Secangkir Kopi

682 45 0
                                    

STELLA adalah seorang perempuan berusia delapan belas tahun yang menyukai rasa stroberi. Dia menyukai rasa stroberi bukan karena tanpa alasan, tapi karena dulu, waktu kecil, ibunya sering memberikannya susu rasa stroberi, itulah kenapa sampai dewasa, dia menyukai rasa stroberi.

Yang lebih lucu lagi, meski pagi ataupun malam yang berhawa dingin, dia selalu menjadikan milkshake stroberi sebagai temannya. Teman begadang, teman mengerjakan tugas, teman dalam hal apapun. Bahkan, Pou, cangkir favoritnya sudah hafal kalau pada pukul delapan malam, dia akan menjadi wadah dari milkshake stroberi kesukaan perempuan itu.

Semuanya berjalan seperti itu, sampai suatu hari, Pou melihat satu kotak persediaan kopi ada di atas meja dapur, tak jauh dari posisinya biasa ditaruh. Cangkir berwarna mocca dengan tangkai berbentuk hati tersebut sedikit bingung, kenapa pemiliknya tiba-tiba membeli kopi, yang padahal selama dia berada di apartemen ini, perempuan tersebut tak pernah meminum kopi sama sekali.

Rasa bingung yang Pou rasakan semakin bertambah ketika malam itu, dirinya dipakai sebagai wadah untuk kopi yang hangat dengan gula yang sedikit. Pou dapat melihat, ekspresi perempuan itu pun terlihat tidak terlalu menyukai rasa dari kopi ini. Lalu, kenapa pemiliknya ini tetap meminum kopi tersebut, jika dia tak suka?

Meminum kopi bukanlah suatu hal yang buruk. Hanya saja, Pou mengkhawatirkan hal yang tak biasanya dilakukan oleh perempuan tersebut.

"Hey, kau tau apa yang terjadi pada Stella?" tanya Pou kepada Greco, botol air minum yang selalu berada di kamar perempuan tersebut. "Kenapa dia meminum kopi akhir-akhir ini?"

"Apa yang buruk dari hal tersebut?" tanya Greco. "Kenapa kalau dia minum kopi?"

"Tidak, itu bukanlah hal yang buruk," jawab Pou. "Hanya tak biasa."

Greco tersenyum. "Kupikir, pemilik kita sedang jatuh cinta."

Pou melebarkan matanya. "Jatuh cinta? Dengan siapa?"

"Aku lupa namanya," jawab Greco. "Yang kutahu, lelaki itu mencintai kopi. Mungkin, itulah kenapa Stella mencoba meminum kopi."

"Agar sama?"

"Kau tak mengerti. Kupikir, bukan itu alasannya," ucap Greco. "Dia hanya ingin ikut merasakan apa yang lelaki itu rasakan."

"Tapi, untuk apa?"

"Ah, itulah kenapa kau tak punya pasangan sampai sekarang. Kau kurang peka," ledek Greco. "Sama halnya ketika kau dipisahkan dengan orang yang kau cintai oleh jarak yang terbentang jauh, tapi ketika kau keluar dan melihat bulan, kalian melihat bulan yang sama."

Pou terdiam sejenak. Apakah seistimewa itu rasa cinta sampai hal kecil begitu terasa berbeda?

"Mungkin, mereka hanya ingin mengikis rasa rindu yang ada dengan cara merasakan rasa yang sama," tambah Greco. "Kau tak bisa menyalahkan orang yang sedang mencintai dan saling merindu."

"Apakah dia secinta itu kepada lelaki tersebut?" tanya Pou lagi.

"Entahlah, tapi, kupikir begitu. Setiap kali dia meraihku dan hendak menegukku, dia juga meraih hapenya untuk mengingatkan lelaki tersebut untuk jangan lupa minum air putih. Yah, lelaki itu sepertinya bukanlah tipe orang yang rajin minum air putih."

"Cinta memang sedikit aneh," komentar Pou.

"Cinta itu tidak aneh. Kau takkan menganggap cinta aneh jika kau mengerti rasanya mencintai seseorang."

--------------------------------

ditulis dan dipublikasi pada 9 September 2021

My Cerpens; Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang