Si Cantik

198 12 0
                                    

Cantik itu relatif. Itulah yang selalu Belly dengar sejak dulu. Pujian? Sanjungan? Belly selalu mendengar itu, meskipun tak ditujukan kepada dirinya, tapi ke ibunya. Ibu Belly adalah seorang mantan model yang sangat cantik. Dia meninggalkan dunia model setelah menikah dengan seorang pria kaya, ayah Belly, yang selalu menjadi bahan omongan orang karena ayah Belly tak tampan. Matanya kecil, hidungnya pesek, dan bibirnya tipis. Berbeda dengan ibu Belly yang memiliki mata sempurna, hidung mancung, dan bibir yang bervolume.

Wanita cantik milik si pria kaya, itulah yang mereka katakan.

Belly adalah anak satu-satunya. Belly mirip sekali dengan ayahnya. "Wah, mirip ayahnya, ya." adalah kalimat yang sering Belly dengar sejak kecil. Belly memiliki kulit yang putih, mata yang kecil dan berwarna cokelat tua, hidung yang kecil, dan bibir yang tipis. Belly menyadari bahwa dia tak mirip dengan ibunya sama sekali dan hal itu membuatnya kerap dibandingkan dengan ibunya yang sangat cantik.

Belly sering mendengar ledekan mengenai matanya yang kecil. Kata teman-temannya, dia mirip dengan ikan cow ranchuu yang bermata kecil dan pipi yang lebar. Oleh karena itu, Belly berusaha untuk diet dan mengecilkan tubuhnya, pipinya, agar orang-orang berhenti menertawakannya.

Belly sering mendengar ledekan mengenai bibirnya yang terlalu tipis. Oleh karena itu, setelah menginjak usia dua puluh tahun, Belly memutuskan untuk melakukan filler di bagian bibir agar bibirnya terlihat lebih bervolume dan menarik.

Ketika Belly memasuki young adult, Belly mulai menyadari bahwa kulit wanita cantik di mata dunia adalah kulit berwarna coklat yang eksotis. Oleh karena itu, Belly pun melakukan fake tan.

Cantik. Itu yang paling Belly inginkan. Belly hidup dikelilingi pandangan kagum banyak orang karena kecantikannya, seperti ibunya saat muda. Sepanjang hidupnya, Belly merasa satu-satunya ambisi yang tak pernah membuatnya merasa puas adalah caranya menjadi cantik. Bagaimanapun kayanya dia, pintarnya dia, rasanya takkan sempurna jika dia belum cantik. Belly pun melakukan banyak sekali operasi pada bagian tubuhnya. Mata, hidung, bibir, bahkan pada area yang menarik bagi laki-laki, yaitu dada dan bokong. Belly juga selalu rutin melakukan fake tan karena itulah yang lelaki sukai, perempuan cantik dan seksi yang eksotis.

Namun, di samping itu, Belly bekerja sebagai seorang dokter spesialis kecantikan. Tak bisa dibohongi, meskipun ambisi nomor satunya adalah kecantikan, sejak kecil dia juga selalu tertarik dengan sains dan ingin menolong orang. Maka dari itu, dia mengambil pendidikan dan pekerjaan yang sesuai dengan dua ambisinya, yaitu menolong orang yang memiliki banyak sekali insecurity dalam diri mereka, sama seperti dirinya.

"Itu pasti lagunya Juice Newton."

Belly yang sedang menunggu lift gedung rumah sakit itu mengantarkannya ke lantai enam, lantas menoleh ke arah pria di sebelahnya dan menurunkan earphonenya.

"Juice Newton?" Belly mengernyitkan dahinya. "Oh, iya, Juice Newton. Eh, emangnya kedengeran?'

Pria itu terkekeh kecil, mengangguk. "Earphonenya bocor."

Belly menepuk jidatnya, merasa malu. "Maaf, maaf. Aku gak tau."

"Juice Newton. The Sweetest Thing," ucap pria itu lagi. Pria itu jangkung. Rahang tegas dan jakun yang jelas.

Belly merasa pertemuan singkat di dalam lift itu mirip sekali dengan salah satu adegan dalam film 500 Days of Summer. Pertemuan singkat yang romantis dan estetik. Namun, pertemuan itu ternyata tidak sesingkat itu. Ternyata, pria itu juga bekerja di rumah sakit sebagai seorang apoteker. Belly jadi sering bertemu dengan pria yang ternyata bernama Jovi tersebut dan bukan tanpa sebab, Belly merasa Jovi memang mendekatinya.

My Cerpens; Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang