23 - Mantan?

7.8K 489 22
                                    

KEMARIN adalah waktu yang menyenangkan, hari ini adalah hari yang mengerikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KEMARIN adalah waktu yang menyenangkan, hari ini adalah hari yang mengerikan. Seperti biasa, setiap senin bakalan dilakukan upacara bendera. Bel sudah berbunyi, siswa-siswi langsung menuju ke tengah lapangan lalu membentuk barisan.

Sesuai jadwal, kelas 12 IPA 2 akan menjadi petugas upacara kali ini. Entah apa yang membuat banyak orang yang merasa senang karena hal itu, Mila sendiri tidak tau. Karena semakin penasaran, Mila menyenggol lengan Ara yang berbaris di sebelahnya.

"Eh, emang kenapa sih kalo yang jadi petugas anak 12 IPA 2? Kok kayaknya heboh bener," tanya Mila.

"Gue gak tau juga sih, tapi katanya 12 IPA 2 itu jarang ngelakuin kesalahan kalo pas jadi petugas upacara, kesannya mantep banget dah," balas Ara setau dia. Soalnya tadi dia juga sempat bingung tadi, sama kayak Mila, dia juga bertanya sama beberapa siswa.

"Oh gitu." Mila manggut-manggut mengerti. Seingat dia Badai dari kelas tersebut, tapi mungkinkah Badai jadi petugas?

Melupakan soal itu, Mila melirik ke belakang, tepat dimana Olin berdiri dengan muka kusut seperti baru bangun tidur, bibirnya pun cemberut.

"Kenapa oi?" senggol Mila dengan lengannya.

"Nanti aja di kelas gue ceritain," sahut Olin dengan nada ketus, moodnya benar-benar hilang hari ini, bahkan gadis itu bawa motor sendiri ke sekolah, tidak seperti biasanya yang diantar Prince.

Upacara akan segera dilaksanakan, siswa-siswi mengambil posisi masing-masing. Gerbang utama sudah ditutup, guru BK juga sudah berkeliling, jadi siapapun yang telat, tidak akan bisa lolos begitu saja.

Mila menatap ke langit yang dimana terang benderang, sinar matahari pagi juga sudah membuat nya gerah. Mila berharap sekali tiba-tiba turun hujan dan tidak jadi upacara.

"Kepada Pembina upacara, hormat, grak!"

Suara lantang, nyaring, dan begitu gagah lewat begitu saja di telinga Mila. Suara yang amat ia kenali, suara yang hampir setiap hari ia dengar. Badai, berdiri ditengah-tengah lapangan sebagai komandan upacara, tidak heran murid-murid menyukai kalo kelas ini yang menjadi petugasnya.

Mila mengulum senyum sepanjang upacara berlangsung, gadis itu tak henti-hentinya berpaling dari seorang laki-laki yang berdiri tegap dengan tubuh atletisnya itu. Kalo yang jadi petugas upacaranya sebening ini, seharian berdiri sampe pembina upacara gumoh kasih amanat, sih, Mila tetap kuat berdiri.

Uh, Badai pendek yang Mila kenal kini sudah menjadi Badai tinggi yang melampaui batas. Badai sudah glow up, sedangkan Mila begitu-begitu saja.

Upacara yang berlangsung hampir 40 menit itu akhirnya selesai juga, para murid membubarkan barisan. Mila bernapas lega, ini yang dari tadi ditunggu-tunggu, untungnya pak pembina tidak banyak memberikan amanat sehingga murid lebih cepat dibubarkan. Mana tadi Mila sempat mikir jika seharian berdiri dia tetap kuat jika ada Badai. Buktinya saja, dia sekarang sibuk mau balik ke kelas karena lututnya lemas, lelah berdiri.

BADAI CAMILLA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang