BADAI kembali menghampiri Dania dan Mila dengan beberapa barang sisa dari kamar yang lama ditangannya. Cowok itu tersenyum kearah dua perempuan yang begitu berarti dalam hidupnya. Ia melangkah mendekat, meletakkan barang-barang itu diatas meja, kemudian Badai duduk disofa tak jauh dari brangkar Dania, menyaksikan sang ibu asik bercengkrama dengan Mila.
Badai menghembuskan napasnya, ia teringat dengan perkataan Aruna sebelumnya. Badai yakin, ia telah melakukan hal yang benar.
"Kamu mau ngomong apa?" tanya Badai to the point.
Aruna diam sejenak sebelum berbicara. "Badai, aku tau kita baru kenal, dan aku juga gak berharap banyak dengan apa yang bakal kamu lakuin setelah ini."
"Kemungkinan penyakit aku bakal susah untuk disembuhkan dan berujung kematian."
"Kamu gak boleh pesimis," kata Badai lebih dulu, namun Aruna membalasnya dengan senyuman.
"Iya aku tau, aku gak bakal nyerah. Tapi, dokter udah bilang, kemungkinan aku untuk bertahan hidup sangat kecil." Aruna menunduk.
"Terus, kamu ngajak saya ngobrol berdua tujuannya apa?"
"Boleh, kalo aku minta kamu nemenin aku seharian ini? Aku cuma pengen bahagia disisa-sisa terakhir aku. Aku pengen ngerasain jadi orang biasa yang bebas, sama kamu, Badai. Iya, aku tau kita baru kenal, dan ini cukup mengangetkan buat kamu. Tapi, aku udah mulai nyaman sama kamu."
Badai langsung merubah raut wajahnya menjadi datar. Kejadian seperti ini lagi? Kenapa harus dirinya? Dari sekian banyak laki-laki di dunia ini, kenapa harus Badai yang selalu mendapat situasi serupa?
"Sorry, saya gak bisa." Badai langsung menolak tanpa berpikir panjang.
"Sehari aja gak bisa?" Aruna sedikit memohon.
"Gak bisa."
"Kenapa? Aku gak bakal minta kamu ngelakuin hal yang lebih. Aku cuma mau kamu nemenin aku doang, udah gitu aja. Kita jalan bareng, makan, ngelakuin hal umum aja."
"Gak bisa, kamu tau, saya udah punya pacar, dan saya gak mungkin menyakiti hati pacar saya," jawab Badai tegas.
"Sehari aja, tanpa pacar kamu tau. Aku sakit, aku cuma pengen bahagia di akhir hidup aku." Aruna mulai bersedih, matanya berkaca-kaca.
"Maaf, saya gak mau, dan gak akan pernah mau. Tolong, cari orang lain, jangan saya. Saya sangat menghargai Mila, pacar saya. Kecewanya dia, akan sangat menyakiti diri saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
BADAI CAMILLA [COMPLETED]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Kisah realistis dan romantis yang membawa kamu masuk ke dunianya. Namanya itu Camilla Putri Afifah, cewek yang punya tubuh agak berisi, alay, pemalas, introvert, 24 jam hp, dan memiliki otak standar adalah pemburu cogan alia...