Guruku Ternyata G 23

2.9K 207 20
                                    

Suara cicitan burung-burung di udara mulai menggema di bumi ini. Tentu saja itu adalah pertanda sudah pagi hari. Dua sejoli ini masih saja bergumul di dalam selimut. Dingin. Itulah yang keduanya rasakan saat ini. Hingga rengkuhan Chris pada Daffin pun semakin erat.

Uh, ingin rasanya mereka berlama-lama berada di atas kasur, tapi apalah daya, yang satu dituntut akan pekerjaannya sebagai dosen, dan yang satunya lagi adalah seorang mahasiswa. Chris meraba-raba nakas. Ia meraih ponselnya lalu melihat jam di layar. Hah, baru pukul 06:05, batin Chris.

Masih ada waktu dua jam lagi untuk Chris bersiap-siap dan berangkat ke kampus bersama Daffin. Ia pun bangkit masih dalam keadaan tidak mengenakan apapun. Ia ambil handuk piyama di lemari. Sebelum memulai aktivitas bersih-bersih, Chris ke kamar mandi terlebih dahulu mencuci muka dan menggosok gigi.

Biarkan saja Daffin istirahat, batin Chris. Ia mulai membersihkan seluruh sudut apartemen dengan vacum cleaner. Lalu, berlanjut dengan mengepel lantai. Sambil mengepel Chris juga menanak nasi untuk santapan pagi ini bersama Dhefin nanti.

“Hmm.. Masak apa ya??“ batin Chris berhenti sebentar lalu berpikir sambil satu tangan berkacak pinggang dan tangan satunya lagi memegang pel. Hari ini Chris ingin menjadikan Daffin raja di rumah ini. Hah, asal kalian tau, digempur habis-habisan beberapa ronde itu tidak semudah yang kalian pikir. Seluruh tubuh rasanya remuk dan pegal sekali. Ya, meskipun siapapun mungkin akan ketagihan ingin melakukan itu lagi, tetap saja melakukan itu membutuhkan tenaga yang cukup besar pula.

“Loh? Kok gue nggak dibangunin sih, Chris?“ seru Dhefin tepat berada di belakang Chris. Daffin pun duduk di kursi mini bar. Daffin melihat seisi rumah nampak rapi dan bersih. Siapa lagi kalau bukan Chris yang mengerjakan semua ini.

“Kasian bangunin orang ganteng bobo, kalo keganggu, kan nggak asyik?“ sahut Chris memutar badan. Lalu, ia kembali mengaduk sup yang ia buat. “Lagi bikin apa?“ tanya Daffin. “Sup,“ sahut Chris. “Sup apa?“ tanya Daffin lagi. “Sup iga,“ sahut Chris.

“Chris,“ seru Daffin. “Ambilin gue air putih dong,“ pinta Daffin. Daffin benar-benar malas untuk sekedar mengambil air putih. Selain masih mengantuk, area belakang di bawah sana juga masih terasa perih. Bayangkan saja mereka melakukan itu beronde-ronde sampai dini hari.

“Lu pernah main begituan ama cewek lu yang dulu-dulu nggak, Chris?“ tanya Daffin membuat Chris tertohok sampai-sampai Chris terbatuk-batuk. Oh tuhan, Daffin, pertanyaan macam apa itu? “Daff, aku itu lebih tua dari kamu, sopan sedikit napa manggilnya. Panggil mas, trus aku kami, jangan pake elu gue, nggak sopan ah.“ tegur Chris.

“Gue udah nyaman kek gini gimana dong?“ ucap Daffin membela diri. Chris menatap Daffin sembari kedua tangan berada di atas meja, yang dimana salah satu tangan Chris memegang serbet. “Kamu maba, kan? Berarti masih belasan dong? Umur kamu berapa coba?“

“18,“ sahut Daffin datar. “Nah, mas udah 27. Jadi, beda berapa tahun?“ tanya Chris. Daffin mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan sambil mengetukkan jari di depan dagu dengan bibir sedikit ia monyongkan. “9 tahun,“ sahut Daffin.

“Itu kamu tau sendiri? 9 tahun loh? Udah ya mas nggak mau tau, pokoknya kamu perbaiki cara kamu manggil mas. Mas nggak mau disama-samain sama temen kamu yang lain.“ ucap Chris posesif. “Hm,“ sahut Daffin dengan bibir yang sengaja ia manyunkan.

“Mas.. Kok bau sapi sih?“ tanya Daffin saat ia mulai menyantap sup iga buatan Chris. Chris heran sembari menggeleng-gelengkan kepala. Daffin Daffin, di mana-mana sapi itu mempunyai aroma khas sapi. Tidak mungkin, bukan? Kalau sapi berubah aromanya menjadi aroma ayam atau jamur?

“Itu sup iga Daffin~ Hedeh ya iyalah bau sapi,“ sahut Chris sebal. “Mas belum jawab pertanyaan aku tadi,“ ucap Daffin. Sebelah alis Chris terangkat. Pertanda ia heran. Pertanyaan yang mana?, batin Chris. “Itu.. Dulu mas pernah begituan sama cewek lain nggak?“

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang