25 Juni 2020
RATUSAN peserta didik baru dari SMA Trisatya berbondong-bondong memenuhi lapangan utama sekolah. Ini adalah MPLS hari ke-dua, di mana hari pertama kemarin, mereka telah melaksanakan upacara pembukaan MPLS. Untuk hari kedua ini, rencananya sekolah akan memperkenalkan berbagai organisasi dan juga kegiatan ekstrakurikuler yang nantinya akan diminati siswa maupun siswi.
"Ck, sumpah ya, gue tuh gak pengen banget masuk sini, kenapa keterima, sih?!"
Perempuan dengan nickname Camilla Putri Afifah itu menggerutu kesal disertai wajah tidak bersahabat. Pasalnya, Mila sedikit pun tak ada rasa ingin untuk sekolah di tempatnya berpijak sekarang. Ini semua keinginan kedua orang tuanya.
SMA Trisatya emang sudah di kenal sebagai sekolah dengan akreditasi sangat baik dan juga berhasil mengumpulkan siswa-siswi cerdas, berhasil, dan berbakat. Tapi tetap saja Mila tidak suka sekolah di sini. Dirinya sadar diri, otaknya tidak begitu pintar, bagaimana bisa bersaing dengan mereka-mereka yang punya banyak kelebihan.
"Ih, enggak bersyukur banget ya lo. Kalo lo udah keterima di sekolah ini, itu artinya lo mampu," sahut Olin yang merupakan teman dekat Mila.
Olin merupakan sahabat Mila sedari SMP. Sebenarnya keduanya tak menyangka bisa satu sekolahan lagi, mereka pikir, mereka berdua akan sulit ketemu ketika SMA. Namun mereka salah, justru keduanya malah masuk ke SMA yang sama pula.
Di sini, Olin berbeda dengan Mila. Gadis berkacamata itu sangat-sangat senang bisa keterima di SMA Trisatya yang merupakan sekolah kebanggaan. Ada kebahagiaan yang tak bisa Olin ucapkan. Jika semua orang bersyukur bisa masuk ke sekolah impian seperti SMA Trisatya, kenapa Mila malah tidak suka?
"Lo kenapa sih enggak gak suka masuk sekolah ini? Aneh," heran Olin.
Mila menghela napas panjang seraya memperbaiki kuncir satu di rambutnya. "Sejujurnya gue pengen sekolah di tempat-tempat biasa aja sih supaya gue bisa rangking satu, biar terkesan punya IQ di atas rata-rata. Kalo di sini boro-boro, paling nilai gue jeblos terus dapet rangking belakangan," balas Mila membuat Olin tergelak keras.
"Gini ya Mil, dengan lo masuk SMA ini aja, orang-orang tuh udah mandang lo jadi anak pinter, enggak perlu deh mau dapat ranking satu, ranking paling belakang juga lo bakalan tetap dicap anak pintar, secara orang-orang diluar udah tau seberapa pengaruhnya sekolah ini," papar Olin.
"Ya tetep aja gue kagak demen." Mila mengakhiri percakapan antara keduanya.
"Udah ah, mending kita ke lapangan sekarang," ajak Olin seraya menarik tangan Mila menuju lapangan tempat yang lain sudah berkumpul.
Lagi-lagi Mila mendengkus, pasrah tangannya ditarik-tarik oleh Olin.
"Perhatian seluruh peserta didik baru SMA Trisatya, untuk menuju lapangan utama. Kegiatan akan segera kita mulai." Suara tersebut berasal mikrofon yang di gunakan oleh salah seorang guru, pemandu kegiatan hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADAI CAMILLA [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Kisah realistis dan romantis yang membawa kamu masuk ke dunianya. Namanya itu Camilla Putri Afifah, cewek yang punya tubuh agak berisi, alay, pemalas, introvert, 24 jam hp, dan memiliki otak standar adalah pemburu cogan alia...