Guruku Ternyata G 38

1.3K 110 2
                                    

Daffin diminta oleh CEO Hardinata untuk datang ke kantor. Huft, Daffin menghela nafas saat ia berdiri di depan pintu kantor. Jujur saja Daffin malas berhadapan dengan siluman yang satu itu. Ia pun memutar knop pintu. CEO Hardinata berdiri dan mempersilahkan Daffin untuk duduk. “Maaf, saya minta kamu ke kantor tiba-tiba,“ ucap Hardinata. Ia pun duduk di dekat Daffin. “Kamu tau apa alesan saya panggil kamu kesini, Daffin?“ tanya Hardinata. Mana gue tau? Gue bukan cenayang kali, cerutu Daffin dalam hati.

Daffin pun menggelengkan kepala. “Kontrak kamu di MXD sisa 3 bulanan lagi. Gimana? Kamu masih mau lanjut, kan?“ ucap Hardinata percaya diri jikalau Daffin akan melanjutkan kontrak kerja itu lagi. Daffin tersenyum simpul. “Maaf, pak. Tapi, saya nggak bisa lanjutin kontrak kita lagi.“ sahut Daffin mantap. Bodoh. Untuk apa Daffin melanjutkan kontrak kerja dengan orang bodoh seperti Hardinata? Cih! Daffin berdecih kesal.

“Boleh saya tau alesannya Daffin?“ ucap Hardinata. Daffin diam beberapa saat. Ia mencoba memikirkan alasan apa yang sekiranya masuk akal untuk diutarakan. “Saya mau fokus kuliah,“ sahut Daffin. “Itu bukan alesan kamu yang sebenernya, Daffin. Saya tau kamu bohong. Jangan coba-coba nipu saya.“ ucap Hardinata. Daffin tidak boleh lemah di hadapan pria siluman seperti Hardinata ini. Dia terlalu peka. “Emangnya kenapa kalo saya beneran mau fokus kuliah? Nggak boleh?“ ucap Daffin sarkasme. “Jelas-jelas itu bukan alesan yang saya maksud, Daffin.“ ucap Hardinata mulai emosi. Ia sudah berusaha mengintimidasi Daffin. Tapi, Daffin malah terlihat biasa-biasa saja.

Hardinata pun menunjukkan beberapa lembar foto yang ia ambil secara diam-diam. Disana terlihat Daffin sedang jalan berdua dengan seorang pria pada malam hari. Daffin pun melihat foto-foto itu dengan alis berkerut. Hah, Daffin menghela nafas. “Bapak ngawasin saya?“ tanya Daffin. Darimana Hardinata bisa mendapatkan foto-foto ini? Kalau memang ia tidak mengirimkan mata-mata?

“Dia pacar kamu, kan?“ seru Hardinata sarkasme. Daffin diam yang artinya itu adalah sebuah fakta. Hardinata geram. Lalu, ia pun meremas foto-foto itu dan melemparnya ke sembarang arah. “Saya udah peringatan kamu, Daffin. Kalau kamu masih pa—“ kata-kata Hardinata pun langsung dipotong oleh Daffin. “Mau apa? Mau bapak sebarin? Silahkan. Saya sama sekali nggak takut. Bapak mau depak saya darI MXD? Silahkan. Saya lebih seneng lagi kalo itu beneran terjadi.“ ucap Daffin juga tidak kalah emosi.

Daffin tau Hardinata tidak bisa berbuat apa-apa, selain memberi peringatan untuk lebih hati-hati ke depannya. Menyebarluaskan fakta ini ke publik? Cih! Itu sama saja dengan mempermalukan diri sendiri. Kecuali kontrak habis dan berita pun tersebar luas. Baru Hardinata bisa terbebas dari rasa malu itu. Dan asal kalian tau, alasan mengapa Hardinata berat melepas Daffin ialah, karna Daffin menjadi salah satu pendapatan terbesar MXD. Heh, jangan salah engkau wahai siluman, gue kagak bakal kemakan bujuk rayu lu, batin Daffin.

Hardinata geram. “Terserah kamu Daffin.“ ucap Hardinata menyerah. Sebelum Daffin keluar dari ruangan ini. Ia pun memutar badan ke belakang saat sampai di ambang pintu. “Kata orang, do'a orang yang sakit hati itu manjur, pak. Dan bapak musti inget satu hal. Suatu saat bapak bakalan sama kek saya. Jatuh cinta sama cowok dan mungkin nikah sama cowok juga.“ ucap Daffin tersenyum miring. Daffin pun keluar dari ruangan ini.

Chris siang ini diundang ke acara ulang tahun salah satu rumah sakit di Jakarta, yang ke 57. Ia juga diajak mengelilingi rumah sakit. Selain itu ia juga merupakan salah satu investor terbesar di rumah sakit ini. “Disini bangsal khusus anak-anak, pak.“ ucap si dirut itu. Chris menyapa anak-anak disana. Mereka berlari-lari bermain bersama teman-teman yang lain. Dalam kondisi kurang sehat pun, mereka bisa tersenyum dan tertawa.

“Nama kamu siapa, nak?“ tanya Chris ke salah satu anak kecil berusia 5 tahunan. Chris berjongkok menyamakan posisi dengan si anak. “Nama aku..“ ucap anak itu tiba-tiba terdiam dan menatap Chris dengan tatapan sendu. Sebelah alis Chris terangkat. “Kamu kenapa? Hm? Kok sedih?“ tanya Chris mengusap pipi anak itu. “Pa-papa..“ gumam anak itu. Chris pun menoleh ke salah satu dokter yang juga ikut berkeliling bersama tadi. Chris meminta penjelasan dokter tersebut mengenai anak ini.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang