Tikus

107 11 0
                                    

Setiap hari bangun untuk bekerja, tak tahu untuk mengharapkan balasan apa. Negara ini, negara bernama Odni yang dijajah oleh ribuan orang dari negara Landeb. Negara Landeb yang awalnya berlayar ke Odni hanya untuk mencari rempah-rempah itu akhirnya memutuskan untuk menjajah Odni, menjadikan rakyat asli Odni sebagai anjing yang setiap harinya harus bekerja tanpa diupah.

Begitu pula dengan aku. Di usiaku yang masih muda, aku sudah bekerja dari subuh sampai sore. Jika pekerjaan kami tidak selesai, para orang terkemuka dari Landeb itu akan menghabisi kami secara fisik. Ada temanku yang sampai mati karena pekerjaannya tak selesai dan membangkang kepada Landeb. Mereka tak kenal ampun. Mereka seenaknya memimpin dan memperlakukan kami di tanah air kami sendiri.

"Saya minta maaf karena kalian harus merasakan semua ini," ucap bupati kota, Pak Wargus, orang Odni asli. "Saya juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan kalian. Saya juga ada di bawah tekanan orang-orang Landeb."

Puluhan lelaki yang bernotabene sebagai kuli bangunan itu hanya menghela napas kasar. Kami tak menyalahkan Pak Wargus sedikitpun. Tak hanya kami yang mengalami kesulitan, dia juga pasti mengalami kesulitan. Dia juga pasti berada di bawah tekanan, bukannya mudah untuk memimpin sebuah kota yang dikendalikan oleh Landeb. Pak Wargus juga pastinya bingung harus berbuat apa.

"Tadi pagi, aku melihat Pak Alard di kebun teh. Dia hanya sendirian, duduk-duduk sambil membaca buku. Dia tak ditemani oleh pengawalnya," ucap Joko. Saat ini, kami sedang duduk berkumpul di bangunan tua yang belum selesai kami bangun itu, hanya ditemani cahaya lilin sambil memakan makanan yang lebih banyak karbohidrat dibanding proteinnya.

"Ah, ya? Si keparat itu dengan santai membaca buku, sedangkan kita tiap hari harus berpikir besoknya harus makan apa," ujar Sukron, mulai panas. "Entah hatinya terbuat dari apa sebagai manusia, atau bahkan mungkin tak memiliki hati sama sekali."

Pak Alard adalah pria asal Landeb yang menjabat sebagai gubernur jenderal, pemimpin perusahaan dagang paling berpengaruh di negara Odni saat ini. Perusahaan itu berpengaruh dalam perkembangan politik dan ekonomi negara Odni. Begitulah tujuan awalnya, meskipun mereka tidak menepati janji itu dan justru membuat kami terjebak dalam mimpi buruk yang mengharuskan kami banting tulang setiap hati, tapi tidak dibayar sepeserpun. Itulah yang kami sebut sebagai kerja paksa.

"Aku merasa tak ingin lanjut bekerja besok," ucap Indro. "Mereka benar-benar memperlakukan kita seperti binatang. Kita dipaksa untuk bekerja seberat itu dan dipaksa pula untuk melakukannya secara sukarela. Apakah mereka pikir kita ini sukarelawan?"

"Kalau saja bisa memilih, aku juga tak mau lanjut bekerja besok," balasku. "Tapi, kau tau apa yang akan mereka lakukan jika kita tidak menyelesaikan pekerjaan kita."

"Benar. Jangan lupakan kalau teman kita Pardi sampai meninggal hanya karena membangkang kepada mereka," tambah Aldos. "Sudahlah, tahankan saja. Yang penting, kita masih bisa hidup."

"Hidup tapi tidak bahagia… untuk apa?" gumamku.

"Entahlah, apa kalian tak berpikir untuk melakukan sesuatu agar nasib kita bisa berubah?" tanya Dono. "Pemikiranmu bodoh sekali, Aldos. Yang penting kita masih bisa hidup? Meskipun menderita?"

"Lalu, kau mau melakukan apa? Kita bisa melakukan apa?" tanya Aldos. "Mencoba untuk melawan? Itu hanya akan membuat kita mati dengan konyol."

"Ya, kalau kau maju sendiri seperti Pardi," jawab Joko. "Kita bisa melawan orang-orang kulit putih itu jika maju bersama."

Semuanya pun saling pandang.

"Apa maksudmu maju bersama?"

"Bagaimana jika kita tumbangkan dulu satu orang?" kata Dono. "Satu orang yang bisa bikin mereka semua goyang."

My Cerpens; Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang