Guruku Ternyata G 67

707 76 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ini apartemen Djaka X Daru

----- ⭐ ------ 🌟 ------ ⭐ ----- 🌟 ----- ⭐ -----

Pesona ia sungguh tiada dua. Silau mata ini seolah membuat raga ini ber-getar. Getaran itu membuat se-genap rasa dalam dada meletup-letup. Bilamana ia tiada di sisi, gusar pun melanda. Perasaan ingin mengikat ia dalam balutan cinta ini muncul tiba-tiba. Sadar jikalau semua harus dirajut dengan rasa sabar. Chris mencoba menahan diri agar tidak menggebu-gebu seperti dulu. Sehingga membuat Daffin merasa jikalau diri ia terlalu diatur dan dikekang. Biarlah ia bebas terbang bagai burung merpati, tetapi Chris tetaplah tuan dari si burung itu.

Bibir Daffin melengkung penuh arti. Sungguh perubahan Chris membuat ia menjadi merasa sangat gemas. Chris benar-benar menggemaskan. Sebab ia tau jikalau saat ini; Chris sedang mencoba menahan diri. Padahal jelas-jelas sedang berdiri di belakang Daffin. “Peluk aja, mas,“ ucap Daffin. Chris jadi malu. Sejak kapan Daffin menjadi paranormal, dan menebak dengan tepat begitu? “Siapa juga yang mau meluk kamu?“ ucap Chris. Saat ini; Daffin sedang mencuci piring. Daffin memutar badan dengan kondisi dua tangan ia mengenakan sarung tangan karet.

“Jangan malu-malu gitu, ah. Biasanya kamu langsung nyosor aja, tuh? Tumben malu-malu kucing kek gitu? Liat, kan? Tangan aku lagi pake sarung tangan kek gini mana bisa meluk kamu, mas?“ ucap Daffin.

Sial! Jantung Chris ber-debar. Bagai bertemu cinta pertama. Benar. Dia adalah cinta pertama setelah perpisahan itu terjadi. “Dengerin, ya? Bukan mas, tapi kamu yang pengen dipeluk,“ ucap Chris mengelak. Bisa hilang harga diri aku kalo jujur gitu aja sama Daffin, batin Chris—pun masih memikirkan harga diri ia sendiri. Lucu sekali memang. “Iya iya~ Udah, ah. Bantuin aku cuci piring, gih,“ ucap Daffin. Sebab cucian piring menumpuk; sisa dari tadi malam, pagi, dan siang hari ini. Jadi, bisa kalian bayangkan. Betapa penuh se-isi dapur di rumah ini, bukan?

Sungguh tiada niat di hati mengungkit lara itu lagi, tetapi rasa penasaran di hati lebih besar dibanding menjaga agar lara itu tidak semakin basah. Sembari membantu Daffin mencuci piring; Chris sembari memulai obrolan ringan hingga berat. “Daff, mas penasaran. Gimana perasaan kamu saat mas tega main tangan sama kamu waktu itu,“ ucap Chris. Tangan Daffin terhenti seketika dari mencuci piring. Daffin termenung.  “Lebih sakit dari kena pisau, mas,“ sahut Daffin. Jujur mengingat itu kembali membuat diri ia merasa sedih dan sakit. Tega? Benar, mengapa Chris begitu tega? Tetapi, itu telah menjadi masa lalu, karna tugas Daffin sekarang ialah menerima perubahan Chris menuju lebih baik.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang