Guruku Ternyata G 75

704 68 21
                                    

Sulaman rindu selalu menjerat sanubari hingga menggigil dalam harap bertemu. Benang-benang cinta seolah telah melilit-lilit pada tiap persendian. Cuma bisa terlepas jikalau diganti dengan temu. Tiap guratan tinta hitam di atas pertas putih ialah sebagai lambang cinta itu abadi. Perpisahan telah terjadi, tetapi abadi cinta itu membuat dua insan ber-satu lagi. Daffin dan Chris. Orang bilang mustahil dirajut lagi, sebab benang-benang itu telah rapuh—juga pain-pain itu telah lusuh.

Daffin dan Chris sama-sama berada dalam harap. Batin seolah saling terhubung. Perih saling merasa. Pilu sama-sama tersiksa. Terlebih jikalau rindu telah menyapa. Dengan cara apa lagi agar rindu terobati selain temu semata? Orang tua memang belum merestui, tetapi cinta nan tulus memberi harapan pasti. Tinggal berjuang sembari memegang tongkat agar mampu bertahan di atas tanah dengan ber-batuan tajam. Jikalau suatu saat ia tertatih-tatih demi menjemput sang kekasih—pun tongkat di tangan ia lah sebagai penopang agar ia tetap kuat berdiri.

Chris baru saja tiba di rumah sang mantan istri tercinta. Daffin langsung berhambur di pelukan Chris. Betapa rindu di hati telah menggebu. “Lama banget, sih?“ ucap Daffin protes. Saat malam hari—pun rupa ia terlihat ber-sinar terang. Sangat tampan. “Beres ngajar, pulang dulu ngambil tas buat ngantor besok, trus mandi. Baru ke sini,“ sahut Chris. Daffin sebal. Lalu, ia pun memasang ekspresi cemberut. Hm, berpura-pura cemberut? Tetapi, Daffin memang benar-benar sebal. Huh, alasan macan apa itu?, batin Daffin.

“Beneran~ Jangan ngambek sama mas, dan ampe mikir kalo mas bawa cewek ke rumah,“

“Hampir aja aku mikir kek gitu,“

“Perlu pasang cctv, nggak? Biar kamu nggak curigaan mulu sama mas?“

“Hehe perlu perlu perlu,“

Chris mengucap salam sesaat setelah masuk ke dalam rumah bersama Daffin. Chris juga disambut oleh sang ibu mertua. Sebagai buah tangan; Chris sengaja membeli dua kotak pia aneka rasa. Lalu, ia beri bungkusan plastik tersebut pada Olivia. “Ini pia kesukaan papa, ma,“ ucap Chris. Chris masih bisa mengingat dengan jelas jikalau Nugraha adalah maniac pia. Olivia mengucap terima kasih sembari mengusap lengan sang mantan menantu. Sebelum dinner; Olivia meminta agar Daffin dan Chris duduk di ruang tengah terlebih dahulu.

“Bentar, mama panggilin papa dulu,“ ucap Olivia.

“Iya, ma,“ sahut Chris.

Chris terus menatap sang mantan istri dengan tatapan terpana. Bagai pangeran asal negeri dongeng; rambut blonde Daffin sangat kontras dengan kulit putih ia. Daffin tau. Justru ia sengaja membisu, lalu mengalihkan perasaan berdebar itu dengan bermain gadget. Pria mana tiada bergetar jiwa ia tatkala ditatap seperti itu oleh sang dicinta? Daffin berusaha biasa-biasa saja agar label salah tingkah tidak dicap jelas tepat di wajah ia. Huh, malu banget gue ntar, batin Daffin. “Hei! Ganteng?“ seru Chris menggoda sekaligus ber-canda.

Daffin langsung menoleh. Demi apa? Daffin hampir saja mengira jikalau tadi itu ialah suara pria hidung belang. “Daffin, mas. Daffin,“ ucap Daffin mengoreksi panggilan ganteng dari bibir sang mantan suami. Entah mengapa terdengar sangat menggelikan di telinga ia. “Ganteng lah! Kan kamu ganteng, sayang?“ sahut Chris sembari mengulum senyum. Jutaan pupu-pupu mulai berputar-putar di perut Daffin. Sehingga ia pun senderan di sofa agar tubuh ia bisa lebih rileks lagi. Hitung-hitung membuat samar sikap salah tingkah ia di hadapan Chris.

“Bangun, Daff. Nggak bagus main hp sambil rebahan,“

“Bagus-bagus aja, tuh? Tinggal periksa ke optik aja kalo mata aku minus,“

Pugraha dan Olipia pun muncul bersama menuruni anap tangga. Berusaha belajar menerima Chris—pun Pugraha masih terlihat sinis. Suara ia juga masih terdengar sangat dingin. “Hm, nginep lagi?“ cetus Pugraha ber-nada sinis dan tidak suka. Olipia langsung mencubit pinggul sang suami. Pugraha benar-benar tidak tau kondisi sama sekali. “Pa,“ seru Olipia menegur agar Pugraha ber-sikap biasa-biasa saja. Pugraha pun menghela nafas. “Tolong ambilin pia buat papa, ma,“ ucap Pugraha memerintah sang istri.

Guruku Ternyata GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang