Lili sadar ada seseorang yang datang; ia pun berusaha keras menarik toples tersebut; lalu terjatuh ke lantai begitu saja. “Duh,“ gumam Lili meringis. “Daffin? Lili?“ seru Chris. Daffin pun menoleh. Eh? Mas Chris? Duh, gimana, nih? Siapapun yang liat pasti bakalan ngira kalo gue lagi nindas nih anak, batin Daffin gugup.

“Lili? Kamu kenapa?“ tanya Chris.

“Sstt, aku mau salad buah Kak Chris. Tapi, Daffin malah nggak mau ngasih ke aku,“ sahut Lili.

“Daff? Tolong kamu kasih salad buahnya ke Lili. Kalo kamu mau nanti mas bisa orderin lagi,“ ucap Daffin. Dasar ratu drama, batin Daffin kesal. Daffin pun berjongkok, lalu menaruh toples tersebut di samping Lili dengan kasar. “Lu abisin, jangan ampe ada sisa, mubadzir,“ ucap Daffin dingin, lalu berdiri. “Mas,“ seru Daffin menghampiri Chris ke dalam kamar, setelah menutup pintu rapat-rapat. “Hm?“ sahut Chris sembari melepas setelan jas satu per satu. Hah, capek banget, batin Chris. “Kenapa kamu nggak suruh Lili tinggal di apartemen Setiaji ato kamu sewain dia apartemen?“ ucap Daffin.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang