Better Man

86 15 4
                                    

"Padahal katanya, kita gak boleh masuk ke hutan, apalagi berenang di danau ini," ujar Selvi, mengayunkan kakinya dengan gerakan kecil di dalam danau. Kecipak, kecipuk. Suara air danau itu terdengar di sela kicauan burung dan gemerisik dedaunan dari pohon yang ditiup angin.

Kaki itu bersebelahan dengan Beni yang sedang berenang di danau, kesana kemari, sibuk sendiri menikmati danau yang sebenarnya di depannya sudah diberikan plang larangan untuk masuk ke wilayah hutan ini.

Beni terkekeh. "Siapa peduli?"

Selvi tersenyum. Tangan kanannya terulur, menyentuh wajah Beni yang basah.

Selvi dan Beni hidup di sebuah desa kecil di sebuah kaki gunung. Selvi dan Beni sudah berpacaran sejak masuk SMA. Mulanya, Selvi dan Beni hanya teman biasa sejak SMP karena kebetulan rumah mereka memang tidak terlalu jauh. Mereka sering bermain bersama, dengan anak-anak lainnya juga. Namun, Selvi merasa bahwa tak ada yang mengerti dirinya selain Beni. Meskipun terkadang, Beni itu egois dan keras kepala, suka mementingkan diri sendiri, tapi Selvi sangat menghargai keberadaan dari hubungan mereka berdua.

Beni juga merupakan satu-satunya tempat paling aman bagi Selvi untuk bercerita, mengenai keluarganya, hobinya, film kesukaannya, bahkan mimpinya. Selvi paling sering bercerita kepada Beni mengenai mimpinya yang ingin menjadi seorang model. Selvi memang memiliki wajah yang jelita dan sedari dulu, dia selalu bermimpi untuk mengisi foto sampul majalah ataupun muncul di televisi.

Sedangkan Beni, dia tak memiliki mimpi apapun. Dia hanya menjalani hidup sesukanya saja. Dia juga langganan berkelahi di desa karena sifatnya yang keras kepala dan sesukanya. Beberapa orang berpikir bahwa sifat Beni yang seperti itu karena orang tua Beni yang merupakan salah satu orang terkaya di desa dan banyak membantu kemajuan fasilitas di desa mereka. Jadi, tanpa mimpi pun, kehidupan Beni sudah enak. Dia hanya tinggal melanjutkan bisnis keluarga saja, apalagi dia adalah anak satu-satunya.

Sebenarnya, bagi Selvi, menjadi pacar Beni pun bisa terbilang enak karena orang tua Beni sangat menyayangi Selvi dan memanjakannya. Selvi bukanlah orang yang datang dari keluarga dengan ekonomi seberuntung Beni. Ayahnya hanya seorang nelayan dan ibunya hanya berjualan di pasar ikan. Selama ini, orang tua Beni memberikan banyak sekali bantuan kepada Selvi.

Namun, puncaknya adalah ketika mereka sudah lulus sekolah. Orang tua Beni mengenalkan Selvi kepada kenalannya yang ada di kota untuk mengikutsertakan Selvi ke dalam audisi model majalah, sebab itu adalah mimpi Selvi sejak dulu. Berkat wajah yang jelita dan tubuh yang bagus, tidak sulit untuk membuat media tertarik kepada Selvi. Selvi mulai mengisi sampul majalah, kian lama kian banyak media yang melirik dan menawarkannya untuk menjadi model iklan, sampai akhirnya, nama Selvi terkenal sebagai model cantik yang diidolakan banyak orang.

Berbeda dengan Beni. Meskipun orang tuanya sangat berkecukupan, Beni tidak mau kuliah. Dia lebih memilih untuk bangun siang dan tidur larut malam, tiap hari hanya dihabiskan untuk berkumpul bersama berandalan yang sama-sama tidak sekolah, serta berkelahi dengan desa sebelah.

"Jangan berantem mulu..." ujar Selvi, dari seberang sana.

Beni yang sedang duduk bersandar di kepala kasur sambil mengobati luka di sikunya, hanya bisa menghela napas mendengar omelan Selvi dari telepon.

"Gimana jadwal kamu?" tanya Beni, menutup obat merah yang baru saja dia gunakan. "Jangan terlalu capek."

"Nanti aku bakalan muncul di TV," jawab Selvi, antusias. "Iklan perdananya jam delapan malem. Kamu nonton, ya?"

Beni tersenyum ringan. "Kalau itu pasti."

"Mbak Selvi lebih suka dress yang mana?"

Beni bisa mendengar suara penata rias dari seberang sana. Ini sudah sering terjadi, dimana Selvi teleponan dengannya sembari didandani. Dia sudah terbiasa dengan suara berisik sekeliling Selvi ketika perempuan itu meneleponnya. Meskipun begitu, Beni mengerti karena Selvi sudah rela meluangkan waktu di sela kesibukannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Cerpens; Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang