2 hari kemudian.
"Aahkkk!"
"Udah udah cukup, sakit setan." Egi menggoyang-goyangkan tubuhnya saat lehernya dikunci dan tangannya dipelintir kuat oleh Badai. Untuk ketiga kalinya Egi kalah lagi melawan Badai, emang sangat susah mengalahkan cowok bertubuh tinggi itu.
"Lemah." Badai berdesis pelan lalu mendorong Egi.
"Itu cara melumpuhkan lawan, namanya teknik kuncian. Bisa di dagu, leher, ataupun tangan," jelas Badai menatap sekeliling, area latihan.
"Perlu saya sampaikan, ilmu pencak silat ini tidak kalian gunakan secara asal-asalan. Gunakan jika kalian benar-benar dalam kondisi darurat seperti kerampokan, jika itu benar-benar darurat, ya apa boleh buat, kalian harus membela diri. Jangan gunakan ilmu ini untuk ke hal-hal negatif, tetap positif dan membela sekitar."
"Setiap kalian menghadapi situasi sulit seperti contoh yang saya kasih tadi, jika itu memungkinkan, melihat sekitar dan berteriaklah meminta pertolongan. Kalo gak ada orang sama sekali, bersikap lah tenang, jangan panik, hadapi dengan sigap, yakin dan jangan ragu, keraguan sendiri yang membuat diri itu kalah."
"Namun kalo ada kesempatan untuk lari, ya lari aja, kalo bisa kalian menghindari perkelahian, itu lebih baik."
"Apa penjelasan saya dapat dipahami?" tanya Badai menatap satu persatu orang yang ada di tempat ini.
Mereka semua memgangguk, membuat Badai tersenyum.
Selanjutnya Badai mundur beberapa langkah, memperhatikan sekitarnya sampai sebuah ide gila melintas diotaknya.
"Egi, lawan Fely," kata Badai menatap Egi lalu melirik Fely sekilas yang sedang memperhatikan mereka. Sesuai jadwal yang ditentukan, hari ini mereka latihan seperti biasa. Badai memberikan contoh kepada adik kelasnya.
Olin juga berada di tempat ini, ia menatap fokus apapun ilmu yang pelatih-pelatih nya berikan. Karena menurutnya, tidak semua orang dapat ilmu gratis seperti ini, jadi, untuk apa di sia-siakan.
"Aku?" Fely bertanya menunjuk dirinya sendiri.
Badai mengangguk tanpa membalas apapun. Badai menyuruh Egi berdiri lalu telunjuknya menunjuk Fely sebagai isyarat.
"Lawan dia."
Egi refleks menggeleng. "Sori aja nih ye, gue kan laki, kenapa jadi ngelawan cewek oi?" ujarnya tak terima, enak saja dia disuruh lawan perempuan. Menurutnya, itu bukan lawan yang sebanding, laki harus sama laki, begitu juga perempuan sama perempuan.
"Jangan banyak bacot, lawan dulu," kata Badai lagi tetap kekeh pada pendiriannya. Begitu juga Egi, ia tetap menggeleng tak mau. "Gue gak bisa, dia cewek, Dai, entar dia kenapa-napa, emang lo mau tanggung jawab?"
"Iya gue tanggung jawab," tuturnya cepat, ia berjalan mundur ke pinggir lapangan menyuruh Fely untuk berdiri melawan Egi.
"Badai kamu yakin?" tanya Fely ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADAI CAMILLA [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Kisah realistis dan romantis yang membawa kamu masuk ke dunianya. Namanya itu Camilla Putri Afifah, cewek yang punya tubuh agak berisi, alay, pemalas, introvert, 24 jam hp, dan memiliki otak standar adalah pemburu cogan alia...