Guruku Ternyata G 12

3K 212 3
                                    

Hari dimana malam keakraban diselenggarakan pun tiba. Ada banyak para alumni yang hadir, senior-senior kampus yang non panitia, juga para dosen tentunya.

Sialnya, Kevin harus berada di satu meja bersama dua musuh bebuyutannya Rama dan Radi. Kalau saja bukan karena ancaman skripsi akan ditolak seandainya tidak menghadiri acara ini, maka Kevin tidak akan pernah mau menghadiri acara yang sangat membosankan seperti ini.

Ia pun bangkit, sekedar mencari angin segar meskipun tidak tau entah dimana. Rama melirik kemana arah Kevin pergi seraya menenggak birnya perlahan.

Rama senang sekali malam ini, karena ia tidak sendiri melainkan ditemani oleh Cindy sang pujaan hati. Keduanya tak henti-hentinya saling bertatapan dan saling melempar senyum hingga membuat orang-orang yang ada disana merasa iri.

”Jangan bikin kita-kita para jomblo ngiri dong!” protes Tristan ketika melihat aksi sepasang sejoli yang saling bertatapan dengan hangat dan mesra. Apalagi Rama yang begitu senang sekali mengacak-acak pucuk kepala Cindy sayang.

”Kacang makin mahal ya,” ujar Tristan sebal seraya mengunyah cemilan kacangnya dengan keras hingga mengeluarkan suara khas orang yang mengunyah.

Rama mendengus kesal. Salah memang kalau mempunyai seorang sahabat yang hobinya meledek sahabatnya sendiri. ”Mau bogem lo?” ujarnya berlagak galak.

”Udah-udah sayang jangan marah-marah mulu ah ntar cepet tua lagi,” ujar Cindy bercanda demi menengahi dua tom and jerry.

”Noh liat pujaan hati lo yang cantik jelita nggak ada duanya aja ngerti masa lo nggak sih?” timpal Tristan membuat Rama mencebikkan bibirnya kesal.

Sudah hampir dua puluh menit Rama tidak menjumpai Kevin sama sekali. ”Kemana tuh anak?” ucapnya dalam hati penasaran. Rama pun permisi ke toilet, ketika ia hendak menuju toilet, langkahnya pun terhenti kemudian ia menyembunyikan diri di balik tembok dekat tangga.

Rama melihat ada dua sejoli yang tengah bermesraan hingga saling memagut bibir masing-masing dengan penuh nafsu. Tanpa ia sadari hal itu membuatnya sedikit geram hingga mengepalkan tangannya.

Rama memejamkan matanya sejenak, kemudian ia pun berjalan di antara keduanya hingga membuat keduanya tersentak kaget, tidak terkecuali Melisa yang mendapat pelototan tajam dari Rama.

”Mata lo woy,” tegur Kevin tidak terima kalau Rama memberikan tatapan membunuh kepada Melisa.

”Ma-ma-maaf pak,” ujar Melisa meminta maaf kalau-kalau tindakannya barusan terlihat tidak sopan di mata Rama yang notabenenya adalah dosennya sendiri.

”Ada banyak tempat tapi kenapa musti disini? Kalo ada yang liat gimana?” ujar Rama berusaha biasa-biasa walaupun sebenarnya ia tidak bisa menganggap biasa-biasa saja apa yang ia lihat.

”Ya udah sana!” ujar Kevin dengan nada mengusir. Rama memandangi Kevin sejenak, sejurus kemudian ia pun meninggalkan dua sejoli yang tengah dimabuk asmara.

Sebagai seorang dosen sekaligus konseling mahasiswa/i, tentu Rama memiliki tugas lebih yaitu mengawasi setiap gerak-gerik para mahasiswa/i di kampus tempatnya mengajar.

Terkadang ia harus pergi ke beberapa tempat seperti, motel, club, bar, dan lain-lain dengan tujuan mengawasi kalau-kalau ada anak didiknya yang pergi kesana dan berbuat tidak-tidak.

Salah satu alasan mengapa Rama tidak suka melihat Kevin bersama dengan Melisa ialah kalau Melisa bukanlah gadis baik-baik. Ia sempat beberapa kali menangkap basah Melisa tengah berkencan dengan pria-pria kaya yang sudah berumur. Hal itu pun ia abadikan dengan foto yang dijepretnya sebagai bukti.

Rama pun memilih kembali ke tempat duduknya dan berkumpul bersama teman-temannya dan para maba lainnya. Posisi Rama dan Kevin yang saling berhadapan itu pun cukup membuatnya saling melemparkan tatapan tajam.

Kevin pun tersenyum miring kemudian menenggak habis gelasnya yang berisi bir sambil mengunyah kacang hingga mengeluarkan suara khas.

Hp Cindy sedari tadi berdering entah dari siapa. Bahkan, nomor si penelepon pun tidak dikenal. ”Angkat aja sayang, siapa tau penting,” ujar Rama tersenyum.

Cindy pun permisi sebentar ke tempat yang agak lebih sepi untuk mengangkat telepon. ”Halo?” sahut Cindy penasaran siapa gerangan orang yang meneleponnya tanpa henti.

”Masih inget aku my little sweety sayang?” ucap orang dari seberang sana.

Tubuh Cindy seketika membeku. Suara yang begitu lembut nan menenangkan, yang tidak pernah lagi ia dengar selama beberapa tahun ini, kini terdengar kembali di telinganya.

”My sweety? Itu kamu, kan? Hm?” ujarnya lagi dari seberang sana memastikan kalau orang yang diteleponnya ialah Cindy.

”Kak, kak Gilang?” seru Cindy memastikan kalau itu benar-benar orang yang ia maksud.

Dari seberang sana, seseorang yang bernama Gilang itu pun tersenyum tatkala Cindy masih mengingat dirinya. ”Makasih my little sweety udah inget sama aku hehehe,”

Tanpa Cindy sadari air matanya luruh ketika mendengar suara yang begitu sangat ia rindukan sejak lama. Cindy tak mampu lagi berkata-kata. Suaranya serak karena menangis.

”Cindy sayang? Kenapa? Kamu nangis? Hm?” tanyanya lemah lembut. Ah, suara ini suara yang begitu menenangkan. Suara yang teramat sangat ia rindukan.

”Ci-cindy ka-kangen kak hiks hiks,” ujar Cindy sambil terisak.

Gilang tertawa tatkala mendengar suara Cindy yang mulai terisak. ”Udah umur berapa sih? Masih nangis aja? Haha,”

Cindy mengerucutkan bibirnya. Entah mengapa ia tidak bisa menyimpan sifat manjanya pada gilang. ”Ih dasar tau ah,” ujarnya berlagak ngambek.

”Jangan ngambek dong, besok kakak ke rumah kamu kok sayang hehehe,” ujar Gilang membuat senyuman manis terukir di bibir Cindy.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang