Guruku Ternyata G 17

2.9K 238 11
                                    

TOK TOK TOK. Kevin mengetuk pintu ruangan Rama beberapa kali. ”Masuk.” ucap Rama dari dalam dan Kevin pun segera masuk ke dalam. ”Ram.” seru Kevin dan Rama pun menoleh sambil membetulkan kacamatanya.

“Panggil saya yang sopan Kevin, ini di kampus bukan di rumah.” ucap Rama serius.

”Serah lu dah.” sahut Kevin sebal. ”Gue mau jalan sama Melisa. Jadi, lu nggak usah nungguin gue. Gue bisa pulang naik taksi.” ucap Kevin membuat kedua alis Rama saling bertautan.

”Melisa?“ gumam Rama dan Kevin pun membenarkannya.

“Jangan deket-deket sama Melisa. Dia bukan cewek baik-baik.” ucap Rama membuat Kevin mendengus kesal.

”Tau apa lu dia baik ato nggak? Emang lu kenal gitu? Terserah gue lah mau deket sama dia ato nggak. Bukan urusan lu.” sahut Kevin mulai tersulut emosi.

Rama pun menghela nafasnya berat lalu melepaskan kacamatanya dan meletakkannya di meja. Ia pun bangkit menghampiri Kevin yang berdiri di dekat pintu. ”Nih.” ucap Rama memberikan masker berwarna hitam.

”Paan nih?“ tanya Kevin heran.

“Kamu modeling terkenal, kan? Mau privasi berdua sama Melisa, kan?”

”Emang iya, trus?”

”Ya udah pake biar nggak ada yang tau. Trus jangan lupa kalo mau makan di luar cari private room.”

”Cih!” Kevin pun mengambil masker dari tangan Rama dengan kasar. Ia pun mendengus lalu segera keluar dari ruangan Rama.

Dalam hati Melisa mengumpat kesal karena ternyata acara ngedate bersama Kevin hari ini malah naik taksi. ”Mobil lu kemana? Tumben lu naik taksi?” tanya Melisa berusaha selembut mungkin supaya tidak terdengar ketus.

”Di rumah. Kan tadi udah bilang? Kalo gue bareng sama Rama?” jawab Kevin sambil mengacak-acak pucuk kepala Melisa.

Disini lah keduanya berada, tepatnya di Mie Ayam Solo yang terkenal akan cita rasanya yang tidak berubah dari jaman ke jaman. Kevin memilih tempat di pojokan supaya kebersamaannya dengan Melisa tidak terekspos.

Melisa meneliti seluruh depot mie ayam yang jauh dari kata mewah. Melisa tidak menyangka kalau Kevin akan mengajaknya makan di tempat yang seperti ini. ”Mel?” panggil Kevin tersenyum ketika melihat Melisa tidak henti-hentinya memandangi sekeliling.

”Lu sakit?” tanya Kevin.

”Ng-nggak kok.” jawab Melisa dengan senyum yang dipaksakan.

Dua porsi mie ayam legendaris itu pun datang ditemani dua gelas es teh manis. Kevin menyantap mie ayamnya dengan lahap sedangkan Melisa nampak uring-uringan. 'Mie ayam doang? Cuma 10rban pula? Ngedate apaan coba di tempat ginian? Euwh.' batin Melisa.

”Dulu kami bukan orang berada. Bahkan, buat menuhin kebutuhan sehari-hari kami musti ngutang di warung. Papa supir, mama IRT, trus gue dulu masih SD nggak paham soal dunia kerja kek gimana. Tapi, gue bersyukur gue bukan anak manja yang seenak udelnya minta ini itu ke ortu.”

Melisa tersentak ketika Kevin mulai bercerita dan membawa-bawa orang tua. Melisa berharap kalau dirinya akan melakukan sesuatu yang berarti di hari kencannya. Tapi, apa? Bukannya di restoran mahal malah depot mie ayam. Bukannya membahas hubungan keduanya bagaimana ke depannya atau sekedar bercanda ria, malah bercerita tentang kisah hidupnya.

”Papa nggak mau nasib keluarganya gitu-gitu aja dan papa pun bertekad buat cari pekerjaan yang lebih baik. Cari kerja sana sini nggak ada yang mau nerima karena papa cuma lulusan SMA. Tapi, tiba-tiba ada satu perusahaan yang nawarin beasiswa kuliah sambil kerja disana.”

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang