Cinta yang Kadaluarsa

545 58 5
                                    

"ADAM, tungguin gue!" teriakku mengejar seorang lelaki jangkung tersebut. "Adam! Dih!"

Lelaki yang merasa dipanggil itu lantas berhenti, kemudian berbalik badan, memandangku dengan tatapan yang sangat dingin. "Kenapa?"

"Ini gue buatin onigiri," ucapku menyodorkan kotak bekal berwarna cokelat tua tersebut kepadanya. "Lo suka, kan?"

Adam terdiam sejenak, hanya melihat kotak bekal tersebut, lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Lo tuh penguntit, ya?"

"Hah? Enggak."

"Terus, tau makanan kesukaan gue darimana?"

Aku terdiam, cukup lama. Yah, jika kuberi jawaban yang sebenarnya, mungkin aku dapat terbilang menguntit.

Adam akhirnya menarik kotak bekal itu dengan kasar, kemudian menyodorkannya ke Arby, teman dekatnya. "Buat lo aja."

Aku hanya bisa membeku di tempat, tak tau harus bagaimana. Andai si bodoh itu tau bagaimana sulitnya perjuanganku untuk membuat onigiri yang sempurna. Maksudku, itu kan makanan Jepang. Jangankan makanan Jepang, makanan Indonesia saja aku belum tentu bisa.

Tapi sudahlah, aku sudah terbiasa ditolak begini olehnya.

Namaku Elsa. Aku perempuan berusia 19 tahun yang saat ini berkuliah di salah satu universitas ternama di Indonesia, jurusan ekonomi. Lalu, yang tadi itu, namanya Adam, lelaki seusiaku yang merupakan crushku sejak masuk SMA.

Aku sudah menyukai Adam sejak aku melihatnya di MOS SMA. Aku berada di kelompok yang sama dengannya, waktu itu. Terdengar bodoh, tapi aku bisa menyukainya hanya karena dia melindungiku dari teriknya matahari, saat upacara bendera. Dia berdiri di depanku, waktu itu.

Sesimple itu? Ya, sesimple itu. Aku tak mengerti dengan perasaanku sendiri. Aku pun terang-terangan sekali dalam memperlihatkan perasaanku di hadapannya. Aku tau, dia mungkin risih dan membenciku. Namun kalian harus tau, penolakan onigiri tadi bukanlah penolakan yang pertama darinya. Aku sudah ditolak berkali-kali olehnya.

Ditolak berkali-kali juga bukan berarti aku tak pernah runtuh. Aku juga berkali-kali runtuh dan mencoba mencari lelaki lain. Aku berpacaran dengan beberapa lelaki selama SMA, tapi nyatanya, mereka hanyalah pelampiasan yang kugunakan agar bisa melupakan Adam.

Banyak lelaki yang mencoba mendekatiku. Memberikanku bunga, membawaku ke tempat yang kusuka, memberikanku apapun. Namun, semua usaha itu tak dapat membuatku luluh. Aku bisa jatuh cinta kepada seorang lelaki yang hanya kebetulan melindungiku dari teriknya matahari, tapi aku tak bisa jatuh cinta kepada lelaki lain yang memberikanku dunia mereka.

Berkali-kali aku ditolak dan berkali-kali aku runtuh. Namun, nyatanya, rasa tertarikku kepadanya sebesar itu sehingga perasaan itu membuatku bangkit lagi, berjuang lagi, dan akhirnya jatuh lagi. Begitulah siklus yang kualami selama ini. Namun, kenyataannya, Adam tak pernah membalas perasaanku.

Kalian pikir, aku masuk ke universitas ini karena kemampuanku? Karena aku pintar? No. Aku yang selalu berada di peringkat bawah ini berjuang mati-matian untuk dapat lulus di tes masuk universitas. Alasannya? Agar aku bisa satu universitas dengan Adam. Bisakah kalian bayangkan seberapa addicted aku kepadanya?

Teman-temanku sampai menduga bahwa Adam mungkin adalah seorang gay, karena dia bahkan tak memiliki ketertarikan apa-apa dengan perempuan. Aku menepis semua prasangka itu. Maksudku, mungkin Adam memang tak pernah pacaran, tapi dari dulu, dia adalah murid yang rajin dan pintar. Mungkin, dia mengesampingkan segalanya demi ambisi dan cita-citanya.

Sampai suatu hari, aku menerima kabar bahwa Adam berpacaran dengan seorang perempuan yang merupakan satu jurusan dengannya, teknik arsitektur. Perempuan itu cukup terkenal di kalangan mahasiswa karena kecantikannya. Kuakui, dia memang cantik.

My Cerpens; Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang