Lovely Bubu

179 19 3
                                    

AKU punya banyak sekali kucing. Bahkan, aku berhenti menghitung jumlah kucing di rumahku saking banyaknya teman bulu yang kupelihara. Warnanya pun beraneka ragam, ada yang oren, cokelat, hitam, putih, abu-abu, putih abu-abu, dan sebagainya. Tak hanya warna, sifat mereka pun berbeda-beda. Memiliki mereka bukannya aku menganggap mereka sebagai peliharaanku, tapi temanku. Semua orang di rumah ini pun menyayangi mereka.

Semuanya baik-baik saja, sampai beberapa hari yang lalu. Semuanya berawal ketika aku berniat untuk memberikan makan sore, tapi aku tak bisa menemukan salah satu kucingku, Bubu. Bubu adalah kucing putih abu-abu yang paling manja di antara semuanya. Dia adalah kucing yang selalu gelendotan ke siapapun, tiap kali kami ke halaman belakang. Namun, sore itu, aku tak melihat Bubu dimanapun. Aku bertanya kepada mama, papa, bahkan asisten rumah tanggaku, tapi tak satupun yang melihat Bubu. Hari itu, kuputuskan untuk tetap berpikir positif karena kupikir, mungkin dia tidur di tempat tersembunyi, seperti di kolong rumah kucing, atau sebagainya.

Keesokan harinya, pada siang hari, aku mendapatkan kabar bahwa Bubu ditemukan di rumah kosong yang tepat di sebelah rumahku. Rumah itu sudah lama tidak dihuni, sekelilingnya penuh dengan semak belukar. Pagi itu, berdasarkan cerita dari papaku, papaku mencoba membawa Bubu pulang, tapi Bubu malah kabur ke semak belukar dan kami jadi kehilangan jejaknya lagi.

"Emangnya kamu tadi pagi kemana, Kak? Kok gak tau kalau Papa ngejar Bubu ke rumah sebelah?" tanya Mama, siang itu.

Aku sempat kaget ketika mendengar cerita itu. Akhir-akhir ini, aku selalu bangun pada pagi hari, tapi entah kenapa pada pagi itu, aku telat bangun. Aku baru bangun pukul setengah sembilan sehingga aku tak tau kalau Bubu ada di sebelah sehingga aku tak bisa membantu membawa Bubu pulang. Pikirku, mungkin karena Bubu tidak punya hubungan yang dekat dengan Papa, itulah kenapa dia justru lari ketika hendak dibawa pulang. Pikirku, mungkin situasinya akan berbeda jika aku yang menjemputnya waktu itu. Aku merutuki diriku sendiri yang bisa-bisanya telat bangun, pagi itu.

Aku mencoba untuk berpikir positif. Kupikir, Bubu adalah kucing yang pintar, dia pasti tau caranya pulang. Kami selalu memantaunya dari jendela samping yang berhubungan langsung dengan halaman rumah sebelah yang penuh semak belukar tersebut. Namun, Bubu tak pulang juga.

Hal yang bisa kulakukan hanyalah merutuki diriku sendiri. Selain itu, Bubu memiliki masalah di pita suaranya sehingga dia tak bisa mengeong dengan keras. Jadi, kami tak bisa menemukannya dengan cara mengikuti suaranya atau apapun. Aku juga mulai menimbulkan beberapa spekulasi di kepalaku. Bagaimana jika dia digigit ular di semak belukar tersebut? Bagaimana jika dia menyeberang ke jalananーberhubung rumahku terletak di pinggir jalanーtapi malah kecelakaan? Bagaimana jika dia ditemukan oleh orang jahat dan dianiaya? Bagaimana jika begini dan bagaimana jika begitu. Aku takut sekali.

Mamaku, papaku, adik-adikku pun membicarakan hal yang sama sepanjang hari, mengenai betapa mereka takut terjadi sesuatu kepada Bubu, di luar sana. Apalagi, dia hanya kucing rumahan yang polos dan tak pernah keluar. Dia bahkan takut dengan suara kendaraan.

Sebagian orang mungkin berpikir bahwa kucing hanyalah sekedar peliharaan dan mungkin orang akan menilai reaksiku sebagai suatu hal yang berlebihan. Namun, bagiku, mereka adalah temanku. Jika mereka hilang, sakit, ataupun mati, tak ada yang bisa disalahkan selain aku. Akulah penyebabnya, karena aku lalai menjaga mereka. Selain itu, aku percaya bahwa aku bisa memelihara kucing sejak aku SMP karena Tuhan percaya dari sekian banyaknya orang, akulah yang bisa menjaga mereka dengan baik.

Hari ini, aku mencoba untuk tidak memikirkan itu. Namun, ketika kelurahanku tiba-tiba mati lampu dan aku merasa bosan, akupun membuka galeri. Aku menemukan banyak video Bubu dan hal itu membuatku sedih lagi. Aku merutuki diri sendiri lagi. Andai saja aku bangun pagi, hari itu. Andai saja pohon di halaman belakang ditebang secepatnya. Andai saja begini. Andai saja begitu. Kupikir, Tuhan tak memperbolehkanku merawatnya lagi karena Dia tau cerobohnya aku. Itulah kenapa, Bubu hilang.

Pada siang harinya, aku pergi ke lantai bawah, menuju dapur untuk membuat makanan. Ketika aku melihat para kucingku yang lain sedang tidur dan bermain di halaman belakang, aku hanya bisa berpikir, bagaimana dengan Bubu? Mungkin, dia tidur di semak belukar dan gelap beberapa hari ini. Mungkin, dia sudah ditemukan oleh orang lain, itupun kalau orang baik, bagaimana kalau orang jahat?

Namun, ketika aku menjatuhkan pandanganku keluar, ada seekor kucing berpunggung abu-abu yang sedang berdiri di atas letter boxnya. Aku melebarkan mataku. Ketika aku berjalan mendekat, ternyata itu adalah Bubu. Perasaan senang yang kurasakan siang itu mungkin setara dengan perasaan senang yang kurasakan ketika aku diterima di kampusku yang sekarang. Kucing-kucing lain pun mendekatiku, gelendotan di kakiku ketika mereka melihat aku menangis karena aku tau, mereka mengerti, sama seperti aku yang juga mengerti jika mereka sedih ataupun sakit. Aku bilang kepada Bubu untuk tidak keluyuran lagi. Mungkin, tetanggaku bisa mendengar tingkah anehku siang itu.

Aku merasa senang karena secara tak langsung, Tuhan memberitahu bahwa belum ada orang lain yang lebih pantas menjaga Bubu selain aku.

-------------------------------------------

31 Agus 2022

-------------------------------------------

dedicated for
my handsome cat, Bubu 🌻

My Cerpens; Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang