Tentang Kelonan

181 17 0
                                    

Hal yang menyenangkan dari memiliki pasangan adalah ketika kita memiliki masalah, kita tau kepada siapa kita bisa bersandar. Ketika kita menangis, kita tau tempat yang tepat dimana kita tak perlu merasa malu untuk memperlihatkan bahwa kita sedang tidak baik-baik saja. Ketika kita terbangun di pagi hari, ada yang menyapa. Ketika kita tidur di malam hari, ada yang memeluk.

"Kamu ada meeting hari ini?" tanya Rere, menoleh ke arah Nata yang baru saja datang ke dapur dengan pakaian yang sudah rapi. "Tunggu di meja makan aja."

Alih-alih mengindahkan ucapan Rere, Nata justru memeluk Rere dari belakang. "Aku hari ini banyak kerjaan. Jadwal meeting padet banget."

"Gak bisa nemenin aku nonton dong ya, nanti malem?"

"Iya. Maaf ya, sayang."

Nata adalah lelaki yang sangat sibuk. Dia kerja di dua perusahaan, jadwal kerjanya padat sekali. Dia juga jarang ada di rumah. Tak jarang dia pergi keluar kota untuk mengurus perusahaan lainnya dan meninggalkan Rere di rumah sendirian. Rere juga sama sibuknya, apalagi Rere sedang kuliah sambil kerja.

"Kamu gimana kuliahnya?" tanya Nata, duduk di kursi meja makan, menatap Rere yang menyodorkan semangkuk menu sarapan ke arah Nata. "Praktikumnya gimana, sayang?"

"Baik-baik aja. Tangan perih dikit gak ngaruh," kekeh Rere, duduk berhadapan dengan Nata. "Besok kamu harus pergi lagi ya, Mas?"

Nata mengangguk. "Sampe bulan depan aku harus stay di sana, ya."

"Asal jangan kecapean aja," komentar Rere, menyuap makanannya. "Kamu tau kan, kalau sebenernya kamu bisa fokus di satu perusahaan aja?"

"Iya," Nata memberi jeda, mengulurkan tangannya, memegang tangan Rere, mengelusnya pelan. "Niatnya juga gitu. Kasih waktu dulu ya, sayang."

Perusahaan tempat Nata bekerja yang ada di kota ini adalah perusahaan milik keluarga Nata sehingga Nata bisa sedikit lebih leluasa, bahkan memantaunya secara online. Namun, perusahaan tempat Nata bekerja yang ada di kota lain adalah perusahaan besar yang Nata incar sejak awal dia bekerja dan rasanya sayang jika Nata menyia-nyiakan perusahaan tersebut. Itulah kenapa, Nata rela bolak-balik keluar kota demi kerjaan. Selain itu, Nata memang orang yang sangat cinta kerja. Itu bukanlah sesuatu yang bisa dia elakkan.

"Nanti malem kamu tidur duluan aja ya, aku yang kelonin," ujar Nata, tersenyum. "Semalem aku tidur duluan karena kecapean dan malah kamu yang kelonin aku, ya?"

"Mana pernah kamu gak kecapean," celetuk Rere. "Nanti malem tetep kabarin aku kalau udah mau jalan pulang ya, meskipun pulangnya larut."

Sejujurnya, Rere tak pernah mengeluh mengenai apapun yang menyita Nata darinya. Entah itu keluarga Nata, teman-teman Nata, apapun. Terutama pekerjaan. Rere tak pernah mengeluh mengenai Nata yang selalu sibuk dan sering membiarkannya sendiri. Sejujurnya, yang selama ini lebih Rere khawatirkan adalah kesehatan Nata. Rere tak mau Nata terlalu lelah atau bahkan jadi sakit. Ingin rasanya Rere selalu ada di dekat Nata untuk menjaga dan mengurus Nata, tapi dia juga memiliki kesibukan di sini. Mereka memiliki kesibukan mereka masing-masing.

Pluk.

Ketika Rere sedang mencuci piring dan tenggelam dalam pikirannya, Nata memeluknya dari belakang. Pria itu mencium pelipis Rere. "Maafin aku, ya. Aku gak bisa nemenin kamu nonton malem ini."

"Udah ah, minta maaf ngapain coba," ujar Rere, berbalik badan. Tubuhnya yang masih memakai celemek memeluk Nata. "Semangat meetingnya hari ini, oke? Aku bawain cemilan lebih, deh."

Nata mengangguk, mengelus punggung Rere. "Nanti malem aku kelonin tidurnya, ya."

Rere terdiam sejenak. "Aku aja yang kelonin kamu."

My Cerpens; Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang