Guruku Ternyata G 35

1.7K 116 1
                                    

Chris dan Daffin memutuskan untuk menyembunyikan hubungan keduanya dari public untuk sementara. Sampai Daffin selesai syuting dan film itu ditayangkan secara serentak di bioskop—juga sampai kontrak kerja Daffin selesai beberapa bulan lagi. Daffin sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Ia mengenakan kupluk, kacamata, dan masker serba hitam. Dugaan Daffin benar, pasti para wartawan yang haus akan berita itu bergerombol menunggu dirinya di luar rumah sakit. Tapi, siapa sangka? Daffin malah keluar dari rumah sakit ini lewat jalan rahasia, yang memang khusus disediakan untuk pasien VVIP.

“Mas,“ seru Daffin. “Beliin aku makanan dong, laper, tapi buat dimakan di rumah aja.“ ucap Daffin. “Kamu mau makan apa?“ tanya Chris. “Geprek Bensu sama Blenger Burger.“ sahut Daffin. Chris menghela nafas sambil geleng-geleng kepala. Daffin itu baru saja keluar dari rumah sakit. Seharusnya dia makan makanan ringan dan sehat dulu untuk beberapa hari ke depan. Bukannya malah makan makanan berat.

Daffin sama sekali tidak mendengar Chris bersuara. Dilihat dari raut muka, Chris, sepertinya dia marah, batin Daffin. Hah, Daffin menghela nafas. Sudahlah, Daffin juga sedang tidak ingin berdebat. Lebih baik Daffin diam saja. Lagian gue cuma mau makan itu, masa nggak dibolehin sih, cerutu Daffin dalam hati.

Tiba di apartemen. Chris membantu Daffin duduk di kursi roda. Chris ingin Daffin tinggal di apartemen Chris untuk sementara sampai Daffin sembuh total. “Inget, kamu nggak boleh makan luaran dulu. Biar mas yang masakin,“ ucap Chris. Daffin memberengut kesal. Lagian makan-makanan luar tidak akan membuat kesehatan Daffin sampai seburuk itu. Cih! Daffin berdecih kesal. Chris terlihat lebih protektif dari biasanya.

Di dapur Chris memasak Sup Ayam untuk Daffin—juga segelas madu hangat. Chris ingin Daffin cepat sembuh, apapun itu, pasti akan Chris lakukan. Dari dapur Chris melihat pujaan hatinya itu tengah menonton televisi. Kalau dari suara yang Chris dengar, itu seperti acara lawak. Tapi, Daffin sama sekali tidak tertawa, apa lagi tersenyum. Itu anak nonton lawak tapi mukanya malah datar gitu, gumam Chris.

“Daffin? Sini makan dulu, biar mas suapin,“ seru Chris. Daffin mengacuhkan Chris. Enak saja dia mau memberi aku makan makanan hambar seperti itu?, batin Daffin. “Daffin sayang?“ seru Chris. “Mas, aku itu mau Geprek Bensu sama Blenger Burger, bukan sup itu, Mas~“ ucap Daffin protes dengan kedua alis saling bertautan. Hah, sepertinya kali ini Chris harus sedikit mengalah dari tuan puteri.

“Iya iya, nanti mas orderin. Tapi, makan ini dulu, ya?“ ucap Chris lemah lembut sambil tersenyum. Chris usap pucuk kepala Daffin, karna Chris tidak ingin suasana hati Daffin semakin memburuk. Kalian tau? Hati yang senang dan bahagia akan membantu pemulihan Daffin sedikit lebih cepat? “Hm,“ sahut Daffin dengan deheman saja sambil menganggukkan kepala pelan.

“Ini satu buat mas, silahkan diambil mas,“ ucap Chris saat ia menerima pesanan dari go food. Chris pun memberikan satu kotak Geprek Bensu. “Terima kasih banyak mas,“ ucap si go food itu berterima kasih. “Sama-sama mas, saya juga terima kasih banget,“ ucap Chris menutup pintu. Ia pun ke dalam menyusul Daffin. Lihatlah bagaimana kedua mata Daffin seketika langsung berbinar bahagia. “Sini sini mas cepetan mas, aku laper~“ seru Daffin manja sambil memainkan tangannya ingin mengambil bungkusan plastik itu dari tangan Chris. “Sabar napa Daff,“ ucap Chris.

“Uuuuuuu mantaaappppp,“ ucap Daffin senang sekali saat ia membuka dua kotak berisi makanan yang diinginkannya tadi. “Perasaan kamu tadi udah makan sepiring? Masih mau makan lagi? Yakin abis nih?“ cerca Chris menggoda Daffin. “Iya dong~ Mas nggak tau sih aku tuh kesiksa banget beberapa hari ini nggak bisa makan enak.“ sahut Daffin sambil menyantap makanannya. “Maknyuuusss mas mau?“ tanya Daffin. “Makan aja, mas nunggu sisa kamu aja Daffin.“ sahut Chris. “Pelan-pelan nanti keselek,“ ucap Chris memperingatkan.

Sambil menunggu jam kuliah tiba, Juan bersantai-santai sendirian di Trafique Coffee, Senayan. Sambil mengerjakan tugas kuliah, Juan sambil menikmati secangkir Oreo Trappucino seharga 47rb rupiah. Tiba-tiba hp Juan berdering. Dari Yoga. “Halo mas?“ seru Juan sambil ketak-ketik. “Kamu sekarang lagi dimana?“ tanya Yoga dari seberang sana. “Lagi di Trafique Coffee,“ sahut Juan.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang