Sebuah Obrolan Tentang Mantan

185 24 0
                                    

"HARI ini, aku mau nanya-nanya kamu soal mantan kamu," kataku, tersenyum. "Kemarin kan kamu yang nanya aku soal mantanku, berarti sekarang giliran aku. Gapapa, kan?"

Brian tertawa kecil. "Gapapa."

Ada sebagian laki-laki yang tak mau membicarakan tentang masa lalu. Namun, lelakiku berbeda. Dia tak masalah membicarakan masa lalu. Dia menerima imagenya di masa lalu. Bahkan, terkadang dia menggodaku dengan sengaja membicarakan mantannya karena dia senang melihat reaksiku.

Mungkin, dulu, dia memang seorang laki-laki yang selalu bergonta-ganti gandengan. Mungkin, dulu, dia tak cukup dengan satu perempuan. Namun, siapa yang peduli dengan kata 'dulu'? Dia berusaha sekeras mungkin untuk berubah ke arah yang jauh lebih baik dan ketika aku mendengar dan membandingkan dia versi masa lalu dengan dia versi sekarang, dia harus sangat bersyukur karena Tuhan membukakan pintu hatinya untuk berubah ke arah yang lebih baik. Tak semua orang di dunia ini diberikan kesempatan seperti itu.

Aku berkali-kali berpikir, betapa beruntungnya aku karena Tuhan membiarkanku bertemu dengannya pada versi dirinya yang sekarang. Dari semua perempuan yang pernah dekat dengannya, aku harus bersyukur karena akulah yang terpilih untuk bertemu dengan versi terbaik dari dirinya. Lalu, jika aku masih beruntung sampai nanti, aku akan diberikan kesempatan untuk melihatnya terus berubah menjadi versi yang terbaik dari segala versi yang dia punya.

"Coba jelasin gimana cara kamu deketin mantan kamu waktu jaman SMP."

Pada awalnya, aku masih senyum dan tertawa mendengar ceritanya yang menurutku lucu dan kekanakan. Maksudku... ayolah, aku sedang mendengarkan cerita cinta monyet Brian yang masih menjadi anak SMP. Sampai ceritanya terus berlanjut ke mantan-mantan selanjutnya, aku merasa tubuhku mulai panas dingin karena tak bisa dipungkiri, selayaknya orang yang menyayangi seseorang dan seseorang itu membicarakan masa lalunya yang manis, aku merasa cemburu.

"Tadi, di cerita awal masih happy. Lama-lama diem," kata Brian, menahan tawanya. "Kenapa, sih? Kamu marah?"

"Gak," jawabku. "Lanjutin."

Aku tak marah. Aku cemburu. Itu dua hal yang berbeda dan itu bukan salahnya. Itu salahku karena aku yang memintanya untuk membicarakan ini. Lagipula, kemarin, Brian juga bertanya soal mantan-mantanku, aku menjawabnya, dan Brian tak merasa sekesal aku. Kenapa aku malah kesal dengan ceritanya? Lagipula, bukankah itu sudah menjadi masa lalu?

"Terus, ada satu cewek lagi yang cantik banget," ujar Brian. Aku hanya berdehem untuk merespon ucapannya. Semua mantan pacarnya adalah perempuan yang cantik, bahkan mungkin jauh lebih cantik daripada aku. "Tapi, kamu jangan marah."

"Iya, enggak, kok," kataku. "Terus, dia gimana?"

"Iya, dia cantik. Terus... semua yang kumau ada di dia."

"Hm."

"Dia tinggal di Riau."

Aku merasa darahku berdesir. Aku mulai tersenyum. Aku tau, Brian pun sedang menahan senyuman. Brian pernah bilang bahwa dia tak pernah dekat dengan perempuan asal Riau selain aku. Bahkan, dia tak tau banyak soal Riau jika bukan karena dia bersamaku.

Brian tertawa, aku pun ikut tertawa. Entahlah, aku bisa semurahan itu untuk seakan-akan dia bujuk, "Jangan marah, dong." dan seketika, suasana kembali terasa hangat.

Aku bertanya lagi mengenai mantan pacarnya. Kali ini, aku tak boleh merasa cemburu dan tiba-tiba panas dingin lagi karena aku harus tau, semuanya hanya masa lalu. Aku bertanya mengenai mantan pacarnya yang mana yang memiliki senyuman paling indah, suara paling merdu, dan mata yang paling indah.

Namun, ketika aku bertanya tentang mata siapa yang paling indah, dia berpikir cukup lama. Lalu, Brian bilang, "Aku sempet mikir kalau aku udah ketemu mata yang paling indah, tapi ternyata semuanya gak ada apa-apanya dibanding mata kamu."

Begitulah lelakiku. Aku paling suka ketika dia tiba-tiba menggodaku dan membuatku kaget sekaligus merona. Aku juga paling suka ketika dia menyadari kekesalanku, lalu dengan cepat memperbaiki suasana hatiku. Menurut kalian, lelaki siapakah ini? Hanya milikku.

-----------------------------------------

4 Jun 2022

My Cerpens; Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang