01- SI GENDUT

18.6K 1K 77
                                    

Anjai, apdet lagi

Jangan lupa vote dan komen, awoakwoak 🤭🤙 follow jg jangan smpe ketinggalan.

CAMILLA Putri Afifah, bocah yang kini duduk di bangku kelas 3 SD itu memakai sepatunya dengan malas-malasan di depan rumah, belum lagi ibunya yang menyuapi sarapan dari samping

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CAMILLA Putri Afifah, bocah yang kini duduk di bangku kelas 3 SD itu memakai sepatunya dengan malas-malasan di depan rumah, belum lagi ibunya yang menyuapi sarapan dari samping.

"Belajar yang bener, biar bisa jadi orang sukses," nasehat ibunya. Mila biasa memanggilnya Mak, dirinya adalah orang Sumatra, sehingga teman-temannya yang tinggal di daerah Sumatra biasa menyebut ibunya masing-masing dengan panggilan Mak.

Namun sayang, Mila harus berpisah dengan teman-temannya di Sumatra karena ia harus ikut kedua orang tuanya pindah ke Ibu Kota. Agak susah menyesuaikan diri di lingkungan baru seperti ini.

"Iya, mak. Udah ah makannya, nanti sak boker kalo sarapan banyak-banyak," celetuk Mila menahan sesuap nasi yang hendak di berikan Mak lagi.

"Udah sesuap lagi ini, nanti pingsan gak makan, mana ada yang mau gotong kamu." Emak tetap menyodorkan sendok itu ke mulut Mila, membuat Mila terpaksa mengunyah sarapannya, ia berdecak kesal kemudian berdiri.

"Kamu berangkat sama ayah?" Mendengar pertanyaan Mak, Mila menggeleng, lalu tangannya menunjuk seseorang yang berdiri di depan pagar rumahnya, disebelahnya juga ada sepeda yang baru di dapatnya kemarin dari lomba panjat pinang.

"Aku sama Badai."

Mak mengangguk. "Oh yaudah, hati-hati."

Mila mencium tangan ibunya, lalu menghampiri Badai dan menyapa. "Badai!"

"Halo, sayang," ujar Badai memamerkan gigi-giginya yang putih rapi.

"Jangan panggil sayang!" Mila sedikit melirik ke arah Mak yang masih menatapnya dari depan rumah. "Ada mak aku, nanti ketauan," jelasnya.

Badai mengangguk beberapa kali lalu menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Ups, maafin Badai, ya?"

Mila tersenyum, matanya menatap bagian belakang sepeda Badai yang tidak ada tempat duduknya.

"Aku duduknya kayak mana?" bingung Mila seraya menggaruk kepalanya.

"Mila naik di pijakan itu, nanti pegang pundak aku," kata Badai membuat Mila refleks menggeleng. "Nanti jatuh."

"Enggak, percaya deh sama aku." Anak laki-laki itu meyakinkan.

Dengan sedikit tak yakin, Mila menaiki pijakan yang seperti Badai bilang barusan. Dia berdiri kemudian kedua tangannya menyentuh pundak Badai agar tidak terjatuh.

"Udah?" tanya Badai memastikan.

"Iya." Mila membalas.

"Pegangan yang kuat, ya?" Badai mulai mengayuh sepedanya membuat Mila memegang pundak Badai dengan erat.

"Badai, aku berat ya?" tanya Mila merasa tak enak, kasian Badai membawa tubuhnya yang agak gemuk.

Sambil mengayuh sepedanya, Badai menggeleng cepat. "Enggak, enggak berat."

BADAI CAMILLA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang